03. Dolent

1041 Words
Dolent (n.) someone full of sorrow   Kalau ditanya iri atau tidak dengan keadaan keluarga yang dimiliki Jana dan Tara, Rama cuma bisa jawab “Iya.”. Secara, orang tua mereka lengkap, keluarga mereka hangat. Keluarga Rama? Jangan ditanya, kalau tak mau jadi sasaran empuk amukan seorang Dwikrama Januedra Novawira. Ayah dan ibunya menikah di usia cukup muda, sejenis pernikahan bisnis yang jauh dari kata manis. Rama mempunyai seorang kakak laki-laki, yang usianya selisih satu tahun dengannya, yang juga pergi ke sekolah yang sama. Sayangnya, hubungan di antara mereka tidak lebih dari sekadar berbagai darah dan nama belakang. Keduanya makin menutup diri setelah kedua orang tua mereka resmi bercerai. Rama dan kakanya tumbuh bersama namun bersikap seperti orang asing, hal itu tak jarang membuat baik Jana maupun Tara gemas sendiri, apalagi Jana, yang selalu memimpikan bagaimana rasanya bisa punya seorang kakak kandung, yang mana merupakan hal termustalih untuknya. Ya gimana, Jana kan anak pertama? Enggak mungkin, kan, Jana meminta Bunda jangan melahirkannya dulu jika belum ada anak Ayah-Bunda yang terlahir sebelumnya? Jana menginginkan, Rama justru menyia-nyiakan. Memang begitu, kan, sifat menusia. Terkadang tak pernah menganggap ada yang sebetulnya ada, kemudian, ketika sosok itu hilang, barulah ia menyadari eksistensi orang itu berharga. Tetapi, biar Rama beritahu satu rahasia: Jana tidak tahu, jika Rama tidak pernah menyia-nyiakan. Sosok kakak laki-laki yang ia miliki tak bersikap sebagaimana mestinya seorang kakak kepada adiknya. Ketika rumah tak lagi terasa seperti rumah, sang kakak selalu pergi mencari tempat pelarian diri tanpa membawa serta adiknya. Sang adik diam saja, di bawah meja sambil merapalkan doa-doa yang ia bisa, hasil didikan neneknya yang masih ia ingat. Begitu memasuki SMP, Rama ikutan sering diam-diam meninggalkan rumah untuk menghindari mendengar suara gaduh barang-barang pecah belah yang membentur lantai rumah.Rama tak suka bunyi bising, apalagi bunyi barang jatuh. Biasanya, Rama akan pergi ke Indomaret untuk membeli popmi dan menyantap es krim vanila kesukaannya sambil menunggu mi matang. Ia akan duduk menyendiri, sampai Indomaret itu tutup, lalu memutuskan kembali. Lampu rumahnya sudah redup ketika Rama melangkah masuk, ia pikir, semua orang sudah tertidur sebelum akhirnya mendengar suara isak tangis yang membuat perasannya seperti ditusuk-tusuk. Mami menangis lagi, tetapi Rama terlalu lelah untuk peduli. Ia akhirnya melanjutkan langkah menuju kamarnya, tanpa menghampiri Mami. Rama bukannya tidak punya hati. Ia hanya lelah tak pernah dipedulikan. Setiap dirinya berusaha mendekati Mami, wanita itu akan menatapnya dengan tajam. Matanya maminya sekelam malam, itu membuat Rama segan. Tetapi anehnya, tatapan itu akan melembut jika bertemu tatap dengan kakaknya. Rama benci Mami yang memperlakukan dirinya dan kakaknya dengan cara berbeda. Biar Rama beritahu salah satu contoh kasusnya. Rama pernah pura-pura menghilang dengan menginap di rumah teman yang satu tempat les dengannya dengan tujuan supaya dicari oleh maminya. Nyatanya, sekadar pesan masuk yang menanyakan keberadaan dirinya pun tak pernah ia dapatkan hingga saat ini. Pernah satu kali, kakaknya pulang larut malam. Rama yang sudah tertidur terpaksa harus bangun ketika mendengar suara gaduh dari lantai bawah. Rama hanya berdiri di balkon, menyaksikan Mami dan Papi yang tengah mengadili kakaknya itu. Rama juga mau, merasakan hal itu. Menurut Rama, itu adalah sebentuk perhatian yang orang tua berikan kepada anaknya. Sesuatu yang tak pernah Rama dapatkan. Ketika ia pulang malam itu, ia mencoba tak mengacuhkan Mami. Rama langsung saja pergi ke kamarnya dan menenggelamkan diri di bawah selimut bermotif spiderman, yang kala itu jadi karakter favoritnya. Hal itu, jadi sesuatu yang paling Rama sesali. Kalau saja malam itu dia mendekati Mami dan berkata untuk sabar sedikit lagi, mungkin semuanya tidak akan jadi seperti ini. Semua berjalan lebih buruk dari biasanya. Seharusnya, jika saja Rama mau mengalah dan menghampiri Mami, mungkin Rama tidak akan berakhir seperti sekarang ini. Tetapi setidaknya, ada satu hal yang bisa Rama syukuri, yaitu kehadiran seseorang yang selalu ada untuknya sejak malam itu. Seseorang yang mengatakan, jika menangis itu bukan hal yang memalukan, jika menangis itu, sesuatu hal yang wajar saja jika dilakukan. Orang yang kini jadi satu-satunya orang yang paling mengerti dirnya, melebihi Rama memahami dirinya sendiri. *** Rama baru saja selesai menjemur pakainnya. Sekarang, perutnya mulai merasa lapar sebab ia belum makan sejak pulang sekolah tadi. Terakhir, ia hanya meminum segelas jasmine tea yang dibelinya di mal tadi sore. Trey, cewek yang berstatus sebagai pacarnya baru saja mengabari jika ia tidak dapat berkunjung hari ini. Katanya, cewek itu terpaksa menggantikan kakak kelasnya yang absen sebab tiba-tiba diserang diare. Jadi, Trey sebagai pengganti orang yag memberi memberi materi untuk ekskul sore ini, mengingat Trey sudah bisa dibilang senior karena sudah duduk di kelas sebelas, dan kelihatannya sudah cukup berkompeten. Meski sempat marah-marah sendiri, Trey tetap menggantikan kakak kelasnya yang absen sebagai pemateri. Padahal, hari ini Trey bawa dimsum home made buatan tantenya, niatnya sekalian promosiin, siapa tahu Rama mau beli atau dua kunyuk teman Rama berminat beli juga. Tetapi kalau Trey pikir ulang, modelan Jana dan Tara kan tim gratisan, mana mau keluar uang. Rama memaklumi, Trey jadi semangat setelah mengobrol dengan Rama meski sebentar, menjadikan setengah harinya tak begitu buruk. Kini, Rama masih asyik memainkan gim online di ponsel pintarnya ketika mendengar suara pintu apartemennya yang diketuk. Begitu melihat Lakshi berdiri di sana ketika ia menilik dari interkom, Rama lekas membukakan pintu. Rama sempat bingung begitu Lakshi menyodorkan kotak bekal ke arahnya. Namun meski begitu, ia dengan sigap meraih uluran tangan Lakshi. Suasana canggung diantara keduanya masih meliputi, karena kini, mereka tak lagi sedekat dulu. Entah kenapa alasannya, Rama tidak tahu. Menurutnya, Lakshi perlahan menarik diri dan makin sulit untuk dia temui, meski Rama masih sering menangkap sosoknya yang menyendiri di sekolah. Alasan kenapa Rama tidak menghampiri gadis itu adalah, mereka sudah membuat kesepakatan soal pura-pura tidak mengenal jika berada di lingkungan sekolah. Katanya, Lakshi tidak mau jika Rama ikut-ikutan dicap sebagai orang aneh sebb berteman dengannya. Rama bingung, tetapi akhirnya menurut juga. Ini juga kali pertama Lakshi membawakan Rama masakannya setelah beberapa bulan lamanya. Sore itu, mereka tak banyak bicara. Keduanya memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing sebagi cara menyudahi kecanggungan yang sempat meliputi. *** Setelah selesai memakan makanan yang dibawakan Lakshi, Rama tiba-tiba merasa bersalah. Seharusnya, ia tak perlu menjaga jarak dengan Lakshi. Seharusnya, Rama bisa ada ketika Lakshi membutuhkan sosok seorang teman, mengingat cewek itu selalu sendirian. Meski belakangan, Lakshi terlihat mulai bergaul dengan slah satu teman sekelasnya, tetap saja Rama merasa bersalah. Rama memutuskan, mulai besok, ia ingin memperbaiki hubungan pertemanan diantara keduanya. Bukan berarti tak mau menghargai keputusan Lakshi yang ingin melakukan semuanya sendiri, Rama hanya berusaha jadi teman yang baik. Itu saja.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD