bc

Diam Dalam Rasa

book_age18+
95
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
sweet
bxg
coming of age
first love
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

“Aku mencintaimu, tapi aku takut mengatakannya.”

Fazella Nurani Huda.

“Aku mencintaimu, tapi aku takut untuk mengungkapkannya padamu.”

Adnan Setyo Anam.

Tentang rasa yang terpendam.

Tentang rasa yang tak terungkap.

Dua manusia yang saling mencintai, tapi takut untuk mengungkapkannya, raga mereka dekat tapi hati mereka jauh. Suara mereka saling bersahutan tapi hati mereka saling diam. Menanti kesempatan yang entah kapan akan datang. Menanti waktu yang entah kapan terlaksana.

Akankah mereka bisa mengatakan semua pada akhirnya?

Ataukah mereka hanya akan memendam perasaan mereka hingga mereka tiada?

Hanya waktu yang akan menjawab perasaan mereka.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Entah!
Tampan? Sudah pasti. Sosok pria muda bertubuh tinggi berkulit sawo matang khas orang Jawa. Senyumannya akan membuat siapa saja yang melihatnya akan tersihir dan terbuai, apa lagi dengan gigi gingsulnya, yang akan menambahkan pesona pria itu. Adnan Setyo Anam, putra bungsu dari Ragarta Setyo Anam dan Viana Salsabila, besar di keluarga hangat tak mampu membuat sikapnya menghangat, meskipun senyumannya manis, tak akan ada yang bisa melihatnya kecuali keluarga saja. Sikap cuek dan juga dingin membuatnya semakin terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Mungkin jika ingin melihat Adnan senyum, maka harus melihat senyuman saudara kembarnya yaitu Azlan. Meskipun kembar mereka sangat berbeda, rambut Azlan di biarkan gondrong sedangkan rambut Adnan di cukur rapi. Jika kebanyakan pria seusia mereka sudah memiliki kekasih, berbeda dengan mereka. Mereka masih ingin fokus dengan pendidikan saja, bukannya tak laku, malah banyak sekali para gadis yang mengejar-ngejar mereka berdua, tapi kembali lagi, mereka fokus pada pendidikan. Namun tidak ada yang tahu, Adnan diam-diam menyukai seorang gadis, gadis yang selalu membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi. Namun Adnan belum mengungkapkan perasaannya pada gadis tersebut. “Melamun apa sih, Nan?” tanya Ayesha. “Ganggu aja sih,” gerutu Adnan. “Anterin aku ke rumah Bunda,” ucap Ayesha. “Ngapain kesana malam-malam begini? Kamu tahu kan ini jam berapa?” tanya Adnan seraya melihat jam tangannya. “Aku mau mengambil buku yang di pinjam Zella, ayolah Dek, antar Kakak kesana,” ucap Ayesha seraya bergelayut dilengan Adnan. “Kenapa lagi kamu Sha?” tanya Azlan. “Antarkan ke rumah Bunda,” ucap Ayesha. “Mau apa kamu kesana malam-malam begini? Ini sudah jam sembilan, Ummi sama Abi juga sudah tidur seperti nya,” ucap Azlan. “Buku aku di pinjam Zella, besok mau aku bawa ke kampus, Mas,” ucap Ayesha. “Ayo aku antar,” ucap Azlan. “Biar aku saja yang antar Ayesha, kamu di rumah saja, kamu baru pulang pasti capek,” ucap Adnan seraya berdiri. Langkah Adnan terhenti saat melihat kedua orang tuanya baru saja memasuki rumah. “Loh, Abi sama Ummi, dari mana? Tadi kata Azlan sudah tidur,” ucap Adnan. “Kami dari rumah Bunda. Kalian berdua mau ke mana?” tanya Ragarta. “Mau ke rumah, Bunda. Tahu gitu tadi aku nitip saja sama Ummi,” ucap Ayesha. “Mau apa kamu malam-malam ke sana?” tanya Viana. “Mau–“ “Mbak Ayesha, Zella datang!!” teriak seorang gadis dari arah pintu. “Zella, kamu ikut Abi sama Ummi? Mana buku aku?” ucap Ayesha. “Baru juga masuk. Nih bukunya. Malam ini aku nginep di sini,” ucap Zella. “Ya sudah kami ke kamar dulu, kalian jangan berisik dan segera mungkin untuk tidur,” ucap Viana. “Siap Ummi,” ucap Ayesha dan Zella serempak. Ayesha membawa Zella ke kamarnya dan melupakan Adnan yang tadi akan mengantarnya. Adnan menghela napasnya melihat tingkah laku kedua gadis itu. “Beruntung lah kamu , Nan. Gak jadi keluar malam-malam,” ucap Azlan. “Tidur sono dah malam,” ucap Adnan seraya berjalan menuju kamarnya. “Adik laknat!” cibir Azlan. Malam kian larut, aktivitas manusia sudah berkurang, mungkin hanya beberapa orang yang memang bekerja di malam hari yang masih beraktivitas. Berbeda dengan Adnan meskipun ia tidak beraktivitas, tapi pikirannya mengembara ke mana-mana. Entah mengapa jika Zella menginap di sini ia merasa gelisah, seolah akan ada yang mengganggunya. Bukan dirinya tapi pikirannya yang terganggu. Semakin larut Adnan tidak bisa memejamkan matanya, hingga tenggorokannya kering, dan ia memutuskan untuk mengambil air di dapur. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ada orang yang berbicara di dapur, dengan perlahan Adnan mendekati dapur. Ternyata Ayesha dan Zella tengah memasak di sana. “Apa kalian tidak tidur? Ini jam berapa coba?” tanya Adnan. “Wah mas Adnan bangun juga! Aku lapar Mas, tadi sore lupa gak makan, nah pas aku ke bangun Mbak Ayesha juga kebangun, akhirnya kita memutuskan masak bersama,” ucap Zella dengan senyumannya yang manis bagi Adnan. Ya Adnan menyayangi Zella, bahkan rasa sayangnya sudah berubah menjadi rasa cinta. Bukan cinta sebagai seorang Kakak pada adiknya melainkan cinta seorang pria pada wanita, tapi hanya Adnan dan Tuhan saja yang mengetahui hal itu, Adnan sadar jika ia tak mungkin mendapatkan Zella, karena status mereka yang sudah seperti saudara. Adnan hanya bisa memendam perasaannya pada Zella, beruntungnya dia memiliki raut wajah dingin, jadi dengan mudah ia bisa menyembunyikan setiap apa yang ia rasakan. “Ayo makan Mas, ini sudah matang sop nya,” ucap Zella seraya menarik tangan Adnan. “Kamu ngapain tadi ke sini, Nan?” tanya Ayesha. “Haus!” jawab Adnan singkat. “Makan dulu yok Mas,” ajak Zella. “Aku–“ “Ayolah Mas, aku sama Mbak Ayes sudah masak dan ini kayak e juga lebih kalau hanya di makan dua orang saja,” ucap Zella. Mau tak mau Adnan pun mengikuti ajakan Zella. Adnan tak akan mampu menolak ajakan gadis yang ia cintai itu. Saat makan pandangan Adnan tak luput ke wajah Zella, gadis manis nan imut itu sudah benar-benar mengambil hatinya sejak ia duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Hingga kini Adnan masih menyimpan rapat-rapat perasaannya itu, entah kapan ia akan mengungkapkan pada Zella. “Kamu besok sekolah, Fa?” tanya Adnan. Ya hanya Adnan yang memanggil ‘Fa’ pada Zella, itu pun jika hanya di rumah, jika di luar ia juga memanggil Zella. “Iya, Mas. Kenapa? Mau nganterin ya?” tanya Zella. “Enak aja! Bareng aku besok!” ucap Ayesha. “Ikut Mbak Ayes? Ikut Mbak Ayes sama aja kayak ngeprank malaikat Izrail, belum apa-apa malaikat sudah ikut berboncengan sama Mbak Ayes. Gak mau aku, aku masih mau sekolah, kuliah dan menikah,” ucap Zella. “Buang ingus aja masih belum bener sudah ngomongin nikah!” ucap Ayesha. “Ada cita-cita nikah muda loh aku Mbak,” ucap Zella. Uhuk! Uhuk! Adnan tersedak makanannya mendengar ucapan Zella. “Mau nikah muda? Yang benar saja!” ucap Adnan. Ayesha dan Zella saling menatap mendengar ucapan Adnan. “Memang kenapa Mas? Gak ada yang salah kan aku nikah muda? Misalnya lulus sekolah ini aku nikah, ntar kuliahnya setelah menikah, di biayai sama suami, bisa mesra-mesraan–“ Klotak! Satu sendok mendarat di kepala Zella, dan itu ulah Adnan. Tatapannya terlihat dingin seolah ingin menguliti Zella. Sementara Zella sudah mengusap kepalanya seraya menggigit bibirnya mendapati Adnan yang tengah mode dingin itu. “Kalau kamu mau nikah muda, ngomong sama aku! Biar aku gantung kamu di tugu pahlawan sana!” ucap Adnan seraya berdiri meninggalkan kedua gadis yang ada di meja makan itu. “Mas Adnan kenapa sih, Mbak?” tanya Zella seraya matanya berkaca-kaca. “Jangan di dengarkan, mungkin dia hanya syok mendengar ucapan mu yang mau menikah muda tadi,” ucap Ayesha. Zella hanya mengangguk seraya mengusap air matanya yang sudah menetes di pipinya. Ia tak bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Adnan, kenapa pria itu membentaknya seperti itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook