"Kenapa diem?" tanya Benar. Suasana harinya menjadi kacau setelah bertemu dengan Febi tadi. "'Kan mas bicara juga kamu gak percaya. Kamu bilang mas bohong," sahut Zean. "Gak masuk akal aja, empat tahun itu lama." "Tapi selama itu dia gak dua puluh empat jam ada terus, Sayang. Yang jelas mama dan papa yang selalu ada. Dia paling beberapa jam nemenin ngobrol, cerita ini dan itu, lalu pulang. Itu juga gak setiap hari. Paling seminggu tiga atau empat kali seingatku." "Inget banget jadwal ditemenin sama dia," komentar Binar dengan nada ketus. Zean menggaruk kepala, bingung harus menanggapi seperti apa. Bicara salah, diam apalagi. "Jadi, kamu maunya apa sekarang?" Binar diam. Ia sendiri tidak tahu apa yang diinginkan. Hanya kesal dan ingin marah. "Aku gak tau!" Berlalu begitu saja. Zean m

