Besan

1075 Words
Hari ini Reina berencana untuk mampir ke rumah Indah dan Tedi. Mereka memang sering berjumpa belakangan. Tak ada kegiatan yang bisa mereka lakukan di rumah. Reina tak lagi mengurus yayasan karena saat ini dipegang oleh Haris dann sesekali Luna membantu. Sementara Tedi dan Indah juga tak banyak bolak-balik mengurus restoran yang telah dipercayakan pada Zha. Menyebabkan ketiga sahabat itu banyak menghabiskan waktu di rumah. Reina di antar Yogi menuju rumah Tedi. Sementara sang suami akan ke kantor hari ini menemani Leon yang akan melakukan perkenalan dengan para pekerja di pabrik kain mereka yang berada di luar kota. Yogi yang akan memperkenalkan CEO baru perusahaan secara langsung. Hal yang sama juga Yogi lakukan pada saat Juna diangkat menjadi CEO dulu. Yogi jelas begitu bangga karena kedua anaknya telah bersedia membantunya untuk menjalankan perusahaan yang selama ini telah di bangun sang ayah dan dibesarkan olehnya dan istri yang telah melakukan banyak hal untuk KAruna. Apalagi saat Karuna terpuruk dulu, Reina lah yang telah banyak berjasa mempertahankan perusahaan. Mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Tedi. reina merapikan tasnya dan juga makanan yang ia bawa dari rumah. Ia menatap sang suami dan merapikan pakaian sang suami. Meski usia mereka telah mencapai lebih dari setengah abad keromantisan keduanya tak pernah hilang. "Nanti aku pulang naik ojek online aja," ucap reina. "Hmm, Juki bisa jemput kamu kok. Ya kan Juk?" tanya Yogi sambil melirik Juki yang berada di kursi kemudi dari kaca dashboard. "Siap pak," sahut Juki. "Aku bisa pulang sama Leon nanti," ucap yogi. "Dari kemarin kamu ajak Juki ikut kegiatan kamu. Belum ada libur dia tuh. AKu bisa naik mobil online." Reina memikirkan Juki yang di hari libur kemarin masih diajak Yogi untuk bepergian. "Juki-nya juga enggak masalah kok. Saya cuma mau kamu baik-baik aja dan sampai rumah dengan selamat," ucap Yogi lagi yang masih saja protektif pada sang istri. Reina hela napas ia tau tak akan ada artinya jika ia terus memaksakan sang suami, hasilnya akan sama saja Yogi akan tetap keras kepala. "Baiklah terserah kamu Mas." Saat itu kaca jendela di ketuk, terlihat Tedi yang berada di sana. Reina membuka jendela, melambaikan tangan pada sahabatnya. "Oh ada Pak Yogi," kata Tedi sambil melambaikan tangannya. Reina sedikit mendorong Tedi pelan karena ia akan membuka pintu. Saat Reina membuka pintu, yogi juga mengikuti untuk menyapa Tedi. Yogi berjalan menghampiri ia dan Tedi bersalaman dan sedikit berbasa-basi menanyakan kabar. "Saya buru-buru ya," pamit Yogi kemudian Reina mencium tangan sang suami. "hati-hati Mas." Reina berucap seraya melambaikan tangan. Yogi mengangguk, lalu segera meminta agar Juki melajukan mobilnya. "Dah masuk yukk," tedi mengajak sahabatnya itu masuk ke dalam rumah. Keduanya berjalan masuk ke dalam menuju dapur . Di sana Indah tengah menyiapkan Teookpoki yang ia buat sesuai dengan permintaan dari Reina. Reina ingin makan teok ekstra pedas dengan tambahan cabai rawit. Reina meletakan tas berisi makanan buatannya ke atas meja makan lalu duduk di sana setelah ia bersalaman dan bercipika-cipiki dengan Indah. "Aduh enak banget nih," ucap Reina. "Gue bikin enggak terlalu pedes ya, lo ada asam lambung. Bisa digetok Pak Yogi gue kalau bkin istrinya lambungnya kumat," kata Indah memberitahu Reina. Ia tak ingin penyakit sang sahabat kambuh karena memakan masakan buatannya. "Padahal gue udah minum obat magh dari rumah lho." Reina membecik. Tedi melirik kesal. "Masih aja kelakukan lo, udah tua kita." "Masa sih? Kata Mas yogi gue masih kaya 18 tahun," ledek reina pada Tedi. "Buru-buru suami lo suruh cek mata silinder kayanya mata pak Yogi," kata Tedi sambil membuka makanan yang dibawa Reina. "mantul ayam bacem, sama tahu tempe bacem." Tedi segera mengambil satu potong tahu dan menyantapnya. "Itu anak-anak SMP kita jadi reunian?" tanya Reina. "Entahlah, enggak jelas juga kabarnya." Tedi menjawab masih sambil mengunyah tahu bacem miliknya. "Hmm, tahu bacem lo mirip banget sama buatan Ibu ratna." "iya gue kan anaknya, dih gimana sih?" kesal Reina. "hehehe, santai sih." Tedi terkekeh ia selalu merasa senang jika Reina marah atau kesal padannya. "Balik ke reuni. Udah banyak yang meninggal temen-temen kita." Indah berucap menyampaikan kabar yang ia dengar. Karena Reina menolak masuk ke grup dan memilih mencari info dari Tedi. Reina anggukan kepala. "Ya, sebentar lagi kita mungkin juga akan nyusul." Reina katakan itu dengan enteng sambil menyantap teok buatan Indah. "kalau ngomong suka sembarangan," kesal tedi. Indah mengangguk menyetujui apa yang dikatakan sang suami. "Lo emang enggak mau lihat cucu lo gede?" Ucapan sang istri buat Tedi teringat sesuatu ia kemudian dengan cepat menggeser bangkunya untuk mendekati Reina. " Bahas cucu gue jadi ingat sesuatu." Tedi melirik sang istri yang segera mengangguk. Indah tau apa yang akan dikatakan sang suami. "Gue mau ngomong sesuatu. Lo pasti kaget." tedi buka suara. Apa yang dikatakan Tedi buat reina menatap dengan penasaran. "Apa sih?" "Anak lo si bontot. bilang ke gue minta ijin jadi pacarnya Zhi." "HAh?! Leon?" Reina tersentak. Tedi mengangguk cepat. "Iya Leon, kayanya mereka Deket gara-gara sering ketemu di apartemen Juna." Indah menduga-duga meski dugaannya jelas benar. "BAgus dong, berati kita besan." Reina mengatakan dnegan senang sementara Tedi menggelengkan kepala. "Anak gue itu enggak mau nikah, sejak di duain sama Damar si berangkat itu yang bikin anak kesayangan gue yang cantik sedih. Zhi bilang enggak mau nikah." Tedi katakan karena ia ragu leon akan sia-sia mengejar Zhi. "Kok lo pesimis sih?" Reina bertanya pada tedi dan Indah yang terlihat sama pesimisnya. "Ya soalnya Zhi itu keras kepala Na," sahut Indah. Reina terkekeh, kemudian menunjuk dirinya. "Lo lihat Gue udah?" reina bertanya kemudian kedua temanya itu mengangguk. "Lo lihat Mas Yogi?" Lagi kedua orang di hadapannya itu mengangguk untuk yang kedua kalinya. "Lo lihat gue dan MAs yogi. Lo berdua tau kan kalau gue dan Mas Yogi itu keras kepala?" tanya Reina lagi. "lo kan dari dulu emang keras kepala. Keras kepalanya Pak Yogi juga gue tau banget."Tedi berucap. Tentu saja ia tau dengan jelas bagaimana kelas kepalanya mantan atasannya itu dulu. "Keras kepalanya gue sama Mas Yodi digabung. Itu jadi Leon. Zhi gue yakin bakal luluh. Fix kita besan." reina terlihat begitu senang lalu menjabat tangan Tedi dan Indah bergantian. "Lo kok senang dan yakin banget? gue malah takut Leon di hempas sama Zhi," ujar Indah. Reina gelengkan kepala. "Mauu diapain juga kalau Leon udah maunya Zhi, ya harus Zhi. Ya gue seneng soalnya jelas gue bakal besanan sama kalian." Yang tedi lihat selama ini adalah Leon yang terlihat kalem dan penurut ia tak tau kalau laki-laki yang tengah mengejar putri sulungnya itu adalah pria yang keras kepala. Dan harus mendapatkan apa yang ia inginkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD