“Kak, putar lagu Charlie Puth aja ya." ujar Jino sambil mencari lagu di ponselnya yang terhubung ke tab musik mobil.
Jevin yang tadinya sibuk memainkan ponselnya di kursi belakang langsung mengangkat kepala dan menyampaikan ketidaksetujuannya, "Jangan, ini aja." ujarnya. Kebetulan lagu yang terputar adalah lagu girl grup wanita, tapi Jino tidak begitu menyukainya.
Jino memang sangat jarang mendengarkan musik girl group karena itu bukan seleranya. Ditambah lagi ia sekamar dengan Davon di asrama, jadilah dirinya jarang mendengarkan musik dan sekali mendengarkan pun, Davon memutar lagu-lagu barat sehingga lama-kelamaan Jino terpengaruh dan menyukainya.
"Biarlah Jev. Kau sudah memasang musik yang kau mau sejak tadi." ujar Nauta agar si bungsu dalam grup mereka itu mau mengalah. Dibandingkan dengan Jino, Jevin itu memang lebih manja. Ya setidaknya Jevin lebih manja kepadanya, sementara Jino lebih manja kepada Davon.
Meski begitu, kemanjaan Jevin memang tiada tanding. Pria itu akan merajuk saat keinginannya tidak terpenuhi dan dituruti oleh member lain. Jadi, memberi Azi tak lagi heran dengan hal itu. Menjadi member paling muda memang suatu kenikmatan bagi Jevin untuk menikmati setiap perhatian kakak-kakaknya.
Dengan berat hati akhirnya Jevin mengalah dan membiarkan Jino memasang lagu yang pria itu sukai. Jino tersenyum tipis melihat wajah kecut Jevin, tapi ia tak begitu peduli dan tetap memutar musik yang ia mau.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menempuh perjalanan karena memang jarak dari asrama ke perusahaan tidak begitu jauh. Nauta dan 2 bocahnya langsung keluar dari mobil dan menuju lift.
Mereka berjalan di lantai 3, menyusuri koridor yang cukup ramai siang itu. Beberapa kali mereka membungkuk dan tersenyum untuk menyapa staff dan beberapa kenalan. Jevin menepuk bahu Nauta ketika melihat manager utama mereka ada di depan sana, tak jauh dari pandangan mereka.
"Itu kak Yeon Jin." ujarnya.
Nauta menepuk bahu Yeon Jin begitu mereka bertemu di ruang rapat. Yeon Jin menghentikan pembicaraannya sejenak, lalu menoleh ke Nauta. Ia merangkul pria itu, lalu berbisik dengan sangat pelan. Nauta mengangguk dan tersenyum sumringah mendengar bisikan dari Yeon Jin.
Jino berkacak pinggang sembari menunggu leader mereka untuk mengarahkan tujuan, sementara Jevin masih sibuk dengan ponselnya, menikmati waktu untuk mengecek sosial media di waktu seperti ini. Jika latihan atau ada jadwal, mereka benar-benar terbatas menggunakan ponsel.
"Ke ruang 10 lantai 3. Aku akan pergi ke lantai 2 terlebih dahulu." ujar Nauta.
Jino menyipitkan matanya penuh selidik kepada Nauta. Pria itu tahu benar apa tujuan Nauta ke lantai 2 karena lantai 2 adalah lantai yang ruangannya khusus digunakan untuk latihan grup-grup di bawah naungan Lion.
"Iya, aku akan menemui Aileen. kalian pergilah terlebih dahulu."
"Baiklah." angguk Jino sambil menarik Jevin. Meski enggan, ia akhirnya memberi waktu untuk Nauta dan urusan hatinya.
Sebagai sekumpulan orang yang berada di bawah atap yang sama, bukan lagi rahasia bagi mereka soal apapun yang terjadi satu sama lain. Semuanya juga cukup terbuka untuk mengungkapkan hal-hal pribadi. Lagipula, sepertinya lebih sulit menutupi sebuah rahasia jika mereka berada di tempat tinggal yang sama dan menghabiskan waktu hampir 24 jam bersama.
***
Ceklek
Aileen berhenti latihan karena mendengar suara pintu yang dibuka. Ia menoleh bersamaan dengan Nauta yang menutup pintu ruang latihan. Nauta mengambil sebotol minum yang ada di sudut ruang latihan, lalu memberikannya pada Aileen.
Aileen menerima setelah ia merapikan rambutnya yang berantakan dan mengelap keringatnya.
"Di mana yang lain?" tanyanya. Mereka sama-sama duduk di lantai sambil menghadap cermin ruang latihan.
"Mereka di kantin membeli makanan."
"Kenapa kau sendirian di sini?" tanya Nauta. Ia tahu bahwa Aileen memang tipe perempuan yang suka menyendiri dan wanita itu cukup pendiam.
"Karena aku menunggumu. Managermu bilang kau akan datang, jadi aku tidak ikut mereka." jelas Aileen lalu meneguk minumnya. Ia tersenyum tipis mengamati dirinya dan Nauta dari cermin. Pria itu tampak rapi dan tampan, seperti biasanya. Bukan hal baru lagi melihat ketampanan seorang Nauta.
"Ponselmu di mana?" Tanya Nauta.
"Seperti biasa, diambil oleh manager. Dia akan kena tegur kalau kami tertangkap bermain ponsel saat latihan."
Nauta meringis. Ia seharusnya tidak mempertanyakan itu karena memang ia sendiri memahami benar peraturan-peraturan perusahaan untuk grup di bawah agensinya, apalagi The Girls juga merupakan grup yang baru debut, sehingga peraturan itu jauh lebih ketat bagi mereka. Jika meraka menggunakan ponsel, maka mereka akan dikatakan tidak fokus latihan.
"Jangan terlalu keras pada diri sendiri, tubuhmu butuh istirahat." ujar Nauta. Ia tau bahwa 2 hari yang lalu Aileen jatuh sakit karena kekurangan air dalam tubuhnya. Ia terlalu kelelahan dan kurang istirahat.
Aileen menyipitkan matanya dan tersenyum mengejek Nauta, "Lihatlah siapa yang berbicara sekarang. Kau juga pernah mengalami masa-masa ini. Sakit karena latihan itu hal biasa."
Memang benar, sakit karena latihan itu jelas hal yang biasa bagi mereka. Menjadi tekanan tersendiri jika mereka tidak mampu menarik perhatian penggemar. Dengan kerasnya kritikan netizen jika mereka berbuat kesalahan sedikit saja, maka tentunya itu akan mempengaruhi mental mereka. Selain itu juga akan membuat buruk nama agensi besar mereka.
Bahkan latihan selama 23 jam dalam sehari pun terasa kurang bagi mereka jika ingin memberikan penampilan yang terbaik. Nauta paham benar perasaan itu karena ia juga mengalaminya saat baru debut. Bahkan ada banyak hal yang selalu diperhatikan netizen dari dirinya dan tentu saja itu membuat mentalnya goyah.
"Aku tau, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu. Aku tidak berusaha menghentikanmu kan, aku hanya memberitahu apa yang baik." jelas Nauta.
"Baiklah. Lalu, apa tujuanmu?" Tanya Aileen dengan senyum tipis.
"Ah, aku--, kami ada rapat untuk kegiatan tahun depan." Ujarnya setelah teringat tujuan utamanya ke perusahaan.
"Jam berapa?"
Nauta melihat jam di tangannya dan membulatkan matanya, lalu menggelengkan kepala dengan ragu, "Sepertinya 5 menit lagi." jawabnya, padahal ia sudah melihat ada pesan dari Yeon Jin yang memintanya segera datang. Selain itu juga ada pesan dari Jevin.
"Jangan berbohong. Pergilah untuk rapat." titah Aileen. Ia memperhatikan betul gelagat pria itu dan ia tahu bahwa Nauta sedang berbohong kepadanya.
Nauta menganggukkan kepalanya. Sebelum memutuskan pergi, Nauta menangkup wajah Aileen dengan tangannya, lalu mengecup bibir wanita itu tanpa melumatnya, hanya saja itu cukup lama sampai member The Girls masuk dan menangkap basah adegan tersebut.
"Ups." ujar
"Sialll." maki Aileen setelah mendorong tubuh Nauta. Pria itu hanya tersenyum kecil dan mengacak rambut Aileen dengan gemas.
Ia menyapa para member The Girls dan dibalas sapaan yang lebih hormat karena Nauta memang senior mereka. Mereka mungkin sungkan untuk mengejek Nauta, tapi pria itu yakin kalau sebentar lagi Aileen akan menjadi bual-bualan bibir mereka.
Bibir Nauta tersungging, menunjukkan senyum yang teramat manis. Ia senang bisa bertemu dengan Aileen bahkan mengecup bibir wanita itu untuk menunjukkan rasa rindunya. Sulit sekali untuk bertemu meski hanya sebentar saja.
"Maaf, aku terlambat." ujar Nauta ketika masuk ke ruang rapat dan menemukan beberapa manager pribadi, manager utama, staff dan sang CEO ada di ruangan itu.
Ia segera duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan Jino. Sementara Jevin duduk di samping Jino.
Sebenarnya rapat ini hanya mengharuskan Nauta selaku leader Azi untuk bergabung karena setelah rapat ini pun akan ada rapat selanjutnya di waktu lain untuk membahas jadwal dengan para member, tapi karena Jino dan Jevin memaksa ikut, maka mereka juga bisa bergabung di dalamnya. Tadi ia sudah mengatakan pada manager mereka dan Yeon Jin menyetujuinya.
"Aku sudah bilang, setidaknya jangan terlambat di depan CEO." Tegur Yeon Jin membisiki Nauta.
Nauta balas berbisik, "Aku tidak tau kalau dia datang secepat ini." Dengan sedikit menyesal.
Setelah suara deheman moderator rapat, Yeon Jin dan Nauta akhirnya sama-sama diam dan mengikuti rapat dengan seksama.