"Cukup!" Satu kata yang terdengar sebagai teriakan itulah yang berhasil membangunkan tubuh lelah gue dari tidur manjanya. Hem.. seperti pagi-pagi sebelumnya, satu minggu belekangan ini mereka kembali bertengkar hebat setelah kejadian satu tahun yang lalu.
Dengan berat hati gue buka mata gue yang tergolong sipit ini lebar-lebar dan mulai turun dari kasur berlapis kain berwarna peach lalu memasukkan kedua kakiku kedalam sepesang sedal bulu berwarna putih itu yang setia bertengger di atas karpet bulu peach dekat kasur, dari tadi malam. Gue berjalan sambil setengah menyeret kaki gue, terseok-seok. Bukan kerepotan dan merasa berat membawa tubuh tambun gue untuk mandi dan bersiap ke sekolah. Tapi dengan sesungguh-sungguhnya gue males banget mau berangkat ke sekolah pagi ini.
Badan gue masih ngga enak, panas-dingin, pegal-pegal, setelah pengambilan nilai kepramukaan kemarin. Huh? Kenapa harus ada pengambilan nilai seperti itu? Capek hayati.. Tapi gue muak juga di rumah, kalau gue stay di rumah, itu berarti gue harus mendengarkan pertengkaran pembokat gue yang topiknya ngga bergeser, itu-itu terus, seharian suntuk. Bisa-bisa masuk RSJ gue.
15 menit kemudian, gue sudah siap dengan baju kelas berwarna pink tie dye, celana olahraga grey, jilbab rabbani inova grey, dan tas ransel pink ber-renda abu favorit gue. Oh iya, kaca mata kesayangan gue yang warnanya kayak ikan koi di kolam deket balkon kamar. Totol-totol random hitam-putih. Gue berjalan masih dengan tingkat kemalasan yang HQQ ke arah lemari kaca yang ada di sudut kamar ber-cat putih ini. Gue ambil sepasang sepatu olahraga yang matching dengan style gue hari ini.
Dengan menjinjing sepatu di tangan kanan, gue mengambil asal kunci Prince Hamdan -panggilan untuk motor honda vario kesayang gue- yang tergeletak di atas meja belajar berwarna putih gading itu. Dan gue bergegas meninggalkan kamar kesayangan gue ini. Saat di depan kamar. Gue memutar bola mata jengah dengan pemandangan yang ada di depan gue saat ini. Tontonan telenovela geratis setiap hari selama satu minggu belakangan. Like what i said before. Gue mendekat ke arah mereka lalu berhenti di depan mereka yang masih cekcok. "Ira berangkat dulu, assalamualaikum" ujar gue cepat lalu menyalimi mereka berdua dan bergegas pergi meninggalkan mereka.
Saat di ambang pintu, gue sedikit berteriak dan menoleh ke arah mereka, "ira puasa" ujar gue saat mendapat feeling kalau mama pasti akan nanya ngga sarapan dulu? Mana napsu gue sarapan kalau disuguhi pemandangan tidak mengenakkan. Langsung terhempas napsu makan gue. Udah mati dia gara-gara hipotermia. Setelah mengatakan hal itu, gue langsung tancap gas ke sekolah bersama prince Hamdan.
oh iya, Ira punya dua sahabat namanya Illa dan Nana.
/////////////////////////////////////////
"Assalamualaikum zeyengs nya akuuh.. nana is here bebeb" ujar Nana dengan semangat membara saat tiba di bawah pohon tempat Illa dan Ira sedang berteduh. "Eeh.. lu kenapa nangis la?" Tanya nana dan illa hanya diam di bahu ira. "Biasa" ujar ira dan diangguki oleh nana setelah gadis 16 tahun itu berfikir sejenak apa masalah yang bisa membuat illa menangis. Jarang-jarang strong girl sherilla menangis kan.
"Udah lah la.." ujar Nana yang membujuk illa. Ira pun mengangguk menyetujui perkataan Nana. "Iya, La, udah lah.. istighfar.. kita ngga bisa berbuat apa-apa.. beliau kan Bunda lo, la..kita ngga boleh ngelawan" sambung Nana yang pagi ini tiba-tiba jadi manusia bijak. Alvinna Teguh.
"Heh! Kantin yuk! Laper gue.." ujar Nana sambil menaik turunkan alisnya. "Baru juga jam berapa, udah mau jajan aja lu! Dasar perut karet" ujar Ira
"halaaah sesama perut karet jangan begityu lah zeyeng.. kuy lah" ujar Nana sambil mengedip-kedipkan sebelah matanya. "cacingan ya lu?" tanya Ira dengan ekspresi jijik yang di buat-buat.
"udaaah kuy lah.. eh ncez.. traktir kita yaak... kebetulah eike belum sarapan" timbal Illa yang di akhiri cengiran garingnya seperti biasanya. akhirnya ketiga gadis tambun itu pun pergi ke kantin. Illa membeli satu pisang goreng kipas dan satu bakwan yang cukup lebar, Ira membeli dua buah pisnag kipas, dan Nana membeli empat buah pempek dan satu pisang kipas. kayaknya Nana beneer-bener laper.
"eh la!" seru Nana pada illa beberapa detik setelah ia berhasil menelan pempek yang sedang ia kunyah dan dijawab dehaman oleh illa yang sedang asyik dengan bakwan dan kecap manisnya. "sebenernya sekarang ini lo lagi suka sama siapa sih? Kak Arief atau si Doni?" tanya Nana yang keponya sedang kumat. Dan berhasil membuat Illa terbatuk-batuk, hampir tersedak bakwan.
Dug!
Ira menendang kaki Nana cukup kuat yang berhasil membuat Nana meringis dan memanyunkan bibirnya. "haduuh nih princess Fiona kalau ngomong suka ngga tepat suasana dan kalimatnya deeeh kayak Mam Elma" ujar Ira sambil melotot ke arah Nana.
"eitz jangan samakan snow white sama ibu tiri yah.." ujar Nana sewot, tidak terima disamakan dengan seseorang yang mereka masukkan ke dalam nominasi A2JB2 itu. (Amak-Amak Jahannam Banyak Bacot)
"udah ah udah.. ngga masalah kok ra.. gue tadi keselek karena kecapnya kemanisan" ujar Illa mencari alasan agar kedua sahabatnya berhenti bertengkar hanya karena hal itu. "kayak ngga ada alesan lain aja dah lu, La!" ujar Nana. "mangkanya, kalau tau lagi makan pake kecap, ya makannya ngga usah sambil liat gue. kelewat maniskan.. jadinya keselek deh. Untung ngga diabetes tiba-tiba" ujar Ira yang berhasil membuat kedua sahabatnya tertawa.
"Halu lo!" ujar Nana sambil geleng-geleng kepala. "pede muuuu kanjeng ratu.." sambung illa. sedangkan Ira hanya mengengir tidak jelas.