Bunga

515 Words
"Tidak, aku hanya ingin pergi mencari sarapan pagi, ada yang bisa aku bantu?"  Ini. Sambil menyodorkan setangkai bunga mawar merah yang membuatnya sangat terkejut.  "Ini untukku?" "Iya tentu Bunga, ini untukmu! Aku harap kau mau menerimanya dengan senang hati. "  Terlihat senyuman di wajah Bunga yang sangat manis lalu dia berkata kepada Ansel," Terima kasih. Di dalam kata-kata, ini untuk pertama kalinya ada seorang pria memberi aku bunga, apa lagi pria ini sangat tampan tidak kuasa aku memandangi wajah ini beruntungnya diriku saat ini, semoga saja dia benar-benar serius bukan sekedar ingin membuat aku sebagai orang yang bisa di permainkannya. Ansel yang terus memandang wajah Bunga tidak pernah berpaling muka, "Ansel?"  Iya.  Why termenung begitu, sambil tersenyum, hm ... you this there-there saja. "  " Senang saja melihat kau tertawa lepas begitu, tetaplah begini terus. Ucap Ansel kepada Bunga.  Bunga langsung tersenyum tipis dan berkata kepada Ansel, "Memangnya aneh jika aku tertawa lepas?"  Ansel mulai berkata dengan tenang, "Aku yakin kau tidak pernah tertawa selepas ini, jadi mulai dari sekarang tetap tersenyum dan bahagia selalu."  "Hahaha ... iya semoga saja akan seperti itu."  Ada saat saat Ansel menatap tajam wajah, "Nanti dulu, kau kenapa menatap aku dengan tajam?"  Kau cantik Bunga.  Kedua pipi Bunga merah seperti tomat, "Kau tidak percaya, coba kau lepaskan kaca matamu." Ucap Ansel yang kepada Bunga sambil langsung melepaskan kacamata.  "Aku tidak bisa jelas melihat kalau kacamata ini lepas." Ucap Bunga yang panik tidak bisa melihat.  "Yakin lah kau sangat cantik Bunga, jangan terpuruk begitu, semua wanita itu cantik. Percayakan kepada aku pasti semua."  Bunga Langsung kacamata Sambil Menikmati, Lalu dia Pasti Kembali. "Waah ... aku tidak pernah berpikir kalau kamu seyakin itu menilai orang."  "Iya memang harus begitu, Hm ... mau kah malam ini pergi denganku?"  "Hm ... okelah, malam ini kita pergi." Setelah Ansel pergi dari rumah Bunga, Wajahnya yang terlihat sangat bahagia itu semakin yakin kalau Bunga telah dia taklukannya, walaupun sampai sekarang jawaban itu sedikit pun tidak keluar dari mulutnya, setidaknya Ansel sudah mendapatkan perhatian dari wanita yang telah memilihnya.  Malam pun tiba, Bunga sudahlah mempersiapkan semuanya demi tampil maksimal di depan pria tampan tersebut. Aku bingung harus memulai dari mana? Sampai sekarang aku tidak tahu cara bertemu dengan pria yang mengajak pergi ke tempat umum. Dan aku sangat tidak percaya diri dengan ketampanannya yang sangat maksimal.  Di tempat lain, Ansel sudah berjalan menuju rumah Bunga, Sesampainya di rumah ada salah satu asisten rumah tangganya, "Maaf bu, ada Bunganya?" "Tunggu, nanti saya panggil dulu mbak Bunganya, silah kan masuk dulu dan duduk."  Ansel masuk dan duduk sambil menunggu Bunga yang tak kunjung keluar dari kamar.  "Mas, maaf tunggu sebentar ya, mbaknya masih di dalam kamar."  "Iya bu, saya akan menunggu di sini, maaf Bu saya mau tanya memangnya tinggal berdua dengan Bunga?"  "Iya mas, hanya berdua saja sekarang, kedua orang tua Mbak Bunga sangat sibuk dengan pekerjaannya jarang pulang, hanya pulang 6 bulan sekali saja selama 1 minggu dan lagi pula Mbak Bunga itu jarang sekali keluar dengan teman-teman, ini pertama kali kali mbak Bunga pergi bersama pria tampan seperti mas .... "  " Ansel bu. " 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD