BAB 4 : "15 detik cukup untuk menjual tulisan."

1193 Words
BAB 4 : "15 detik cukup untuk menjual tulisan." Membuat premis tidak sulit. Hanya terdiri dari kalimat sederhana yang menjelaskan karakter, konflik dan ending secara lugas dan langsung. Suatu hari, Rinai pernah ikut kelas menulis online singkat selama dua hari lewat aplikasi Zoom. Mentornya adalah seorang editor berpengalaman dari penerbit mayor ternama. Mereka semua diberi tugas untuk membuat premis novel. Ada lebih dari seratus peserta saat itu. Semua orang mengirim premisnya masing-masing. Ada yang menarik, ada yang biasa saja, ada juga yang cukup unik. Ide-ide out of the box mengalir tanpa henti. Di akhir kelas, mentornya membacakan beberapa premis yang menurutnya cukup menarik. Untuk menarik minat dan menjaga semangat peserta, ia juga bertanya apakah ada peserta yang ingin dibacakan premisnya? Rinai meminta waktu itu. Premis Rinai sederhana dan kasar. Dengan desain ide standar yang membosankan. Saat ia mengirimkan tugas, sebenarnya ia tak memiliki ide apapun. Ia hanya mencaplok sebuah ide cerita standar tentang anak sekolah, dengan beberapa kreasi tambahan. Meski tidak mungkin menjadi yang paling menyilaukan, ia yakin premisnya tidak seburuk itu. Siapa kira, setelah mentornya membacakan itu, ia hanya berkata bahwa ide premisnya kurang menarik. Dia tidak mengatakan idenya buruk, hanya 'premisnya kurang menarik'. Mentornya kembali menjelaskan kepada semua peserta Zoom meeting. "Menulis premis tidak perlu bertele-tele. Guna premis itu sebagai dasar acuan untuk cerita. Tulis saja secara lugas siapa tokohnya, apa konfliknya, dan bagaimana endingnya." "Kalian semua harus bisa menulis premis. Kalau menulis premis saja tidak bisa, apakah ada gunanya membaca lebih lanjut? Premis sangat penting bagi penulis." "Ide kalian bagus, out of the box, tapi kalian bahkan tidak mampu menguraikan kehebatannya dalam bentuk premis, bagaimana orang lain bisa tahu bahwa ini adalah benih yang bagus? Bagaimana editor akan tertarik pada cerita dengan premis yang tidak jelas?" "Premis itu adalah dasar cerita. Acuan kita saat ingin mengembangkan ide agar tidak melenceng atau keluar jalur saat menulis. Penting bagi penulis untuk cakap menulis premis." Setiap penulis memiliki pesonanya masing-masing. Kemampuan mereka bagaikan langit malam dengan bintang yang bertebaran. Tapi syaratnya jelas, bersinar. Tidak mampu membuat premis bukan berarti tidak bisa menulis sebuah cerita yang bagus. Tapi, jika dalam premis yang singkat dan sederhana saja ide kalian tidak tersampaikan, apa mungkin akan tersampaikan dalam puluhan ribu kata lainnya? Jika mungkin, lalu kenapa premisnya tidak menarik? Sebuah tulisan yang bagus, dimulai dari sebuah premis yang bagus. Tidak perlu berlebihan, tidak perlu sesuatu yang akan menimbulkan kesan hebat dan luar biasa. Jelas, lugas, dan langsung. Premis adalah cara penulis mengingat tujuannya saat menulis. "Menjadi seorang penulis, yang pertama belajar menulis premis. Para penerbit juga akan meminta premis saat kalian mengirimkan naskah. Premis yang bagus akan menjadi iklan yang bagus. Dari premis yang bagus, editor akan tertarik untuk membaca lebih lanjut karya kalian?" "Coba misalkan, kalian ketemu seorang editor di dalam lift. Kalian mungkin hanya punya 15-20 detik untuk menjual karya yang kalian tulis. Apa yang akan kalian ceritakan? Tentu saja, premisnya!" "Dalam beberapa detik yang singkat itu, kalian harus mampu menarik perhatiannya. Apakah mungkin menceritakan seluruh novel? Tidak mungkin. Itu lah kenapa, kalau membuat premis saja kalian tidak mampu, apakah ada gunanya membaca sisanya?" "Sekarang, bayangkan kalian berdiri di lift, ada seorang editor berdiri disamping, apa yang akan kalian katakan untuk menjual cerita ini? Itu lah premisnya. Yang paling lugas, paling sederhana, dan paling menarik. Tidak perlu bertele-tele." "15 detik waktu yang singkat. Tapi dalam jangka waktu yang singkat itu, sebelum melangkah keluar dari lift, kalian mungkin baru saja mengubah nasib. Meraih kesempatan." "15 detik cukup untuk menjual tulisan." "Lalu, apa yang akan terjadi kalau premis kalian tidak menarik? Ya, penolakan." Mentor itu tersenyum singkat, dan melembutkan suaranya. "Setiap orang memang memiliki cara tersendiri untuk bersinar, tapi sebuah sinar juga memiliki syarat yang harus dipenuhi; cemerlang. Jika sinarnya redup, tidak ada yang akan menyadari keberadaan kita." "Jangan menyepelekan hal-hal seperti ini. Mungkin premis terkesan sederhana dan tidak sehebat puluhan ribu kata lainnya, tapi dari premis yang bagus, akan lahir penulis yang bagus." "Mampu menyempurnakan niat dan ide dalam premis adalah dasar seorang penulis." Saat itu, hati Rinai terasa seperti dicubit. Itu berubah menjadi hijau dan memar. Meracuni mentalnya dengan rasa malu karena memandang rendah premis dan mengirimkannya dengan santai. Siapa kira ia akan kena 'tamparan' di tempat? Kata-kata mentornya itulah yang membuka pandangan Rinai. Kalimat itu cukup kasar, tapi jika dipikirkan baik-baik, itu benar. Rinai bisa membayangkan dia berdiri di lift dan ada seorang editor di sisinya. Dalam 15 detik itu, apa yang akan ia katakan? Apakah ia bisa menjelaskan ide ceritanya dengan benar? Selama ide cerita dijelaskan dengan benar, maka selalu ada peluang untuk cemerlang. Ide cerita yang tak bisa dijabarkan dengan baik, tidak akan memiliki kesempatan. Sebagus apapun rencana pengembangan lanjutannya. Pikiran editor sederhana, premis yang bagus, layak diberi kesempatan. Premis tidak bagus, adakah gunanya membaca 50.000 kata lainnya? Setelah membalas pesan Bang Jack, Rinai menenangkan pikirannya untuk sesaat. Ia menutup matanya perlahan, dan dapat melihat dirinya berdiri di dalam lift. Seorang editor ada di samping, menunggu ia melontarkan sebaris kalimat yang akan mengetuk minatnya. Apa yang akan ia katakan? Bagaimana ia akan menjual ceritanya? Butuh waktu beberapa menit sampai ia kembali membuka mata. Setelah pandangannya kembali jernih, ia meraih laptop dan membuka microsoft word. Ia mengetik beberapa kalimat dengan mantap. Yakin premisnya sudah cukup bagus. Ada pesan masuk dari Bang Jack. [Bang Jack : Ada kesulitan saat menulis premis, Rinai?] [Rinai : Sejauh ini masih aman, Bang Jack. Rinai mau menulis sinopsis.] [Bang Jack : Oke. Kalau ada kendala, kabarin aja.] Rinai membalas dengan emotikon jempol. Bagi Rinai, menulis sinopsis tidak kalah sulit. Tidak, itu seharusnya 10x lebih sulit. Menulis sinopsis berarti meringkas puluhan ribu kata dalam 2 atau 3 lembar halaman yang kurang dari seribu kata. Itu harus jelas dari awal sampai akhir, tanpa ada yang ditutupi. Membuat sinopsis berarti harus menjelaskan alur cerita tanpa ada plot tersembunyi. Tidak ada pertanyaan menggantung. Endingnya harus jelas di sana. [Rinai : Bang Jack, kalau sinopsis yang Rinai tulis beda sama saat eksekusi, tidak masalah, kan?] Rinai bertanya karena hatinya cukup ragu. [Bang Jack : Kenapa berbeda?] [Rinai : Rinai mau tulis cerita kasarnya dulu. Takutnya, saat Rinai tulis secara keseluruhan novel, Rinai berubah pikiran untuk beberapa hal.] [Bang Jack : Menulis memang itu bebas dan fleksibel, tapi bukan berarti seenaknya. Sinopsis cerita berguna untuk meringkas garis besar cerita yang terjadi di dalam novel yang kita tulis. Berisi komponen-komponen penting yang menyajikan alur secara lengkap dengan ending yang jelas.] [Bang Jack : Kalau Rinai nulis cerita gak sesuai alur, apa yakin tidak akan keteteran, dan ceritanya malah bisa menjadi melebar kemana-mana?] [Bang Jack : Dibandingkan mempersiapkan diri dengan sinopsis dan cerita yang berbeda saat penerapannya, kenapa tidak buat sinopsis sesuai dengan alur yang Rinai mau saja dari sekarang?] [Rinai : Rinai hanya khawatir Bang Jack, soalnya idenya belum matang sepenuhnya. Kalau di tengah cerita tiba-tiba dapat ide yang bagus, kenapa tidak untuk disesuaikan?] [Bang Jack : Itu rawan untuk plot hole. Sebaiknya, pikirkan dulu matang-matang sinopsisnya. Lagian kan waktunya masih banyak. Rinai pikirkan dengan tenang.] Kata-kata Bang Jack menyadarkan Rinai bahwa ia tidak harus kejar setoran malam ini juga. Masih ada waktu, ia masih bisa memikirkan sinopsis ceritanya esok hari. Sudah cukup larut sekarang. [Rinai : Makasih untuk sarannya, Bang Jack. Rinai tidur dulu.]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD