4. Hari yang menyenangkan

1273 Words
Setibanya di Mansion, Conrad memarkirkan mobil mewah ke dalam garasi. Kemudian dia berjalan ke arah rumah keamanan, menemui Greg. Greg kepala keamanan yang sudah lanjut usia namun masih sangat gagah dan terampil itu, sekarang lebih banyak bekerja di belakang layar dan mengawasi perputaran pegawal. "Greg. Mulai besok aku akan membawa satu mobil pegawai." ujar Conrad sambil mengambil salah satu kunci mobil. "Kenapa Tuan muda apakah mobil anda rusak? Apakah perlu diperbaiki? Anda bisa membawa mobil Tuan besar yang lainnya." Greg mengernyitkan keningnya melihat kunci mobil biasa yang dipegang Conrad. Conrad menggelengkan kepalanya. "Tidak. Mulai besok aku tidak akan membawa mobil mewah, tetapi hanya akan memakai salah satu mobil pengawal." Perkataan Conrad membuat Greg menjadi bingung, tetapi kepala pengawal itu hanya diam saja. Tuan muda akan menyamar menjadi pemuda biasa. Keesokan harinya. Seperti biasanya Conrad mengikuti jam pelajaran dengan seksama. Setiap pelajaran sangat penting bagi Conrad. Setengah tahun lagi dia harus menjalani kerja praktek, Koas. Conrad berniat untuk menjalani dengan tekun agar dia bisa segera mengambil spesialis. Setelah selesai mengikuti kuliah, Conrad bersiap menuju ke perpustakaan. "Kau mau menuju perpustakaan?" tanya Robert saat mereka bertemu di persimpangan. "Iya." Conrad mengangguk. "Barengan yuk." "Kau mau ke perpustakaan juga?" "Iya." "Tumben." "Biar semakin pintar seperti dirimu." kelakar Robert dengan tertawa kecil. "Ada-ada saja." Mereka tertawa bersama. Di perpustakaan, Conrad dan Robert naik ke lantai atas, di mana sudah ada Ruby dan Jasmine di sana. Jasmine melambaikan tangannya dengan riang kepada Conrad. Sedangkan Ruby yang membelakangi, menoleh. Robert dengan gesit mendahului Conrad dan duduk di samping Ruby. Sementara Conrad terpaksa duduk di samping Jasmine. "Kami sudah lama loh di sini. Kalian lama banget sih datangnya." celoteh Jasmine dengan manja. "Iya. Baru selesai." sahut Robert. "Nanti kita makan bersama lagi ya." Jasmine mencetuskan usulan. "Boleh." Conrad menjawab dengan melirik ke arah Ruby. "Ruby kamu suka makan apa?" Jasmine menatap ke arah Ruby. "Eh ... aku tidak ikut ya, aku harus langsung pulang." Ruby sedikit gugup. Dia merasa tidak nyaman terus menerus bergaul dengan mereka. "Eitsss gak boleh gitu dong. Gak seru loh kalau ga ada kamu." Rengek Jasmine. "Tapi ..." "Sebentar saja." "Baiklah." Ruby dengan berat hati menyanggupi permintaan Jasmine. Jasmine tersenyum gembira. Suasana kembali menjadi sepi. Semua berkonsentrasi dengan buku di tangan mereka. Sementara Jasmine dengan bosan meletakan kepala, bertumpu di antara kedua tangan, di atas meja. Jasmine memperhatikan mereka semua. Ruby yang cantik, Robert kakaknya yang tampan dan Conrad yang selalu membuatnya tergoda. Beberapa kali, Jasmine menangkap Robert yang melirik pada Ruby. Sementara Conrad yang dia pandangi tetap berkonsentrasi dengan buku di hadapannya. Satu jam berlalu. Jasmine ketiduran di antara mereka yang sibuk belajar. Rasa kantuk melanda dirinya tanpa disadari ketika asyik memandangi Conrad. Jasmine memang tidak biasa membaca banyak buku. Dia anak yang cukup cerdas. Apalagi ekonomi bisnis yang dia geluti hanya sebagai syarat dari kedua orang tuanya, agar Jasmine memiliki gelar dan meneruskan memimpin rumah sakit. "Jasmine, ayo bangun." Robert memanggil Jasmine yang masih tertidur. Conrad menoleh pada Jasmine. Gadis itu tampak lucu dan manis jika tidur dan diam. Tingkahnya yang masih kekanakan terkadang mengingatkan Jason pada si kecil Anna. Rambut Jasmin tergerai, sedikit menutupi wajahnya. "Conrad tolong bangunin si Jasmine. Kalau perlu teriak di telinganya." pinta Robert yang sudah lelah berkali-kali memanggil Jasmine. "Eng ... baiklah." sahut Conrad ragu. "Jaass... Jasmine. Ayo bangun. Kita sudah selesai." panggil Conrad perlahan. "Eemm . . " Jasmine menggumam, tapi masih tertidur. "Begitu dah. Kalau sudah tidur susah di bangunin, kalau bangun susah untuk tidur." Gerutu Robert. Robert kemudian berjalan mendekati Jasmine, dia berbisik di telinga Jasmine agak keras, "Chris Hemsworth datang!" (Pemeran Thor) "MANA! MANA!" teriak Jazmine seketika. Gadis itu langsung bangun dari tidurnya dengan mata merah dan rambut berantakan. Ada cap jam tangan di pipi sebelah kirinya. Conrad melihat tingkah lucu Jasmine dengan menahan senyuman. Wajah Jasmine yang baru bangun tidur sangat lucu sekali. Begitu pula Ruby, dia tersenyum melihat Jasmine. Jasmine yang menyadari tipuan dari kakaknya langsung menggerutu kesal. "Ihhh kakak! Kau membuatku malu, sebal." "Makanya kalau gak mau malu ya jangan tidur sembarangan." Robert tanpa rasa bersalah terkekeh. "Lihat itu air liurmu menetes." Robert menggoda adiknya lagi. Jasmine segera mengelap bibirnya dan dia menggerutu kesal karena Robert ternyata hanya mengerjainya. "Ahhh! Kakak!!!" Robert tertawa melihat tingkah adiknya. Kemudian dia merangkul Jasmine dan mengajak semuanya untuk pergi. "Ayo kita pergi sekarang." Conrad dan Ruby berjalan beriringan mengikuti kakak beradik yang terlihat sangat akrab itu. "Bagaimana kacamatamu. Apa terasa nyaman?" Conrad bertanya pada Ruby. "Ah, iya. Ini pas sekali." sahut Ruby gugup. Ruby meraba gagang kacamata yang dia kenakan, kacamata ini jelas sekali terasa ringan dan nyaman, bagaikan tak mengenakan apapun. Ruby sangat suka memakai kacamata tersebut. Kacamata pemberian Conrad membuat dirinya merasa lebih percaya diri. "Terima Kasih Conrad." Ruby tersenyum dengan lembut. Conrad terpana menatap Ruby, suara indah itu begitu mengena di lubuk hatinya. Sikap dan tutur kata Ruby yang halus juga anggun, membuat Conrad menjadi semakin menyukainya. Dengan menaiki mobil mewah Robert, mereka menuju ke sebuah kafe di kawasan pertokoan elit. Ruby yang baru pertama kali di sana menelan air liur melihat harga makanan. Harga satu buah burger saja setara dengan sepuluh harga burger di Mc.Donald. "Bagaimana kalau tiap hari kita berkumpul seperti ini?" ajak Jasmine. "Maaf, aku tidak bisa jika setiap hari." Ruby menolak dengan sopan. Ruby penuh pertimbangan. Jika setiap hari dia keluar dengan mereka, maka akan ada saatnya di mana dia harus bergantian mentraktir. Tidak mungkin dia hanya ikut makan begitu saja bersama mereka. Sedangkan gaya hidup mereka begitu di luar jangkauannya. "Tetapi kenapa? Bukankah menyenangkan bisa keluar bersama seperti ini sesering mungkin?" tanya Jasmine tak mengerti. "Aku ... aku harus membantu ibu dan menulis makalah." Ruby akhirnya bisa mengeluarkan alasan. "Hemm ... sayang sekali. Bagaimana kalau seminggu sekali saja ya." pinta Jasmine penuh harap. "Hemmm... baiklah." ujar Ruby ragu. "Asyik ... aku senang berteman dengan kalian semua." ujar Jasmine riang. Seperti biasanya, Ruby selalu meminta mereka untuk menurunkan dirinya di area pertokoan. Ruby menolak ketika Jasmine memaksa mengantarkannya hingga depan rumah. "Sudah biarkan saja Jasmine. Ayo keburu malam, aku tidak bisa mengambil mobilku di kampus." ujar Conrad. Conrad dapat melihat bagaimana sikap Ruby yang sedikit tertutup dan merasa terganggu akan keinginan Jasmine untuk berkunjung ke rumahnya. Dan Conrad ingin menghargai privasi Ruby. "Baiklah. Sampai ketemu besok Ruby. Dadah." Jasmine melambaikan tangan pada Ruby. Robert memacu kendaraannya menuju ke kampus. Hari sudah mulai gelap. Dan untung saja di penghujung weekend gerbang kampus belum tertutup. Sehingga Conrad masih bisa mengambil mobilnya. "Conrad. Aku mau minta tolong." ujar Robert sebelum Conrad keluar dari mobil. "Ya?" "Tolong antarkan Jasmine pulang, pleasee. " pinta Robert memelas. "Loh, Kakak! Kau mau kemana?" tanya Jasmine heran. "Aduh, aku lupa kalau ada janji dengan Hans dan Fandrey. Penting sekali ini." Dari wajah Robert tampak sekali jika hal yang akan dia kerjakan sangat mendesak. "Kau mau ke mana kakak? Awas ya kalau mabuk-mabukan." Jasmine menatap Robert dengan mata menyelidiki. Dia tahu kedua teman kakaknya ini selalu membuat ulah. "Enggakkk, kita mau membahas masalah bakti sosial." sahut Robert dengan cepat. "Bakti sosial apa?" "Sumbangan dana untuk anak yatim dan janda terlantar. Ayooo sana cepat keluar. Jangan banyak tanya." Robert mendelik ke arah Jasmine yang masih merasa heran. "Awas ya, kalau macam-macam!" ujar Jasmine dengan mengancam. "Iya bawel. Conrad, antarkan adikku pulang dengan selamat, ya." Mobil Robert dipacu dengan cepat, tepat disaat Jasmine baru saja turun dan menutup pintu mobil. Sehingga membuat Jasmine yang masih di dekat pintu mobil menjadi kaget dan hampir saja jatuh, jika saja Conrad tidak menangkapnya. "Awas!" Conrad segera memegangi kedua lengan Jasmine. Jasmine terkejut, dia spontan menjadi gugup ketika Conrad menyentuh lengannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Conrad. "Tidak apa-apa." Jasmine menggelengkan kepalanya. "Jadi, kau yang mengantarkan aku pulang ya. Mana mobilmu?" Jasmine mengikis rasa gugupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD