Bab 3

1030 Words
“Aline! Aku datang! Kakak cantik! Bangun! Ayo kita bermain!” Suara bocah umur 6 tahun itu mengusik tidur Aline, siapa lagi kalau bukan Jason, anak Delia. Hari ini Minggu, Jason libur sekolah sudah waktunya dia bermain dengan Aline. “Kaaakaaak ayoo bangun, sudah jam sembilan pagi ini. Kenapa masih jadi putri tidur sih?” Jason mencubit pipi Aline gemas, Aline memang sengaja berpura-pura masih tidur sejak tadi. Ingin mendengar rengekan Jason. Sejak Jason masih bayi, Aline yang sering bermain dengannya, mereka seperti kakak dan adik. “Jasoooon,” ucap Aline dengan suara serak, dia merengganggkan tubuhnya dan membuka matanya. Jason yang imut dengan kaus berwarna biru donker dan celana training yang pertama kali Aline lihat. “Akhirnya, kakak bangun juga! Ayo kak hari ini kita berenang!” ajak Jason bersemangat. Aline membelalakkan matanya, ide yang bagus dari Jason untuk menghilangkan penatnya dan rasa khawatir menunggu pengumuman hasil interview. “Ayo! Tapi kau mau kita berenang di rumah atau di tempat lain?” tanya Aline. “Aku bosan berenang di kolam rumah, ayo kita berenang saja di kolam renang Water Fun! Disana kan ada papan seluncurnya, dan lagi ada banyak mainannya!” seru Jason. Dia mengeluarkan uang lembaran seratus ribu dan mengibaskannya, memberi kode dia baru saja mendapatkan uang yang cukup, sudah pasti untuk tiket berenang. Aline tersenyum kepada Jason dia mengusap kepala Jason lalu mengangkatnya menuju keluar kamar, lalu menutupnya. “Tunggu! Aku mau ganti baju renang dulu.” Lima menit kemudian Aline keluar dengan baju yang sudah rangkap dua. Tak lupa tas ransel kecil miliknya dia bawa, perlengkapan sudah siap. Mereka berjalan sampai ke pinggir jalan raya, menanti taksi. Meski menunggu lama, rupanya senyum Jason tidak sama sekali pudar. Dalam perjalanan Jason banyak sekali bercerita tentang teman sekolahnya, bahkan Jason mengatakan bahwa dia menyukai salah seorang perempuan di sekolah, Aline menanggapinya serius, mereka sangat asik berbincang sampai tak terasa, mereka sampai pada tujuan, Water Fun. “Woaaahhh besarnya,” kagum Jason. Aline tersenyum menggandeng tangan Jason untuk masuk, lumayan ramai untuk mengantri masuk, loketnya mengantri sepanjang sepuluh meter. Tak disangka dari arah kanan seorang anak perempuan menyerobot masuk dan mendorong Jason sampai terjatuh. Aline segera membantu Jason dan menggendongnya, tatapannya beralih kepada anak perempuan yang seumuran dengan anak itu. “Sayang, kalau mau beli tiketnya mengantri dulu ya.” Aline kemudian maju selangkah untuk berbaris tapi anak perempuan yang seumuran dengan Jason malah menginjak kaki Aline sangat keras. Aline hanya memekik kesakitan saat kakinya terinjak, dan gadis itu segera maju mengantri tepat di depan Aline. Jason meminta diturunkan oleh Aline dari gendongannya, dia geram dengan gadis di depannya, Jason menarik rambutnya yang dikepang satu. “Aduh!” pekik gadis kecil “Minggir! Ini antrianku!” perintah Jason. “Kau tidak tau siapa ayahku? Akan kulaporkan kau pada ayahku!” ancam sang gadis. Dia berlari ke ayahnya yang sibuk menelpon seseorang, entah siapa. Pria itu berbalik, Aline membelalakkan matanya saat mengetahui pria itu. Pria yang kemarin berhasil menghancurkan moodnya. Dia segera menarik Jason dan melangkah membeli tiket, lalu dia mengajak Jason berlari menuju tempat ruang ganti. “Kenapa memangnya kak?” tanya Jason. Dia bingung melihat Aline yang tiba-tiba panik. “Ah sudah, biar saja gadis itu mengomel! Ayahnya itu bosku!” ucap Aline. Jason malah tertawa menanggapi Aline yang terlihat sangat lucu. “Tapi tetap saja kan? Gadis itu yang salah, dia sudah menyerobot dan menginjak kakimu, lihat! Kakimu sekarang memar membiru.” Jason berlutut memegang kaki Aline, dan Aline hanya meringis kesakitan. “Ah sudahlah, tak apa. Ayo kita berenang!” ucap Aline membantu Jason membuka pakaiannya. Jason mengangguk, dan mereka menuju kolam yang agak ramai, kolam ini sangat luas, ada papan seluncur besar di samping kiri dan juga ember raksasa yang menampung air dan menumpahkan kebawah seperti air terjun. “Ayah! Itu mereka!” teriak gadis kecil tadi yang menginjak kaki Aline. “Oh, yasudah biarkan saja.” Ayah gadis itu membuka bajunya, mengekspos bagian tubuhnya yang eight packs. Semua mata wanita di Water Fun tertuju kepadanya, mengagumi ketampananannya. Kecuali Aline yang kini asik bermain air dengan Jason. Gadis kecil itu tidak puas dengan kemarahannya, ia menarik paksa ayahnya untuk memarahi Aline dan Jason. Dimitri hanya pasrah saat digandeng putri kecilnya menuju Aline dan Jason. “Mereka ayah! Mereka yang sudah membuatku marah!” ucap gadis itu menunjuk wajah Aline. Jason menatap gadis itu geram dan kesal, bibirnya mengerucut. “Ah, kamu?” ucap Aline. Dia mendongak, mendapati Dimitri yang tampan dan tubuhnya yang seperti roti sobek. Tapi Aline tidak pernah tergoda akan ketampanan fisik. “Ih! Nyebelin! Ayo minta maaf sama aku!” ucap anak Dimitri dengan tangannya ia kepalkan diatas d**a. Aline hanya menyerngit, bukannya terbalik? Harusnya bocah itu yang meminta maaf kepada Jason dan dia. Apalagi kakinya sampai memar. Aline memilih menarik Dimitri, dia tak tahan dengan sikap anaknya. “Pak, saya tau anda atasan saya, tapi setidaknya anda lebih bijak mengasuh putri anda.” Aline menatap tegas Dimitri. “Menjauhlah,” ucap Dimitri singkat. Dia berekespresi tidak suka kepada Aline lalu menggendong anak perempuannya, menjauh dari mereka berdua. Aline tidak peduli lagi atas ucapannya, Dimitri memang selalu dingin kepada siapapun. Dia kembali melanjutkankan berenang dengan Jason. “Kak, memangnya kita salah apa? Bukannya anak itu yang salah?” ucap Jason bingung. Seharusnya anak itu yang meminta maaf kepada Aline dan Jason, tapi malah kebalikannya, dia memarahi Jason dan Aline. “Entahlah. Mungkin memang sikapnya begitu, kamu jangan begitu ya Jason, kalau kamu melakukan suatu kesalahan, maka cepatlah meminta maaf. Namun jika kamu melakukan kebenaran, jangan pernah mau disalahkan.” Jason mengangguk mengerti dan menarik tangan Aline untuk kembali menuju kolam renang. Hal yang sangat menyenangkan bagi Jason adalah menatap Aline yang tertawa bebas karenanya, bagi Jason Aline adalah kakaknya sendiri. Dia selalu sedih jika melihat Aline terkadang menangis sendiri di balkon, karena itulah Jason selalu mengajak Aline bermain, setidaknya walaupun Aline hidup sendiri, dia harus bisa tersenyum bahagia. Kini mereka tengah bersiap meluncur, sebenarnya Aline agak takut naik ke papan seluncuran, dia takut tenggelam ketika sudah sampai bawah, tapi Jason selalu berani dan memaksa Aline untuk mau mencoba. “Ayo kak! Cepat turun!” teriak Jason. Aline masih di atas, dia bergetar karena takut turun, jantungnya berdegup tak karuan saat melihat air di bawah papan seluncur. “I-iya! Aku akan kesana!” sahut Aline. Seketika dia memberanikan diri, dan menutup matanya, dia duduk di papan seluncur dan membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah, benar saja, Aline kehilangan keseimbangan dan tidak mampu naik ke atas permukaan. Sebuah tangan besar meraih pinggang Aline, menyelamatkan hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD