2

1066 Words
Dua hari lagi acara wisuda Aira digelar. Sabiru berniat akan melamar Aira tepat di hari wisudanya supaya senangnya double double. Ia merasa sudah waktunya untuk berumah tangga, ia memang masih muda, 26 tahun, study mereka lancar, pekerjaan juga lancar, tabungan juga ada. Sabiru berpikir alangkah lebih baik jika bisa hidup bersama Aira, wanita yang kini sangat ia cintai. Pasti sangat menyenangkan. Hari ini Sabiru sengaja pulang lebih awal, jadwal operasi sore hari ia majukan siang ini sehingga ia tidak pulang terlalu malam. "Mau kemana loe? Jam segini kok udah beres-beres. Biasanya lembur" Tanya Novan saat mengunjungi ruangan temannya satu ini. Rencananya ia akan mengajak makan malam bersama, karena Novan paling sebal jika ia harus makan sendirian. "Gue ada urusan". Jawab Sabiru singkat disambi membereskan peralatan ke tempatnya. "Mau kemana loe?". "Ke mall?". "Ngapain?". "Beli cincin". Cincin. Oh My God... Apakah untuk Aira?. "Gue mau ngelamar Aira" tambah Sabiru sambil tersenyum tipis. "Ok bro gue duluan ya, keburu malam nih". Sabiru menepuk bahu Novan kemudian berlalu pergi. Novan masih terbengong ditempatnya, pamit Sabiru barusan tak ia respon. Novan masih shock mendengar Sabiru akan melamar Aira, rupanya hubungan mereka sudah sejauh ini. Novan harus memadamkan api ketertarikannya pada Aira. Dia juga bukan orang jelek, ia cukup tampan apalagi dengan menggunakan seragam putihnya. Dan ia juga merasa lebih tampan dari Sabiru, lebih kaya juga. Seandainya jika diberi kesempatan berpacaran dengan Aira, dia akan melakukan yang terbaik melebihi Sabiru. Tapi sayangnya tidak ada kata jika. Ia selama ini hanya memendam perasaannya tanpa bisa menunjukkannya, salah sendiri ia telat bertemu dengan Aira. Tapi sekarang sepertinya sudah terlambat. Ia harus merelakan Aira menikah dengan teman baiknya, Sabiru. "Jangan sampai kamu menyakiti Aira bro, jika itu terjadi aku akan merebutnya dari sisimu". Kata Novan pada angin, berharap angin bisa menyampaikan pesannya. Sepulang bekerja dari rumah sakit Sabiru menyempatkan pergi ke salah satu mall di kota Surabaya. Sampai di mall, Sabiru langsung menuju toko perhiasan. Ia ingin membeli cincin berlian untuk melamar Aira. "Selamat malam pak, bisa dibantu" kata salah satu pramuniaga menawarkan bantuan saat Sabiru baru memasuki toko. "Saya mau lihat cincin untuk melamar wanita". Kata Sabiru tanpa basa-basi. "Cincin lamaran ada di bagian sini, silahkan ikut saya". Pramuniaga itu menunjukkan koleksinya. Sabiru melihat satu persatu barisan cincin yang dipajang dalam sebuah kotak kaca, ia ingin membelikan sebuah cincin berlian yang simpel namun terlihat mewah. Ia tahu Aira lebih suka model yang sederhana. Tapi dia juga ingin memberikan Aira sebuah cincin yang istimewa berapapun harganya. Setelah meneliti dengan seksama, Sabiru memilih cincin mas putih polos dengan hiasan berlian berbentuk tetesan air. "Semoga Aira suka" gumam Sabiru. "Yang ini saja kak, tolong carikan ukuran yang seperti ini". Pinta Sabiru. Cincin sekarang sudah dapat, sekarang ia menuju toko bunga, tidaklah lengkap seseorang melamar kekasihnya tanpa bunga kan? Tentu saja Sabiru memilih bunga mawar merah untuk melengkapi aksinya nanti. "Tolong diantar ke alamat ini hari Sabtu besok, pagi-pagi sekali". 000 Di rumah Aira, ibu sedang menyetrika pakaian di depan televisi. Aira duduk disamping ibu sambil menonton televisi juga. "Aira". Panggil ibu. "Iya bu" jawab Aira tanpa menoleh. "Umur kamu tahun ini sudah 26 tahun. Cita-cita kamu jadi guru sudah tercapai sekarang. Keadaan ekonomi kita juga sudah lebih baik, pacar juga sudah ada". "Ibu mau ngomong apa sih?" Langsung saja bu". Potong Aira. "Kamu dan Sabiru belum ada rencana untuk menikah?". Menikah? Asal ibu tau, Aira pengen sekali bu. Apalagi menikah dengan Sabiru, itu juga cita-cita Aira bu. "Sabiru kan baru pindah ke rumah sakit yang baru bu, belum juga setahun. Tunggu sebentar lagi ya, Aira dan Sabiru belum pernah bahas soal itu". Jawab Aira. Yaa memang selama ini dia dan Sabiru memang belum pernah membahas soal pernikahan. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama Sabiru yang sibuk mendapatkan gelar dokternya. Selebihnya mereka berdua hanya menikmati waktu bersama. "Kamu kan sudah lama pacaran sama Sabiru, masa gak pernah bahas soal nikah sekali saja?" Tanya ibu lagi. "Memang belum bu, jadi Aira harus ngomong apa. Tunggu Aira selesai wisuda ya, mungkin Aira akan membahas ini dengan Sabiru" Janji Aira. "Jangan cuma dibicarakan Aira, kamu sudah berkorban terlalu banyak untuk dia. Ibu tidak mau jika kamu dipermainkan". Ibu me vungkapkan kekawatirannya. "Aira tahu bu". "Ya sudah, ibu takut kamu jadi perawan tua" tambah ibu lagi. "Gak akan bu, anak ibu yang cantik gini masa jadi perawan tua ha ha ha". Sabiru memang menyayanginya selama ini, hampir semua permintaan Aira dapat Sabiru penuhi, tidak hanya materi, tapi juga perhatian dan kasih sayang. Sabiru selalu menyempatkan waktunya untuk menemui Aira meskipun dia sedang sibuk bekerja. Begitu pun dengan Aira. Sabiru juga sangat perhatian sekali dengan Aira terutama soal makanan dan waktu tidur. Bahkan jadwal menstruasi Aira pun Sabiru hafal. Selama berpacaran dengan Sabiru, Aira merasa menjadi putri kerajaan yang selalu dilayani dan dilindungi oleh panglima perang. Tapi entah mengapa Aira sedikit ragu, Aira merasa sikap Sabiru hanya karena balas budi bukan karena Sabiru mencintainya, setelah mengetahui jika Aira melepas beasiswa kuliah di Inggris, sikap Sabiru berubah drastis. Sabiru saat itu langsung meminta Aira menjadi kekasihnya. Tapi selama ini Sabiru jarang sekali mengungkapkan perasaannya seperti berkata "I Love You". Memang benar sikap yang ditunjukkan sungguh menyayangi Aira tapi pengungkapan kata juga dirasa perlu. Apakah Aira keterlaluan jika menginginkan ini. Benarkah hati Sabiru memang hanya untuk Aira?. Kenapa Aira masih ragu?. 000 Hari Sabtu pun tiba. Hari ini adalah hari dimana acara pelaksanaan wisuda S2 Aira di gelar. Acara diadakan di Hotel Milton Surabaya. Dari pagi Aira sudah bersiap. Ia sengaja memanggil make up artis kerumahnya untuk memperindah penampilan Aira. Begitupun dengan Sabiru, dia sengaja bangun lebih pagi untuk bersiap mendampingi Aira di acara wisudanya nanti. "Cincin sudah, bunga sudah, baju sudah. Ok siap". Sabiru mengecek sekali lagi apa saja yang akan ia bawa. Sambil bercermin Sabiru meneliti penampilannya sekali lagi kemudian berkata "Aku akan membuatmu terkejut hari ini". Dan kemudian ia pergi untuk menjemput Aira. Tepat pukul 9 pagi. Acara wisuda Aira dimulai. Sabiru duduk dengan ibu Aira di kursi undangan. Sabiru sungguh tidak sabar pelaksanaan acara ini segera usai namun disaat yang bersamaan jantungnya juga berdegup cukup kencang karena grogi. Tibalah giliran Aira dipanggil untuk maju ke depan, berbaris bergantian untuk memindahkan tali topi toga oleh para rektor. Aira berjalan anggun dengan penuh kepuasan karena nilai yang didapatnya cumlaude. Ibu tak sadar sampai mengeluarkan air mata bahagia karena terharu. Sabiru merangkul pundak ibu Aira seraya menguatkan. Disana adalah kekasihnya, pintar, cantik, baik hati dan periang. Dialah Aira kekasihnya. Sabiru bangga mempunyai Aira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD