San

1077 Words
Duk! "g****k!" Duk! "Gendeng!" Duk! "Edan!" Dari setengah jam yang lalu yang dilakukan Via hanyalah membentur-benturkan kepalanya ke tembok kamar kosnya, dirinya benar-benar frustasi. Kenapa dia bisa melakukan hal sampai sebodoh itu! Dia merenung sejenak, mencoba mengingat kembali kejadian tadi sore. "Aaaagrh!! Bisa gila gue lama-lama kalau gini terus!!" Via mengacak-ngacak rambutnya sampai berbentuk seperti rambut singa. "Bukannya lo udah gila ya, Vi?" suara dibelakangnya itu mampu membuat Via tersentak. Ambar yang baru datang dengan setelan seragam kerjanya yang sudah lusuh, ditambah wajahnya yang kumel itu membuat dia mendengus kasar. "Kalau boleh bunuh orang, lo pasti akan jadi yang pertama mati deh. Serius!" Via berdiri dan berjalan ke arah teman sekamar kosnya itu. "~Hii .... atutt.." ucapnya dengan nada keterlaluan lebaynya itu, belum lagi ekspresi yang sangat dibuat-buat itu membuat Via langsung melemparinya dengan bantal gulingnya. "Ya lagian lo sih..." Ambar duduk di samping Via, tidak memperdulikan pakaiannya yang belum diganti itu. Menurut Ambar berganti pakaian sebelum mandi itu adalah pemborosan baju. "ngomong sendiri nggak jelas dari tadi, udah mirip orang di RSJ aja." Via hanya mencibir tanpa suara, lalu setelahnya merebahkan dirinya di atas kasur lipat nya itu. Di kamar mereka memang tidak disediakan ranjang karena ukuran kamarnya yang bisa dibilang tidak terlalu luas, apalagi untuk 2 orang. "Kadang gue mikir ya, Mbar." Via memulai sesi curhatnya, "hidup gue kok penuh masalah terus, ya?" Imbuhnya sambil menerawang ke atap-atap langit. Ambar manggut-manggut serius lalu setelahnya ikut merebahkan diri disamping Via, "kalau begitu kayak nya gue punya solusi deh, Vi." Via menatap Ambar antusias. "Apaan?!" "Ya lo mati aja, dengan lo nggak hidup berarti lo gak perlu nanggung masalah lagi, kan?" Dan sebelum bom dalam diri Via meledak. Ambar sudah ngacir terbirit-b***t ke dalam kamar mandi. Via menatap kawannya itu dengan ekspresi speechless. 'exhale.... inhale... sabar-sabar' batinya. "Sabar dari Hongkong!!" Teriak Via. Lalu setelah itu berlari kearah kamar mandi dan menggedor-gedor pintunya. "KELUAR LO KETUMBAR!!" ***** "Wih ... apaan nih?" Via mencomot salah satu selebaran kertas yang ada di atas meja. "Punya mata, kan? Baca sendiri." Dirinya hanya mendengus saat mendengar nada kampret dari Vernon itu, salah satu teman laki-lakinya yang blasteran Indonesia-Amerika, wajahnya? Nggak usah dijabarin lah. Pokoknya ganteng. Manik coklat Via menelusuri teliti kata demi kata yang ada di lembaran itu agar bisa masuk ke dalam otaknya. "Loh ini kita bakal liburan?!!" Via langsung sangat excited. "Liburan pala lo!" Sila yang berada disampingnya itu memukul kepala Via dengan lembaran tadi yang sudah digulung olehnya. "Ini tuh sama aja kita dibodohin sama pihak kantor." "Hooh, bener banget tuh!" Angel mengangguk-angguk. "Mereka kasih kita liburan begini, tapi kita disuruh kerja buat Project barunya. Kan asem!" Sila rasanya ingin mencakar-cakar orang yang telah membuat ide seperti ini, lebih baik dia kerja di kantor seperti ini. Tidak akan kena panas, debu, dan kotoran yang pastinya akan merusak wajah dan kulit cantiknya. Lah.... ini dia disuruh kerja di lingkungan luar yang pastinya akan sangat merugikan nya. "Ya lo cakar aja sono wajah Pak Agam," Firman membenarkan letak kacamatanya sekali, kebiasaannya yang sangat dihafal oleh teman-teman nya, "kan dia yang bikin ide ini." Imbuhnya membuat Sila melongo. "Ya kali aja gue cakar wajahnya Pak Agam, mau masuk neraka gue!" "Kok masuk neraka?" Angel berkedip tidak mengerti. "Ya kan gue mati, terus karena dosa gue lebih banyak daripada pahala gue, gue bakal masuk neraka lah. g****k lo!" "Makanya sono jadi orang baik, jangan jahat mulu!" Dan Sila hanya melengos masa bodoh. Sila diceramahin? Sampe mulut berbusa juga gak bakal ngefek! ****** Agam menurunkan kopernya dari bagasi mobilnya, dia menatap Villa yang memang sudah dipesan untuknya dan karyawannya itu dengan tatapan datar. Memang dia sengaja tidak membawa bodyguard untuk acara ini, dan hanya dirinya yang membawa mobil pribadi jadi dia harus menunggu karyawannya yang datang dengan bus kantor. Saat hendak menyeret kopernya masuk ke dalam, dirinya bisa mendengar suara deruman kendaraan yang baru datang, itu pasti bus karyawanya. Tidak lama kemudian segerombolan orang turun dengan bawaan mereka masing-masing. Agam hanya diam dan lebih memilih menatap gerombolan itu sampai habis, namun ada yang mencuri perhatiannya. Gadis yang beberapa hari ini selalu terlibat dengannya itu nampak kesulitan membawa dua koper besar nya, belum lagi tote bag, dan ransel yang sudah sangat merepotkan. Dan ya! Jangan lupakan tas pinggangnya yang yang sudah melekat di bahu sampai  perutnya. Agam mengernyitkan dahinya sangat dalam, ini acara kan hanya seminggu. Kenapa dia seperti orang mau pindahan rumah saja? Agam hanya menggeleng tidak perduli saat gadis itu kesulitan membawa tasnya. Dia memilih berjalan meninggalkannya, sesaat sebelum dia mendengar gadis itu terpekik kecil. Agam menoleh reflek. Gadis itu sudah tersungkur di atas tanah. Duh Gusti! Agam menghela napas jengah, berjalan mendekati gadis itu yang sudah duduk di atas tanah sambil membersihkan bekas tanah yang melekat di baju dan wajahnya nya. "Kamu nggak papa?" Via langsung menoleh refleks kearah Agam, nampak guratan kekagetan dari wajah cantiknya itu. Via menggeleng dengan mimik canggung yang sangat ketara. "Enggak kok Pak, saya enggak pa- ... aduh!" Agam langsung memegang tangannya saat Via oleng ketika gadis itu mencoba untuk berdiri. Agam melihat kakinya sejenak, sudah bisa dipastikan jika kakinya itu keseleo. "Eh Ba-bapak ngapain?!" Via langsung melotot kaget saat melihat Agam mengambil alih 2 koper miliknya. "Kaki kamu keseleo, pasti kamu kesulitan jalan." "Enggak kok Pak, ini tuh enggak pa- .. aduh, PAK!" Agam langsung menendang pelan kaki Via membuat gadis itu melotot tidak santai ke arahnya. "Kayak gitu dibilang nggak papa." Sindir Agam santai. "Ya Bapak nggak perlu nendang kaki saya juga dong!!" Via nampak protes namun Agam tidak menghiraukannya. "Kamu tidak mau masuk ke dalam? Atau masih pengen di sini?" Sindirnya yang mampu membuat Via mencibir tanpa suara. Agam aslinya pengen membantu Via berjalan, namun karena 2 koper milik Via dan 1 koper miliknya, membuatnya sedikit kesulitan dan kelabakan sendiri. Mau minta bantuan pun yang lain sudah pada sibuk di kamar masing-masing. "Kalau kamu kesulitan, kamu pegang saja lengan saya." Via menatap Agam tidak percaya, "kayaknya kaki kamu itu lumayan parah, kamu bisa jatuh lagi kalau tidak ada penopang." Lanjutnya. Via nampak ragu namun perlahan tangannya terangkat, memegang lengan kanan Agam yang dibalut kaos itu. Lengannya sungguh keras dan kekar, apalagi pakaian Agam yang tidak seperti biasanya yang hanya memakai jas. Hari ini dia memakai kaos yang mencetak jelas tubuhnya dibalut celana training panjang dan kacamata yang disasangkan di atas rambutnya. Sudahlah ... bukan hanya Via, tapi pasti semua wanita langsung lumer melihatnya. Lumer - leleh - jadi encer. SIAPA YANG GA BAPER KALO DIGINIIN COGAN WOY?!!! ***** Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD