Prolog
“Kau ingin mengulang pernikahan kita?” tanya Ziel. Wajahnya yang tampan menatapku dengan bola matanya berwarna terang dan tajam seperti elang. Tubuhnya yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam tampak ringan seolah melayang mengelilingiku. “Aku tidak keberatan mengulang pernikahan kita.”
Tubuh Ziel, seputih mutiara, dan rambutnya sehitam eboni. Ziel memiliki kekuatan, yang tidak pernah dimiliki oleh para hantu yang lain. Dia bisa menyentuh manusia, dia bisa berubah menjadi manusia, dan dia melindungiku sepanjang waktu.
Rambut Ziel panjang. Setiap kali dia muncul dengan mendadak, rambutnya itu bergoyang ringan seolah di sekeliling tubuhnya itu dialiri angin yang berhembus. Hidung Ziel tinggi, alisnya rapi, bibirnya indah. Dia adalah pria yang paling tampan yang pernah kutemui seumur hidupku.
Dan Ziel adalah suamiku sejak usiaku menginjak 15 tahun.
Aku terpaksa menikahinya karena suatu masalah.
“Kau berumur 18 belas tahun bulan depan, Lily,” lanjutnya lagi dengan suara mirip dengan lonceng. “Apa yang kau inginkan untuk hadiah ulang tahunmu?”
Ziel menyentuh tanganku, rasanya sedingin tangan vampir. Kadang aku tidak bisa membedakan, apakah Ziel adalah hantu atau vampir yang biasa dibicarakan banyak orang. Ziel mengangkat tanganku lalu mencium punggung tanganku.
Dia selalu memperlakukanku seperti putri. Aku tidak tahu, apakah dia dulu pernah hidup di jaman bangsawan, atau dia dulu hidup sebagai seorang playboy, aku sama sekali tidak mengerti. Namun, satu yang pasti, Ziel bisa melakukan apa pun yang dia inginkan dengan tangannya itu.
Dia pernah memberiku sekotak besar permata. Lalu dia pernah membawaku ke sebuah negara yang membeku melalui terowongan yang dia buat dengan tangannya.
Aku menyentuh d**a Ziel, d**a itu berdetak seperti jantung manusia. Rasanya hangat. Dari semua bagian tubuh Ziel, hanya bagian dadanya lah yang terasa dialiri darah. Sudah begitu sejak kita menikah. Detak jantungku memiliki irama yang sama dengan jantung Ziel.
Kalau kalian ingin tahu kenapa hantu memiliki detak jantung, dan kenapa dia memiliki irama jantung yang sama denganku, aku akan menceritakannya nanti.
Ziel tersenyum padaku, wajahnya secerah rembulan, dan mengkilat seperti mutiara. Dia tampak seperti dewa.
“Kalau kau ingin memiliki seorang bayi dariku, maaf, aku belum bisa melakukannya. Karena hal itu bisa membunuhmu,” ujar Ziel.
Aku mendorong ringan d**a Ziel. “Siapa juga yang mau kado bayi? Enak saja kalau ngomong.”
Ziel tergelak lirih, lalu duduk di sampingku. Bau Ziel seperti aroma hutan. Tumbuhan-tumbuhan yang wangi dan kesegaran udara tanpa polusi. Aku senang berada dekat dengan Ziel. Karena ketika bersamanya, membuatku menghilang dari dunia yang menyedihkan ini. Meski untuk sementara.
“Jadi, apa yang kau ingin kan, Lily?” tanya Ziel lagi.
Aku menatapnya dengan serius kali ini.
“Ziel, kau berjanji kan akan melindungiku seumur hidupku?”
Ziel mengangguk. “Janji pernikahan tidak boleh diingkari.”
“Kalau begitu, berjanjilah. Kau tidak boleh memudar,” balasku.
Ziel tersenyum menatapku, lalu mencium bibirku dengan ringan. “Aku tidak bisa menjanjikannya, Lily. Maafkan aku. Semua hantu sepertiku, akan selalu memudar. Aku bahkan tidak tahu kapan itu.”
“Lalu bagaimana cara menghentikannya?"
"Hanya ada satu cara." Ziel membisikiku. "Yaitu mengandung anakku, Lily."