01. MPH
Seorang wanita cantik sedang asik memasak sarapan paginya di dapur, ia menggulung rambutnya dan mengikatnya keatas dengan asal-asalan, tapi tidak mengurangi kadar kecantikannya.
Inih lah yang dilakukan Meisya setiap paginya semenjak sebulan yang lalu setelah menjadi seorang istri, ia selalu membuatkan sarapan pagi untuk dirinya dan suaminya.
Meisya adalah wanita cantik yang memiliki suami super posesif. Namun, semenjak sebulan ini suaminya itu sudah tidak terlalu posesif kepadanya, tapi tidak tahu untuk kedepannya, kita berdoa saja.
"Lagi apa?" Suara serak khas bangun tidur itu menyapa pendengaran Meisya. Serta tangan kekar dan berurat tiba-tiba melingkar dipinggang miliknya.
"Udah deh jangan mulai," ucap Meisya malas.
"Aku kan cuman nanya, Sayang," balas orang yang sekarang masih memeluknya.
"Sekian dari banyak pertanyaan kenapa cuman itu aja yang kamu tanyakan?" Bukannya tidak mau menjawab tapi setiap pagi dia akan menayakan hal yang sama pada Meisya.
"Hm, entahlah saat melihat wajahmu aku seperti tak bisa berkata-kata lagi," jawabnya sambil mencium pipi Meisya sekilas.
"Baraaa sana ih," usir Meisya dengan wajah malu.
Meski hal itu sudah sering ia lakukan, tapi tetap saja jika di tempat ruang terbuka seperti ini akan malu. Bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba masuk ke dapur dan melihatnya.
"Kok diusir sih kan aku cuman pengen liat wajah istriku yang cantik ini." Pria yang dipanggil Bara itu langsung mencubit pipi Meisya dengan gemas.
"Kalau kamu kayak gini terus, kapan aku selesai masaknya sih Bar?" tanya Meisya.
"Kenapa harus masak? Kan udah ada pelayan. Percuma dong aku bayar mereka," keluh Bara saat melihat istrinya yang seperti kelelehan saat sedang memasak.
"Kewajiban istri tuh ngurus suami, percuma dong aku jadi istri kamu kalau nggak bisa ngurus kamu," balas Meisya mengikuti gaya bicara Bara.
"Sekarang kamu mandi dan siap-siap ke kantor!" titah Meisya menyuruh suaminya untuk pergi dari sana.
Cup
Bara mencium pipi istrinya lalu pergi begitu saja.
Meisya menggelengkan kepalanya tidak percaya menatap kelakuan suaminya.
****
"Hati-hati ya Bar," pesan Meisya saat Bara sudah ingin berangkat berkerja.
"Kamu juga jangan banyak kerja nanti capek, kalau perlu sesuatu manggil pelayan jangan kerjain sendiri," peringat Bara. Ia mengerti dengan sifat Meisya yang tidak ingin merepotkan orang lain.
"Yau dah aku berang--"
"Mommy," teriak anak kecil yang tiba-tiba menghampiri Meisya.
"Eh Alan," balas Meisya.
Alan adalah keponakan Meisya, anak dari Kakak Meisya, jadi maklumi jika Alan memanggil Meisya Mommy karena Al dan Elle sering menitipkan anaknya ke padanya.
"Ck, kalau nggak niat ngejagain, nggak usah buat," decak Bara kesal. Karena jika ada Alan maka perhatian Meisya akan teralihkan sepenuhnya pada Anak kecil itu.
Meisya menatap suaminya dengan tajam setelah mendengar perkataan Bara tadi.
"Ya elah lo Bar, cuman bentar juga. Gue sama Elle ada rapat penting, jadi Alannya gue titipin ke Adek gue dulu," balas Al ayah dari Alan dan juga Kakak dari Meisya.
"Maaf ya Sha, mbak selalu ngeropotin kamu," ucap Elle tidak enak hati.
"Nggak papa kok Mbak, nggak usah dengerin omongan Bara, dia cuman bercanda," balas Meisya.
"Ya udah Kakak berangkat dulu ya." Al beserta istrinya pergi meninggalkan Meisya dan Bara setelah menitipkan putranya. Mereka berdua sama-sama bekerja jadi Alan sering ditinggal, sedangkan Alan sangat dekat dengan Meisya, jadi Anak kecil itu sering meminta untuk diantarkan ke rumah Meisya.
"Awas kamu ya sampe deket-deket sama istri Om. Om bakalan ngomong ke ayah kamu buat nggak nitipin kamu lagi ke sini! " peringat Bara tajam sambil memelototkan matanya ke arah Alan.
"Asik nggak ada Om Bara, jadi Alan bisa sepuasnya sama Mommy Meisya," girang Alan.
Bukannya takut atau menangis karena di tatap , anak itu malah kesenangan dan menantang Bara. Biasa sifat Alan keturunan dari ayahnya ya itu Al, dulu ayahnya juga sering membuat Bara jengkel dan kesal, ternyata anaknya sama saja
"Om bakalan aduin ke papa kamu biar nggak dikasih uang jajan," ancam Bara sekali lagi.
"Biarin, nanti Alan bisa minta ke Mama," balas Alan.
"Nyebelin banget sih anaknya Al," kesal Bara.
Meisya tertawa lepas melihat tingkah suaminya itu. "Udah sana pergi kerja aja, nggak usah ribut sama Alan."
Bara berjalan mendekati istrinya. "Kalau kita buat jangan lupa baca doa ya biar hasilnya nggak kayak gini," bisik Bara lalu langsung berlari meninggalkan Meisya.
Meisya langsung dibuat kesal bercampur malu oleh Bara.
"Mommy, tadi om Bara bisikin apa, Kok Muka Mommy jadi warna merah?" tanya Alan penasaran.
"Hm nggak ada kok, sekarang kita masuk aja ya Sayang," elak Meisya.
***
Siang harinya Elle kembali datang ke rumah Meisya untuk menjemput putranya.
"Makasih ya Sya," ucap Elle.
"Mbak nggak usah bilang terima kasih terus, Alan itu ponakan aku lho Mbak. Jadi udah tanggung jawab aku juga buat ngejagain Alan," balas Meisya.
"Maaf ya Sya, soalnya Mbak nggak enak gitu ke kamu karena sering ngeropotin kamu, kapan-kapan deh Mbak cari Babysitter buat ngejagain Alan," ujar Elle. Ia tidak bisa terus-terusan merepotkan adik iparnya itu.
"Eh Mbak nggak papa kok kalau Meisya masih bisa ngejagain Alan, mbak bisa minta tolong ke Meisya aja," balas Meisya yang merasa tidak terepotkan sama sekali, ia malah senang jika ada Alan, wanita itu tidak akan sendirian karena Alan akan mengajaknya bermain dan bocah kecil itu akan terus mengoceh.
"Emang kamu kedepannya nggak mau kerja Sya?" tanya Elle.
Meisya terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaan Elle. "Hmm sampe sekarang masih belum ada niatan sih Mbak, tapi Meisya juga bosen tiap hari di rumah. Enak nggak sih Mbak kerja pas udah jadi istri? Apa nggak berpengaruh sama ngurusin Suami?" tanya Meisya penasaran. Ia sangat ingin bekerja, tapi melihat Bara yang sudah keras bekerja untuk dirinya membuat ia merasa bersalah jika tidak menghargai uang hasil dari suaminya.
"Enak kok Sya, ya meskipun Al sebenarnya mampu nafkahin aku, tapi aku kerja juga buat ngilangin bosen dan aku malah banyak belajar sama karyawan yang udah punya suami di sana. Masalah ngurusin suami mah gampang Sya, Mbak biasanya siapain sarapan sama baju kantornya tiap pagi. Terus Mbak juga ngurusin makan siangnya di kantor, ibaratkan aku kerja sambil ngurusin suami juga di sana," jelas Elle kepada Meisya.
"Oh gitu ya," gumam Meisya sambil mengangguk mengerti.
Ia akan bertanya nanti pada Bara, dari pada ia harus bosan di rumah, lebih baik ia juga ikut bekerja.