BAB 3 : Aturan hidup, aturan sosial, aturan dunia, ia akan mengendalikannya.

1067 Words
BAB 3 : Aturan hidup, aturan sosial, aturan dunia, ia akan mengendalikannya. Malamnya, Rinai kembali menghubungi Bang Jack. [Bang Jack : Memangnya gak ada yang nyangkut satu pun?] [Rinai : Beberapa cukup menarik Bang Jack, tapi gak cukup sama alam pengetahuan Rinai. Perlu riset yang dalam. Jenis cerita yang sulit untuk ditulis.] [Bang Jack : Riset cerita bisa dilakukan. Cari di google, nonton film dengan tema yang sama, atau baca novel dengan tema yang sama. Kalau memang tertarik, gas aja. Riset bukan penghalang.] Inilah yang membedakan Bang Jack dengan Bang Dewa. Jika Bang Dewa adalah seseorang yang santai dan bebas, Bang Jack sendiri merupakan orang yang optimis, berkemauan keras dan jeli dalam melihat peluang. Saat menyelesaikan masalah, Bang Dewa akan bertingkah layaknya que sera sera, everything will be will be. Sedangkan Bang Jack lebih suka mempersiapkan peralatan tempur dengan lengkap dari awal, memastikan tidak ada masalah sepanjang perjalanan. Sebagai sama-sama orang yang memiliki cita-cita sebagai penulis, Bang Jack tidak pernah absen untuk memberi Rinai dorongan dan semangat. Lebih dari Rinai sendiri, ia selalu percaya bahwa Rinai bisa menjadi penulis yang hebat. Bang Jack sendiri masih tersandung-sandung dengan impiannya yang ingin menjadi wartawan bola. Alasan utamanya ingin menjadi wartawan bola karena ia suka nonton bola, alasan sebenarnya sih, cuma ingin nonton bola gratisan. Bisa bebas keluar masuk stadion dengan name tag wartawan yang tergantung di leher. Jangankan menjadi wartawan, sampai sekarang menonton bola pun ia jarang. Bang Jack lebih sibuk dari Rinai. Pekerjaan aslinya adalah bagian dari petugas pemerintahan parlemen permanen kekaisaran Depok. [Rinai : Oke, Rinai bakal cek ulang jenis ide dan temanya] [Bang Jack : Oke.] Mendapat inspirasi dalam menulis mungkin sama sulitnya seperti mendapat wahyu dari langit. Meski banyak ide dan saran yang bertebaran di internet, belum tentu akan cocok dengan keinginan kita. Bahkan walau sudah mendapat jenis ide yang cukup bagus, belum tentu bisa ditulis dengan baik. Prinsip menulis dengan lancar adalah tulislah dengan apa yang paling kita kenali. Hal-hal yang mudah untuk diriset, sehingga tidak menghambat proses penyelesaian naskah kita. Akan tetapi, menulis naskah dengan cerita yang mudah dan nyaman terkadang bukan apa yang penulis mau. Kebanyakan, penulis pemula seperti Rinai sangat suka menantang diri. Mereka lebih tertarik menulis cerita dengan tema yang berat, cerita yang rumit, latar belakang yang kompleks, plot twist menawan, dan jenis konflik yang bisa dipelintir 18 kali. Ekspektasi mereka setinggi bintang di angkasa, berpikir bahwa novel mereka akan memenangkan penghargaan tertinggi di dunia sastra dan menjadi literature yang akan dibahas di kelas-kelas di universitas bergengsi dunia. Nama mereka akan terpantri dalam dan tercetak dengan lengkung huruf tegak bersambung yang berwarna sepekat malam dan dibungkus oleh glitter keemasan. Setiap penulis baru selalu memiliki mimpi yang tak terbatas membentang di hadapannya. Biasanya, mimpi ini akan mulai mereda dan menyesuaikan dengan realita saat mereka mengalami writer's block pertama. Tentu saja, writer's block ini tidak lebih dari sebuah alasan. Kebanyakan, mereka hanya kebingungan dengan tema berat yang mereka pilih. Penelitian terhambat, dan plot menggantung. Rumbai-rumbai plot membuat sulur yang terjalin panjang sampai tidak bisa diurai lagi. Cepat atau lambat, selama mereka tidak memecahkan masalah dengan risetnya, novel akan terus menggantung sampai sulur-sulur plotnya akan mati karena kekeringan. Lalu, saat kemarau tiba ide-idenya akan retak dan menjadi tandus. Rinai mengerti hal dasar ini. Ia juga lebih suka menulis hal-hal yang lebih mudah untuk ia ceritakan. Bagaimanapun juga, sebagai pegawai swasta dengan gaji stabil, dan juga lembur yang stabil, Rinai tidak punya cukup waktu untuk melakukan riset. Jadi, ia hanya menarik sebuah ide kecil dengan cerdik. Buat saja cerita fantasi. Berbeda dengan genre lainnya, genre fantasi memiliki tingkat kesulitan yang cukup spesial. Sebuah cerita fantasi bisa tentang apa saja. Harry potter dengan dunia sihir, Narnia dengan dunia dalam lemari, Percy Jackson yang mengangkat cerita tentang mitologi yunani, ada juga Twilight dengan vampir dan manusia serigala. Genre fantasi lebih bebas dan luas. Memberi ruang untuk berimajinasi tanpa batas, seperti jalan tol tanpa hambatan. Lurus, lapang, dan lepas. Dari jenis cerita yang harus riset sangat dalam, sampai cerita yang bisa mengandalkan kekayaaan imajinasi penulis, fantasi adalah jenis genre yang cocok untuk pekerja lembur seperti Rinai. Ia bisa membuat dunia yang sama sekali baru, di mana aturan mutlak dunia berada digenggamanannya. Ia akan menjadi penguasa tertinggi, dimana setiap goresan tinta akan menjadi kitab nubuat. Aturan hidup, aturan sosial, aturan dunia, ia akan mengendalikannya. Menulis genre fantasi yang sangat bebas seperti ini tentu saja akan memiliki hambatannya sendiri. Namun saat ini, Rinai hanya berpikir dengan santai, jika hambatan datang, mata putar otak sampai menemukan jalan keluar. Ia sudah memutuskan untuk membuat cerita fantasi dengan dunia murni miliknya sendiri. Harusnya, itu tidak akan terlalu sulit. Standar cerita fantasi adalah hal-hal tidak masuk akal yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Ia tidak akan memiliki tanggul apapun hanya karena kekurangan bahan riset. Setiap jalan buntu, ia bisa menciptakan tangga imajinatif untuk melewatinya. Setiap dinding tinggi, ia akan membuka portal untuk melubanginya. Rinai yakin, naskah lomba ini akan selesai dalam waktu satu atau dua bulan. Sejujurnya, ia tidak begitu ambisius. Sikapnya yang setengah-setengah menunjukkan niat murninya yang hanya bernilai emas 10 karat. Ia tidak memiliki rencana apapun. Dalam sebulan ini, Bang Jack tidak ada bedanya dengan iklan provider kartu telepon, yang tidak berhenti mengirim pesan setiap hari untuk menjejalinya sekelompok promo penuh tipu-tipu. Ia hanya ingin yang termudah yang bisa ia lakukan. Selesaikan pekerjaan dengan hasil maksimum dengan modal yang paling minimum. Mengingat ini, Rinai menghubungi Bang Jack lagi. [Rinai : Rinai bakal bikin cerita fantasi.] Balasan Bang Jack datang secepat kilat. [Bang Jack : Oh ya? Tentang apa?] [Rinai : Interstellar dan masa depan. Aturan dunianya pakai aturan Rinai.] Balasan Bang Jack kali ini agak lama. Rinai mengesampingkan teleponnya dan mulai menulis premis. [Bang Jack : Untuk proses risetnya udah ada rencana?] [Rinai : Genrenya fantasi. Harusnya gak bakal banyak masalah dalam proses penulisannya.] [Bang Jack : Genre fantasi bagus. Tema interstellar dan masa depan juga bagus. Kamu harus riset lebih banyak. Cerita jenis ini cukup sulit. Tapi kalau bahannya sudah tersedia, maka nggak ada masalah dalam pengerjaannya.] Rinai berpikir sejenak, kenapa harus sulit? Bukannya ini hanya cerita fantasi. Dalam cerita fantasi, bahkan lemari pun bisa menjadi dunia baru. Perhalus aja. [Rinai : Rinai udah ada ide untuk premis dan sinopsisnya. Nanti Rinai kirim ke Bang Jack kalau udah jadi.] [Bang Jack : Oke. Bang Jack tunggu.] Malam itu, Rinai kembali lembur, namun ia tidak menginput SPK atau membuat STNK seperti biasanya, kali ini ia menulis cerita. Mencoba meraih cita-citanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD