= 3 =

1018 Words
Raja Ampat, Papua, Indonesia 12 Mei 2178 “Oh ya, aku lupa satu hal, Xander,” ucapku bersikap santai menanggapi ocehan tidak jelasnya itu, “Aku  baru saja menemukan gadis cilik yang begitu cantik dan menarik perhatianku di sebuah rumah klasik bernuansa minimalis.” Kulihat wajah Xander sedikit terkejut dan langsung menghentikan tawanya. Aku hanya menyeringai senang melihat ekspresinya itu. Dia terlihat masih keheranan dan berusaha menangkap maksud ucapanku. “Di Sydney, Australia ….” Dan akupun menyeringai melihatnya sudah menyadari arti ucapanku. BOOM! Wajahnya berubah pucat pasi. "Hahaha," kini, aku yang berganti mentertawainya. "bagaimana rasanya? Apa kau terkejut? Astaga, kau harus melihat wajah bajinganmu itu, hahaha." "Aku ... tidak tahu apa maksudmu ... Gabriel." dia terlihat mengelak. Aku mendecih meremehkan. Dia masih berusaha mempertahankan harga dirinya, rupanya. " Hentikan tindakanmu yang akan menelpon istri rahasiamu." sindirku tajam ketika kulihat layar LED kedua kembali muncul dengan beberapa hal terkait dengan rumah ... Xander. Ya, aku menyadapnya dan aku akan bermain sebentar dengan makhluk satu ini. Setidaknya untuk menghilangkan emosiku. "Jangan sampai kau menyentuh apapun, selagi aku berbicara denganmu!" sentakku tajam. Kulihat, dia sedikit terkejut, namun juga berusaha terlihat santai. Kau bodoh, Xander! Dan aku paling benci orang bodoh yang sok tahu ... "Voila! Lihatlah ... aku sudah melakukan sesuatu dengan rumah cantikmu, Xander sayang." ucapku sembari menekan enter di keyboard wirelessku. Dan, sepersekian detik itulah kulihat wajah Xander semakin pucat layaknya zombie. "apa kau menyukainya? Sepertinya dari wajahmu, kau terlihat sangat menyukainya, haha." "Hentikan Gabriel!" dia sepertinya tersulut emosi di detik berikutnya. Kulihat dia langsung bangun dari kursinya dan melempar beberapa benda pada dinding rumahnya. Well, aku tidak peduli. Aku hanya terus menyeringai melihat Xander terlihat kacau di seberang sana. Itu membuat emosiku sedikit berkurang. Ternyata begini rasanya mempermainkan manusia. Pantas saja Vaea menyukainya. Tapi, cukup katakana saja aku menyukainya sampai di tahap ini. Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan darah seperti Vaea di lapangan. "Hahaha, kau begitu menghiburku, Xander. Terus lakukan seperti itu. Mungkin saja aku akan melupakan insiden bagaimana aku dikeluarkan dari organisasiku sendiri. Teruskan jacau seperti itu, haha." tawaku menguar di dalam ruangan. Sungguh, aku bahagia melihat ekspresi paniknya saat ini. Layar LED ketiga, seketika menarik perhatianku. Kulihat blueprint organisasi mulai melakukan proses dari 1% dan terus berlanjut hingga 10%. "Apa sebenarnya maumu, Gabriel?! Hentikan semuanya! Hentikan, b*****h!" ucapnya penuh emosi dengan wajah merah padam yang justru semakin membuatku semangat untuk menindasnya. "Kemana jiwa sok tahumu tadi, Xander? Bukankah kau bilang aku tak bisa melakukan apapun dan kau lah yang mengetahui segalanya?" aku memutarbalikkan pembicaraannya tadi dan Xander hanya menggeram. Dia semakin emosi dan aku hanya menyeringai. Astaga, sepertinya kegilaan Vaea sedikit menular padaku. "Bagaimana kalau misalnya ... kita memainkan game yang sesuai dengan profesi kita, Xander? Hacker." tawarku berusaha basa basi. Kulihat layar LED ketiga menampilkan proses 35%. "Kau benar-benar wanita licik! Pantas saja kau dibuang oleh negaramu sendiri!" "Hei, jangan mengungkit masa lalu, Xander sayang. Aku paling tidak suka orang lain mencampuri urusanku. Apalagi bersikap sok tahu soal itu." tukasku kesal. "sekali lagi kau berbicara seperti itu, wajah wanita cantik itu akan bergariskan darah." Xander menghela napas kasar.  "Apa maumu, Gabriel?Jangan membuatku ingin membunuhmu detik ini juga." "Hm, mauku? Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya sedang bosan, Xander sayang. Buat aku terhibur dengan sikap bajingamu itu lagi." "b******k kau Gabriel!" "Hey ... hey. No bad words, honey. Kata kasar dilarang. Aku tidak suka kata kasar. Or I will do something inappropriate." ancamku sembari kembali mengambil mini-padku di nakas kiri yang kini menampilkan panggilan masuk. Kulihat sejenak layar ketiga masih proses 56%. Panggilan dari Vaea. Aku pun bergegas menekan tombol hijau, dan seketika wajah Vaea muncul dalam layar 5 inch itu. "Aku bosan, El. Wanita ini hanya berteriak teriak tidak jelas dan membuatku sakit telinga. Apa aku boleh membunuhnya saja? Kau tadi bilang terserah.Hanya dia kan yang penting? Anaknya tidak. Eh, tapi dia juga sudah mati sih. Si anak kecil b******k itu." "Tunggu dulu, V. Aku sedang ingin bermain-main dengan makhluk tak tahu diri ini sekarang." Balasku sekenanya. On process 69% Dan kulihat Vaea hanya memutar kepalanya kesal. Kebiasannya jika permintaannya tidak kusetujui. Dia paling tidak suka jika disuruh menunggu, secara garis besar. Apalagi jika mendapat misi Terserah seperti ini. "Gabriel! Jika kau seinchi saja menyakiti mereka, akan kulaporkan kau ke polisi cyber!" Aku kembali menoleh pada layar dimana menampilkan sosok Xander yang terengah-engah menahan napasnya karena emosi. Sepertinya dia mendengar ucapanku dan Vaea. Tapi, sepertinya dia tidak mendengarkan bagian akhir ketika Vaea bilang kalau anaknya telah mati. Sudah hilang fokus sepertinya. Tertawa tak peduli, lantas aku melakukan setting agar panggilan Vaea bisa menjadi satu dengan panggilan Xander. Multi-video calling. On process 84% Oke, done. Kini panggilan Vaea ada di bawah video call-ku dengan Xander. Aku kembali memfokuskan diriku pada Xander. "Jika kau panik, rupanya kau melupakan segala hal yang telah kau ucapkan Xander, Kau bahkan lupa harga dirimu di awal tadi." sindirku lagi berusaha memperingatinya. "Kau seorang Hacker. Ketua Organisasi dunia bawah, dan akan melakukan pelaporan pada polisi cyber? Apa itu tidak terdengar lucu? Bayangkan polisi cyber mendengarkan laporanmu. Kau seperti menyerahkan dirimu sendiri secara sukarela. Bagaimana dengan ucapanmu soal keamanan organisasi? Peringkat? KERJASAMA ANTAR TIM? Cih, kau hanya bisa omong kosong dan seorang pengecut yang rela melakukan segalanya hanya untuk orang orang lemah yang kini saja bisa saja mati di tangan orangku. " Xander seketika terdiam. Sepertinya dia menyadari arti ucapannya sendiri tadi. Atau dia hanya sudah menyerah dengan keadaan. Dia terlihat bodoh sekali. "Lagipula Xander, aku tak suka orang yang suka sekali membantah ucapanku. Dan kau tahu? Kau baru saja melanggar sebuah peraturan awal. Kau menyentuh tombol emergency, honey." seringaiku tak berdosa dan aku langsung menoleh pada sosok Vaea di pojok kanan bawah. "V, do it now!" On process 95%. "No Gabriel! No, stop it! Hentikan oke?! Hentikan semuanya, aku tak sengaja! Aku benar benar tak sengaja! Hentikan! Aku akan mendengarkan apa saja kemauanmu dari sekarang!" Xander berteriak kalap di seberang sana ketika sadar akan aksinya sendiri dan berusaha menahanku dengan kepanikan luar biasa. On process 99% Aku hanya menatap Xander datar. Terlambat, b******n. "Game Over, Xander!" Process completed 100%. "Goodbye ...." ElHacker Wikipedia's corner: = Keyboard wireless : Keyboard yang hanya muncul ketika cahaya hologram dari layar LED transparent menyala. = Cyber Police : Organisasi kepolisian modern yang khusus menangani kasus kasus dunia bawah atau dalam hal lain kasus yang melibatkan jaringan cyber skala besar. Cyber Police berada di bawah naungan S.W.A.T dan FBI. NB : All of this part is fiction! Ini hanya fiktif belaka. Semua nama sistem, hanya rekayasa! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD