= 2 =

912 Words
Raja Ampat, Papua, Indonesia 12 Mei 2178 Layar menampilkan sesosok pria berusia sekitar 27 tahunan atau lebih, aku juga tidak tahu. Dengan tampilan seperti akan tidur atau justru baru saja terbangun karena panggilan dini hariku. Well, persetan dengan itu. Ngomong-ngomong, dia ketua organisasi. Xander. Manusia b******n yang dengan brengseknya mendepakku keluar dari organisasiku sendiri. “Holla, Xander … bagaimana kabarmu? Menikmati singgasana ketua organisasi?” sindirku santai sembari masih tetap mengakses beberapa hal sekaligus mengcoding di layar ketiga. Vaea juga masih terhubung panggilannya denganku. Aku sengaja membiarkannya ikut mendengar percakapanku dengan pria ini. Bisa dibilang multi-video calling, karena memang ini tujuanku. Untuk menjebak Xander. “Kau sepertinya baru tahu statusmu sekarang, Gabriel …,” sahutnya santai di seberang sana.  Ck, sialan! Dia bahkan tidak terlihat terusik sama sekali. “… kau bahkan nekat sekali menghubungiku, dini hari seperti saat ini pula. Tidak sopan sama sekali, kau tahu?” “Ah … kupikir kau yang sudah lupa dengan tata kramamu, Xander.” Desisku tak suka. “Aku hanya menelponmu untuk menanyakan sesuatu. Tidak penting sebenarnya, tapi kurasa aku harus segera menanyakannya padamu. Kau tidak keberatan, bukan?” sambungku berusaha terlihat santai dan bukan terlihat seperti sedang mengumpat dalam hati karena ucapan sialannya tadi. Dia sendiri terlihat terkekeh pelan sebelum akhirnya memngangkat bahu tak peduli. Tanda ia siap mendengarkan ceramahku dengan baik. Aku sedikit menghela napas kasar untuk kembali berbicara dengannya. Ternyata berbicara dengan b******n ini membuat emosiku mudah sekali naik. Dia tidak jauh berbeda dengan Grevio. Bisa dikatakan mereka berdua tidak jauh berbeda, namun Xander versi jauh lebih brengseknya. “ Bagaimana bisa aku keluar dari organisasi asuhanku—Ah, tidak. Organisasi MILIKKU sendiri ,hm?” balasku tajam sambil menekan tiap katanya agar dia paham maksudku, “kau bahkan bertindak seolah-olah kau mengerti segalanya, Tuan Xander ….” “Well, aku memang mengerti segalanya, Gabriel. Apa kau lupa? Perlu aku mengingatkanmu? Aku bahkan mengerti bagaimana kau sekarang mencoba menjebakku saat ini  dengan salah seorang kepercayaanmu.” Aku terkekeh pelan mendengar jawabannya. Cih, sudah berkembang juga makhluk ini rupanya. Sepertinya trik murahan tidak akan berhasil. Aku lantas diam-diam mengambil sebuah mini-pad yang ada di nakas kiriku dan mengetik pesan untuk Vaea agar segera bergegas menuju ke tempat yang aku perintahkan padanya. “Oh ya? Berarti sebuah trik murahan tidak akan berhasil, kan?” ucapku pada akhirnya sembari tetap mengirim pesan berupa sandi pada Vaea lewat sebuah mini-pad ku. Semoga dia cepat tanggap kali ini dengan sandi tersebut. “Huh … sekarang apa maumu, Gabriel? Kau bahkan sudah keluar dari organisasi. Kau tidak bisa berbuat banyak. Bahkan beberapa anggota lainnya juga sudah tidak setuju dengan keberadaanmu di organisasi. Kau terlalu individualis. Bahkan predikat organisasi kita turun karena kau merasa bisa mengatasi semua proyek sendirian. Kau sedikit banyak sudah dibenci di dalam organisasi oleh anggotamu sendiri, lalu apa gunanya jika kau tetap bertahan disana? Kau hanya membuang waktumu,bukan?” “Tapi, keluarnya aku dari organisasi itu tanpa persetujuanku. Kalian mendiskusikannya tanpaku, memutuskannya sebelah pihak. Bukankah itu tidak legal dan sah, hah?” balasku datar sembari meletakkan mini-pad ku ketika selesai mengirim pesan tersebut pada Vaea dan kembali mengetik coding istimewaku di layar ketiga. Terlihat Vaea mengerti –syukurlah- dan langsung memutuskan panggilan begitu saja lalu layar kedua menghilang. Kini, hanya ada tiga LED transparan di hadapanku. “Hahaha! Apa kau baru saja bilang soal hal legal dan ilegal? Ckck, dengar Gabriel. Organisasi ini saja disebut dunia bawah dan banyak dari kita buronan internasional, dan kau masih membahas hal ini legal atau tidak? Hahaha, kau lucu! Aku tidak pernah tahu keputusan mengeluarkanmu dari organisasi bisa membuatmu sebodoh ini soal hal legal dan illegal.”  Dia tertawa di sana. Dan aku mulai jengah. “Kau tidak pernah aktif. Dan kau selalu bekerja sendiri. Kami selalu berusaha untuk menghubungimu, Tapi, hanya Maid-Bot rumahmu yang mengambil alih telekomunikasi. Apa itu yang kau maksud dengan kerja berorganisasi?! Kau individualis, Gabriel!” Dasar bodoh! Kau masuk perangkapku, Xander. “Aku sibuk. Aku tak memiliki waktu untuk mengurus misi di organisasi. Apalagi sebagai tim. Sejak kapan sesame Hacker saling bekerjasama, Xander? Anak amatiran hanya akan merusak misi besar bagi para senior. Dan misi kecil akan membuat para senioa hacker merasa bosan. Jika bekerja sebagai tim kita juga berpeluang semakin besar untuk ditangkap para polisi. Apa kalian sebodoh itu hanya untuk mengerti maksudku untuk tidak saling bekerja sama?” ucapku berbasa-basi. “Itu klise, Gabriel. Justru dengan bekerjasama, kita bisa saling melindungi para anggota baru dari kejaran para polisi!” “Cih, persetan dengan itu semua! Jika kalian memang mau seperti itu, mengapa tidak bergabung di kepolisian saja, jadi kalian bisa saling melindungi, hm? Tapi, percuma saja aku menjelaskan … karena sejak awal kau memang sudah tidak menyukaiku sebagai rival di Monaco waktu itu, bukan? Dengan adanya hal ini pun secara tidak langsung kau sudah menyatakan perang denganku, Xander! Apa kau tahu? Aku paling tidak suka kenyamananku diusik. Apalagi dengan anak sok tahu seperti dirimu.” “Haha, kau hanya seorang gadis buangan, Gabriel! Tidak ada yang terlalu aku takutkan darimu, kecuali otak licikmu itu! Well, syukurlah jika kau memang sudah tahu semuanya. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menjelaskannya satu-persatu dan tak perlu bersikap manis padamu lagi, bukan? Hahaha ….“ Aku tertawa pelan mendengar ucapan demi ucapan sok tahu Xander tentang dirinya. Cih, dia memang tukang membual! “Oh ya, aku lupa satu hal, Xander,” ucapku bersikap santai menanggapi ocehan tidak jelasnya itu, “Aku  baru saja menemukan gadis cilik yang begitu cantik dan menarik perhatianku di sebuah rumah klasik bernuansa minimalis.” Kulihat wajah Xander sedikit terkejut dan langsung menghentikan tawanya. Aku hanya menyeringai senang melihat ekspresinya itu. Dia terlihat masih keheranan dan berusaha menangkap maksud ucapanku. “Di Sydney, Australia ….” Dan akupun menyeringai melihatnya sudah menyadari arti ucapanku. ElHacker Wikipedia's corner: = Mini-Pad : Sebuah tab kecil yang fungsinya sama dengan LED transparent. Namun besarnya jauh lebih besar daripada S-chip. NB : All of this part is fiction! Ini hanya fiktif belaka. Semua nama sistem, hanya rekayasa!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD