"Huh," keluh Meisya.
"Udah aku bilangkan nggak usah ikut. Kebosenan sendirikan kamunya," balas Bara yang masih fokus kelayar laptopnya.
"Kalau aku nggak nemenin kamu, nanti sekretaris ganjen kamu itu malah ngegoda kamu lagi," jelas Meisya.
"Namanya Siska, Sayang," ujar Bara memberitahu nama sang sekretaris kepada istrinya.
"Nggak nanya," kesal Meisya.
Sedari tadi Meisya duduk disofa ruangan Bara. Ia berniat akan menemani suaminya terus sampai Bara selesai kerja, Meisya tidak akan membiarkan tante-tante seperti Siska mendekati suaminya.
Meskipun ia dan sekretaris Bara seumuran. Namun, penampilan Siska jauh lebih terlihat seperti tante-tante, justru itu Meisya menyebutnya Tante.
"Kapan sih jam makan siang, aku udah laper," celetuk Meisya dengan nada lemas.
Bara langsung menghubungi seseorang. "Bawakan makanan kesukan Istri saya dalam waktu sepuluh menit," ucap Bara lalu langsung memutuskan hubungan teleponnya secara sepihak dan ia kembali fokus kepada layar laptopnya.
Meisya langsung tersenyum lebar setelah mendengarkan perkataan suaminya. Kodenya ternyata bisa dipahami oleh pria itu.
Beberapa menit kemudian pintu ruang kerja Bara dibuka dari luar.
"Permisi Tuan ini pesanan Anda," ucap Brian.
"Berikan kepada wanita yang sedang kelaparan di sana!" titah Bara pada Brian sambil menatap kearah Meisya.
Meisya langsung berdengus kesal, tapi ia tetap menerima makanan dari Brian. "Ucapkan terima kasih dariku kepada Pria angkuh di sana," balas Meisya sambil membalas tatapan dari Bara.
"Tuan, Nyonya Meisya mengatakan terima kas--"
"Aku sudah mendengarnya," potong Bara cepat.
"Baik Tuan. Sebentar lagi Anda akan mengada pertemuan," ucap Brian.
Bara hanya membalas dengan anggukan sekilas.
Brian pun akhirnya keluar.
"Kenapa tidak dimakan?" tanya Bara.
Meisya hanya diam, entah kenapa perutnya terasa sangat sakit dan membuatnya tidak berselera untuk makan lagi.
"Sayang," panggil Bara lembut lalu menghampiri istrinya.
"Sakit sekali Bar," tutur Meisya lalu memegangi perutnya.
Bara langsung mendekap wanitanya. "Kenapa?" tanyanya khawatir.
"Nggak tahu," balas Meisya lalu mengeratkan pelukannya memyalurkan rasa sakitnya.
"Sini aku elusin." Bara langsung membawa kepala Meisya untuk bersandar di d**a bidangnya lalu ia langsung mengelus perut Meisya dari belakang.
"Masih sakit?"
"Mendingan," jawab Meisya.
"Makan ya biar perutnya nggak kosong," suruh Bara.
"Nggak mau," tolak Meisya.
"Kalau nggak makan nanti perut kamu makin sakit Sayang," bujuk Bara.
"Nggak mau Bara, pengennya dielus terus," pinta Meisya sedikit merengek.
Akhirnya Bara pasrah dan terus mengelus perut Meisya. Hingga pergerakan harus terhenti saat ada yang membuka pintu ruangannya, ingin sekali Bara menghajar wajah orang yang telah menganggu kebersamaannya dengan istrinya, tapi saat melihat sang pelaku membuat ia harus mengurungkan niatnya.
"Tuan ini waktunya anda mengadakan pertemuan den--"
"Batalkan saja," potong Bara cepat.
Brian langsung keluar tanpa protes, hal ini sudah biasa terjadi. Benar apa yang dikatakan oleh Meisya jika Bara akan lebih memilih dirinya daripada yang lainnya.
"Kenapa dibatalin?" tanya Meisya.
"Wanita di depanku ini, lebih membutuhkan suaminya," jawab Bara sambil menatap wajah Meisya dengan dalam, lalu pria itu mulai mendekatkan wajahnya.
Braaak
Lagi dan lagi kesabaran Bara harus diuji saat pintunya kembali dibuka dengan kasar dari luar.
"Maaf Tuan tapi saya sudah mencegahnya, tapi Nyonya ini memaksa," jelas Brian penuh sesal saat seorang wanita paruh baya bisa masuk kedalam ruangan Bara.
"Tuan, Anda tidak bisa membatalkan kerja sama ini," ucap wanita paruh baya tersebut.
Deg
Tubuh Meisya langsung menegang saat melihat siapa wanita yang masuk.
"Tante Dewi," gumam Meisya pelan.
Dewi adalah saudara dari ibunya, Dewi inilah yang dulu mengusir Meisya kejalanan dan berakhir dipanti asuhan. Meisya gadis yang dulu masih berumur lima tahun diusir dari rumahnya sendiri oleh tantenya yang sekarang berada diedepannya ini.
"Siapa yang mau mebatalkan kerja samanya, aku hanya membatalkan pertemuannya saja," balas Bara.
"Jadi kerja sama kita tidak batalkan Tuan?" tanya Dewi sekali lagi.
Bara mengangguk malas.
"Keluar!" perintah Bara dan langsung dituruti oleh Dewi dan Brian.
Sebelum Dewi benar-benar keluar ia masih sempat menatap Meisya dengan tatapan nyalang. Mungkin Dewi kesal karena gara-gara Meisya pertemuannya gagal, atau Dewi tahu kalau dirinya Meisya. Namun, itu tidak mungkin karena Meisya yakin Tante Dewinya tidak akan mengenalinya.
"Bar," panggil Meisya.
"Aku berniat untuk menyembunyikannya dari mu, tapi dia sendiri yang muncul di hadapanmu," balas Bara.
"Jadi kamu tahu?"
"Dia Dewi. Wanita yang pernah mengusir ponakannya demi menguasai perusahaannya," jawab Bara.
"Terus buat apa dia ada di sini?"
"Aku berniat membuat perusahaannya menurun dan akan berpindah ke tanganmu, karena itu hakmu."
"Bara jangan buat hidupnya semakin sulit," mohon Meisya.
"Inilah alasanku tidak ingin memberitahumu," balas Bara dingin. Ia tidak akan pernah mengubah niatnya.
"Aku tidak akan mengubah rencanaku!" tegas Bara.
...
"Bagaimana Ma?"
"Rencana kita tidak gagal sayang," balas Dewi.
"Di saat kita sudah berkerja sama dengan perusahaan miliknya, kita akan lebih sering menemuinya dan kamu harus berusaha mendekatinya," lanjutnya.
"Baik Ma kalau soal itu serahin ke anak Mama ini, aku yakin Tuan Bara yang tampan itu bakal segera jadi milikku," ucap Putri anak tunggal Dewi.
"Tapi kita harus cari cara buat nyingkirin Istri sialannya dulu sayang," balas Dewi.
"Ck dia nggak ada bandingannya sama aku Ma. Aku yakin Tuan Bara pasti lebih tertarik sama aku dari pada istrinya," ucap Putri dengan percaya dirinya.