Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi. Panggilan. Panggilan kepada Nadheera Aqueena kelas X gold 1. Harap menemui Mam Anisa Elmafia di ruang guru.
Sebuah panggilan yang terdengar di seluruh penjuru Sekolah saat Ira baru saja memesan teh hangat tawar di kantin. "Ya allah apa lagi ini?" Tanya Ira pada dirinya sendiri.
"Kenapa lagi tuh mak tiri?" Tanya Nana yang baru tiba di meja sambil membawa nampan berisi model (pempek yang dipoting-potong, dikasih kuah bening mirip kuah bakso) 3 mangkuk. Lalu duduk di samping Ira.
Ira mengangkat kedua bahunya mengisyaratkan ketidak tahuannya. "Capek banget gue" ujar Ira "yaudah, lo ngomong aja sama Mam Elma" ujar Illa yang datang dengan membawa botol minum.
"Menggali kuburan sendiri namanya itu" ujar Ira yang sedang berusaha berdiri dan dibantu oleh kedua sahabatnya itu. Akhir-akhir ini Ira sering lemas dan mimisan dan seperti biasa, gadis 16 tahun ini malas ke dokter di periksa oleh mamanya saja malas. Selalu menolak.
"Lo mau gue temenin?" Tanya Illa yang merasa khawatir dengan kondisi Ira dan dijawab gelengan lemah oleh Ira smabil tersenyum. "Gue cabut dulu yah. Assalamualaikum" ujar Ira lalu pergi menuju ruang guru.
Tiga puluh menit kemudian~
"Kamu kok pucat sekali, Ira?" Tanya mam Elma yang baru menyadari raut wajah Ira yang pucat. "Kamu sakit ya, Ra?" Sambungnya.
"Engga kok mam, Alhamdulillah saya baik-baik saja mam" ujar Ira berbohong. "Kamu jangan bohong sama saya Nadheera" ujar Mam Elma. "Engga kok mam" ujar Ira.
"Sudah-sudah. Lebih baik kamu ke UKS sekarang. Nanti saya akan apnggil Yoga untuk gantikan kamu" ujar Mam Elma tapi Ira hanya diam saja. "Mam bilang tadi apa? Ke UKS kan.. sudah ke UKS saja sana Nadheera " ujar mam Elma.
"Baik mam.. permisi mam"ujar Ira lalu menyalimi Mam Elma dan segera pergi dari ruang guru. Ira hendak ke UKS karena ia benar-benar merasa lemas tapi sebelum itu ia mengirim pesan kepada kedua sahabatnya itu.
Second Fam
You
Gengs gue ngga balik
ke kantin lagi ya.
Gue mau ke UKS
Setelah mengirim pesan, Ira bergegas pergi ke UKS dengan tubuhnya yang sangat lemas. Saat Ira sudah sampai di pintu ukas tiba-tiba saja badan tambunnya ambruk untung saja ada seorang pria yang menangkap tubuhnya.
"Eh dek..dek.. wey bangun wey!" Ujar pria ber kemeja navy itu yang tampak kebingungan. "Gimana nih" ujar pria itu yang masih kebingungan.
Pria itu mengedarkan pandangannya dan dewi fortune berpihak padanya. Ia merutuki kepanikannya tadi pasalnya ia tidak menyadari bahwa mereka sedang berdidi di depan pintu UKS. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung menggendong Ira dengan bridal style dan membuka pintu ber cat biru langit itu denfan tangan kanannya.
Dengan langkah cepat pria berkemeja Navy dan celana coklat muda itu membawa gadis tambun di gendongannya ke salah satu tempat tidur disana. Iya, pria itu menggendong Ira dengan langkah cepat. Bukan karena keberatan yang menyebabkan ia ingin cepat-cepat melepaskan gadis tambun itu dari gendongannya. Bukan. Ia tidak merasa berat sama sekali. Ia bahkan sempat terpesona sebentar karena wajah chubby itu sebelum kebingungan menderanya.Ia terlalu panik dan tidak ingin di tuduh telah melakukan hal aneh sehungga menyebabkan gadis tambun ini pingsan.
"Lah kamu? Thoriq kan?" Ujar wanita dengan jilbab yang hampir menutupi pergelangan tangannya itu kepada pria yang ia sebut sebagai Thoriq tadi. Dan pria itu mengangguk cemas "Benar. Tapi saya ngga melakukan hal aneh ke dia ya mba. Dia tadi pingsan sendiri dan kebetulan saya sedang lewat jadi saya bantu. Suwer deh mba" ujarnya.
Wanita itu tertawa pelan lalu mengibaskan satu tangannya ke udara "Haduh mas-mas.. mana mungkin saya menuduh macam-macam sama artis terkenal macam kamu. Mana mungkin kamu berbuat aneh ke dia yang ada dia kali berbuat aneh ke kamu karena terlalu fanatik" ujarnya. Betul juga batin pria yang mengaku bahwa namanya Thoriq itu.
"Eh iya, saya boleh minta tanda tangan kamu? Adik saya penggemar berat kamu" ujarnya sambil mengajukan selembar kertas dan pulpen ke hadapan Thoriq. Pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Letakkan saja di meja. Anda tangani gadis ini, dan saya akan memberikan tanda tangan saya" ujar Thoriq bukannya mementingkan orang yang sedang pingsan, malah meminta tanda tanganku batinnya. Dan wanita itu mengangguk.
"Jangan gede rasa, saya bukan penggemar kamu. Adik saya yang ngefans banget sama kamu"ujar wanita itu sambil mengolesi minyak angin di bawah hidung dan pelipis Ira. Thoriq hanya mengangkat kedua bahunya. Pria itu berjalan mendekati tempat tidur yang lainnya lalu duduk di sana sambil menatap gadis chubby yang masih setia menutup matanya.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Thoriq "kurasa tidak" ujar wanita itu lalu berhenti dari kegiatannya memijat pelipis Ira dan Thoriq nampak mengernyitkan dahinya "maksud anda?" Tanya Thoriq. Wanita penjaga UKS itu memberikan isyarat pada Thoriq melalui gerakan tangannya, memintanya untuk menunggu sejenak. Ia berjalan mendekati meja ber rampel hijau itu, lalu duduk di kursi yang ada di balik meja tersebut.
Wanita itu membuka buku tebal bersampul putih yang ada di depannya. "Hemm.. sepertinya saya harus melaporkan hal ini pada walikelasnya" ujar wanita itu setelah membilak-balik kertas dalam buku putih di depannya itu. Thoriq semakin mengerutkan dahinya "ada apa?"
"Maaf. Saya tidak bisa memberi tahu kamu" ujarnya.
"Assalamualaikum" ujar seorang gadis berbadan tambun di ambang pintu dan di susul oleh seorang gadis tambun lain. Mata kedua gadia itu tiba-tiba membulat sempurna saat melihat seseorang yang sangat mereka kenali terbaring pucat di atas salah satu tempat tidur di UKS. Mereka bergegas mendekati orang tersebut. "Ra!" Panggil illa sambil menggoncang bahu ira dengan kedua tanganny cukup kuat. Nana menggeser Illa. "Iraaa" panggil Nana sambil memefang dagu Ira lalu menggerakkan ke kanan-kiri bergantian.
"Dia pingsan sejak 10 menit yang lalu"ujar seorang pria dri belakang mereka. Dan mereka berdua sontak berbalik badan dan melihat ke arah pria itu. Nana menatap pria itu dengan tatapan tidak senang dan Illa menatapnya biasa saja.
"Siapa lo?" Tanya nana dengan nada tidak suka dan alis yang bertautan. "Saya.."
"Ck! Dia itu Thoriq, Na" ujar illa memotong ucapan Thoriq dan pria itu pengangguk dengan ekspresi sangat berkarisma yang ia buat di depan para Fans. "Artis" tambah Illa.
Nana tambah mengernyitkan dahinya saat melihat wajah Thoriq yang menurut Nana sok cool, dan sok ganteng. Lalu Nana berdecih pelan hampir tak terdengar siapa pun selain dirinya dan Allah pastinya. Nana lalu memalingkan wajahnya. Enah kenapa dia sangat tidak nyaman saat berdekatan dengan pria bernama Thoriq yang katanya seorang artis itu.
"Kalian temannya Nadheera kan?" Tanya Asri -perawat yang sedang jaga di UKS. Nana dan illa langsung menganggukkan kepala mereka sambil menatap ke arah Asri.
"Saya perlu bicara sama kalian" ujar Asri yang kembali di angguki oleh Illa dan Nana.
Ting Ting!
Dentingan yang berasal dari ponsel dari arah belaknag mereka terdengar. Nana dan illa kompak mengernyitkan dahinya saat mengetahui kalau ponsel Thoriq yang berbunyi. Thoriq meminta maaf lalu segera pamit pergi keluar UKS.
"Bagus deh dia pergi. Gue ngga suka ngeliat dia"
"Kenapa lu?"
Nana menghardikkan bahunya "tauk. Ngga suka aja"
"Mba Asri tadi mau bicara apa?" Tanya Nana setelahnya. "Jadi begini.."
♡
Ira sudah siuman sejak 2 jam yang lalu. 30 menit sebelum bel pulang berbunyi. Dan kini mereka [Nana, Illa, Ira] sedang duduk di atas tempat tidur berlapis kain Peach yang ada di kamar ira.
"Badan lo, terasa aneh ngga belakangan ini?" Tanya nana yang berhasil membuat dahi Ira berkerut "maksud lo?" Ujarnya tak mengerti.
"Lo ada salah makan belakangan ini?" Sekarang giliran Illa yang bertanya.
"Lo.. sering mual?" Nana
"Kepala lo.. sering pusing?" Illa
"Lo.. sering begadang?" Nana
"Perutlo belakangan ini ngga nyaman?" Illa
Dahi Ira semakin berkerut saat mendnegar pertanyaan-pertanyaan aneh yang di lontarkan kedua sahabatnya itu. "Kalian kenapa?"
Dan Ira berhasil mendaratkan jitakan manjha pada kening kedua orang gadis tambun di hadapannya ini saat mereka kompak menjawab pertanyaan Ira dengan "Lo hamil, Ra?"
Illa dan Nana meringis saat jitakan tangan Ira berhasil bertengger di kepala mereka.
"Somvlak. Waah bener-bener Kampreto despacito lo berdua!" Ujar Ira berkacak pinggang sambil menggelengkan kepalanya.
"Heh! Ndableg! Bisa-bisanya kalian menuduh Juliet yang masih polos ini.."
"Haah? Ngga salah?"
"Polos?"
Ujar Illa dan Nana kompak. Dan dijawab anggukan dramatis ala Ira.
"Tega kalian menuduh Juliet. Hamba belum menikah dengan Romeo. Jangankan menikah.. bahkan kami saja belum bertemu, saling tau pun tidak.. haah.. lalu bagaimana kalian bisa tega menuduh kalau Juliet yang polos ini sedang mengandung.." ujar Ira yang berhasil membuat kedua sahabatnya memutar mata jengah.
"Haduh-haduh julietnya The Frog's Prince kit.."
"What?! The Frog's Prince? Big No! Romeo nya Juliet itu pangeran tampan ber-Pajero sport Putih yau..." ujar Ira. Dan sekarang giliran kedua sahabatnya yang menjitak manjha kepala Ira. "Sakit maemunah!" Keluh Ira.
"Biarin! kebanyakan halu sih lo!" Ujar nana
"Tauk! Kita ini serius Ira! Lo itu udah 4 kali pingsan dan 7 kali mimisan 2 minggu ini!" Ujar Illa. Dan lo sering kambuh belakangan ini ra, batin nana.
"Biasa itu.."
"Biasa Ndaz mu!"
"Ta tête!, [kepalamu] Juliet!" Ujar illa dan Nana yang lagi-lagi dalam waktu bersamaan.
"Lo itu sakit Ra! Badan lo tuh ngga beres!"
"No, i'm ok.."
"Nggak! Pokoknya kita harus ke RS!" Ujar illa yang di angguki oleh Nana. "Paling ngga, ke mama lo deh.. ini ngga bisa di biarin terus" ujar Nana.
"Girls.. gue. Baik. Baik. Aja. Oke. Everything is flow as good as usual. Okey! Ngga ada Ke RS, ngga ada ngadu ke mama. Sudah terlalu banyak hal yang dharus mama gue fikirin. Udah cukup. Gue ngga mau ada sesuatu yang menambah beban fikiran beliau. Apalagi kalau gue penyebabnya"
"Big No! I'm okey.. walau ada masalah.. just let it flow.. coz everything is gonna be okey as soon as possible" ujar Ira sambil tersenyum hangat kepada kedua sahabatnya itu.
Jika Ira sudah bilang begitu, Nana dan Illa tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya bisa berdoa mengharap yang terbaik untuk sahabat mereka ini.
Illa menyikut lengan kiri Nana saat melihat Ira yang mukai menundukkan kepalanya dan mulai terlihat murung. Nana mengernyitkan dahinya, menatap Illa dengan tatapan mematikan dan seolah berkata apaan sih? Sakit tauk! Yang sontak membuat Illa mengerucutkan bibirnya dan mengarahkannya ke arah Ira.
Nana langsung mengalihkan pandangannya ke arah ira yang mulai tertunduk muram. Seolah tau maksud dari sikutan Illa tadi, Nana segera memulai pembicaraan, mengalihkan topik.
"Eh-eh Juliet.." panggil Nana tapi hanya di balas dehaman oleh Ira yang masih tertunduk muram seolah tak tertarik dengan topik yang akan di bicarakan oleh Nana.
Melihat hal itu, Nana langsung menggeser posisinya. Mendekatkan wajahnya ke telinga Ira dan mulai berbisik. Terlihat Ira mengerutkan dahinya mencoba mencerna perkataan Nana kemudian matanya melingkar sempurna sembari menegakkan posisi lehernya. Lalu...
"Hahaha?!? Seriusan lu?" Ujar Ira seolah tidak percaya mendengar cerita yang di bisikkan oleh Nana tadi. Nana menangkup wajah bulatnya dengan dua tangan putih miliknya lalu menggaruk lehernya yang tidka gatal. "Malu sendiri gue kalo nginget hal itu" ujar Nana.
"Apaan sih yang kalian obrolin? Jahat banget, ngga bagi-bagi cerita.." ujar illa yang pura-pura merajuk.
"Lo tau kok La.. " ujar Ira sambil menahan senyum. "Tau apaa?" Ujar Illa yang tampak berfikir. "Yakin, mau gue sebutin? Ntar muka lo jadi kepiting rebus di kasih saos tomat.." ujar Ira sambil menaik turunkan alis kirinya. "Gue ngga ngerti deh.. sumpah. Gue lupa. Otak gu--"
"Yah-yah-yah. Otak lo udah Over Load jadi susah untuk search momen yang mana itu?iya kan?" Ujar Nana memotong perkataa Ila, jengah, dan Illa hanya nyengir garing. Ira tertawa melihat kedua sahabatnya ini yang kadang susah akur.
"Oke-oke.. listen to me.." ujar Ira yang pura-pura serius. Ingat, hanya pura-pura. Ira mendekatkan wajahnya ke tengah-tengah kedua sahabatnya. Dan Nana mencoba menahan cengirannya sedangkan Illa penuh dengan kepenasarannya.
"Bokser"
Flashback on~
Nana dan illa langsung menghentikan aktivitas mereka saat mendengar dentingan notivikasi dari ponsel keduanya. "Yuk, cabut!" Ujar keduanya kompak setelah membaca pesan masuk dari Ira di grub chat mereka.
"Idih plagiat" ujar Nana dan illa hanya memutar matanya jengah. "Udah ayook.." ujar illa kesal melihat Nana yang masih menghabiskan jus kacang merahnya. "Sabaaar.. mubazir tauk" ujar Nana.
"Ish.. jangan lupa bawak tehnya Ira" ujar Illa setelah mengambil tas Ira pada Nana lalu bergegas pergi meninggalkan Nana unceha yang sedang menyandang tasnya.
"Jangan lupa bawak tehnya Iraaa nyew-nyew-nyew. Dasar mak lampir!" ujar Nana yang tampak kesal "gue denger ya, Na" teriak illa. "Bodo!" Nana mendengus kesal lalu segera pergi dari kantin, menyusul Illa yang sudah menjauh.
♡
"Eh monyet! monyet!" Pekik illa saat Nana menusuk lekukan lemak di bagian kanan tubuhnya. "Hiih enak ajaaaah.. gue ini Princessa Fiona Snow White Unceha- Unceha Ulala yaw bukan monyeet, nyeet" ujar Nana sambil melakukan gerakan seolah mengibaskan rambut dengan tangan kananya. "Kampreto! Gue bukan monyet yau!" Ujar illa setelah mendengus kesal.
"Eh anjrito ferguso despacito piggy-piggy doggy!" Cecar Nana dengan mata membulat sempurna saat melihat sebuah benda yang lumayan femiliar tergeletak di dekat pot bunga yang berada tidak jauh dari mereka. "Heh! Indah sekali kata-kata mu maria mersedez!" Ujar Illa setelah menjitak pelipis Nana.
"Sakit marpuah!" Pekik Nana "lagian.. fanatiknya mba Liqo tapi mulutnya minta ditabok!" Ujar illa mendelik. "Hish!" Dengus Nana dan langsung menarik tubuh ira mendekati benda tersebut. Illa tampak mengamti benda tersebut, sedangkan Nana mengamati sekitarnya mencari si empunya.
"Tara!" Panggil Nana saat menemukan hanya Tara lah satu-satunya orang selain ia dan illa di sekitar sana. Illa langsung membulatkan matanya sempurna saat menyadari benda apa itu dan nama siapa yang di panggil oleh Nana. Dan pria yang dipanggil pun menoleh ke arah mereka. Nana memgibaskan tangannya ke udara, mengisyaratkan kepada Tara untuk mendekat ke arah mereka. Tampak Tara mengernyitkan dahinya. Dan nana berdecak kesal.
"Barang lo ada yang jatoh ngga?" pekik Nana karena jarak di antara mereka terbilang jauh. Illa menyikut lengan Nana "buset! Suara lo!" Ujar Illa sedangkan Nana hanya mendelik tak acuh. Tara yang mendengar pekikan Nana langsung memeriksa barang-barang yang ia bawa dan seketika tampak wajah Tara yang putih itu berubah menjadi pink. Kayak di kasih blush on semuka.
Tara bergegas berlari mendekati kedua gadis yang masih setia berdiri di sana. "Untung lo berdua yang ngeliat. Makasih eh" ujarnya lalu bergegas pergi menjauhi kedua gadis yang masih terkekeh di tempat karena melihat wajah Tara yang memerah menahan malu.
"Untung gue jeli khaaan" ujar Nana sambil mengedip-kedipkan matanya ke arah Illa. "Ha?" Ujar Illa.
"Iya lah! Kalo gue ngga jeli, lo ngga akan bisa ngeliat boksernya babang ganteng" ujar Nana "yaaah kecuali.. lo jadi tukang cucinya dia.."
"Inget! Tukang cuci! Bukan jadi bini!" Ujar Nana lalu melengos pergi meninggalkan Illa. "Kampreeeeeeeet Alvinnaaaa!!!" Pekik illa dan segera berlalu mengejar Nana ke UKS.
Flashback Off~