SEMBILAN BELAS

1089 Words
Jomblo harap sabar, ini ujian. Sumpah nggak ikut campur.  Dua bulan menjadi suami istri, Gea belum melakukan hubungan suami istri dengan Deni. Karena suaminya itu memang mengerti jika Gea memang sedikit takut dengan itu. tapi apa yang bisa dilakukan oleh Gea? Sekalipun saat dia ingin melanjutkan, suaminya berhenti hanya sampai pada dadanya. Tidak melanjutkan aktivitias yang menjurus pada hubungan suami istri pada umumnya. Malu adalah ketika dia ingin meminta saat dia kasihan terhadap suaminya yang kadang ingin lebih. Tapi Gea masih ragu, hanya sampai Deni mencium dadanya dan memberi tanda merah di sana saat pertama kali dia memberikan hal itu seminggu lalu. Deni sampai sekarang ini belum pulang bekerja. Deni biasanya hanya sampai sore. Tapi sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi belum ada tanda-tanda suaminya pulang. Dia bersama dengan Kelana menunggu di kamar. Mencoba menghubungi juga tapi nomor suaminya tidak aktif. Kelana tidur di paha Gea sambil menonton televsi. "Ma, kok Ayah belum pulang juga?" kata Kelana yang seolah perasaan mereka berdua itu sama-sama gelisah karena Deni yang pulang terlambat. Gea menggendong Kelana kemudian mengajak anak itu keluar untuk menunggu Deni. "Kamu di mana sih?" kata Gea yang benar-benar sudah merasa khawatir karena suaminya belum juga pulang. Sepuluh menit kemudian, hujan turun dengan begitu lebatnya. Gea mengajak Kelana masuk dan mencoba menidurkan Kelana. "Kelana bobok ya!" "Nggak mau, Ayah belum pulang," kata Kelana. Seorang anak kecil saja bisa punya perasaan seperti itu. Apalagi Gea yang berstatus sebagai seorang istri yang ingin agar suaminya segera pulang dan bergabung bersama dengan mereka dengan segera. Kelana memilih turun dari gendongan Gea kemudian dia memilih untuk duduk di dekat Gea. Terdengar suara mobil sampai Gea langsung berlari dan lupa ada Kelana di dekatnya. "Ayo sayang, mungkin itu Ayah," kata Gea yang langsung menggendong dan mengajaknya keluar. Benar saja Deni basah kuyup saat dia membuka pintu. "Kelana sama Ayah dulu ya, Mama mau ambil handuk," kata Gea yang segera berlari mengambil handuk untuk Deni yang sedang basah dan berdiri di luar. Gea keluar dan memberikan handuk itu untuk suaminya. "Masuk aja! Nanti aku yang pel, nggak apa-apa basah," kata Gea yang khawatir melihat suaminya. "Ge, bisa minta tolong siapin air hangat? Aku kedinginan, tadi bannya bocor, handphone aku mati. Tadi ada kerjaan yang bikin aku lembur, aku lupa ngabarin. Maaf," kata Deni yang kemudian mengajak Kelana ke kamar dan membiarkan Deni masuk ke kamar mandi tamu untuk sekadar berganti pakaian. Dia merasa khawatir saat suaminya datang dengan sedikit pucat seperti itu. Gea yang masih mengisi bath up dengan air hangat lalu menggendong Kelana ke kamarnya. Di sana sudah ada pengasuhnya yang mungkin sudah menunggu. Karena kalau malam hari, Kelana akan diantar ke kamar oleh Gea ataupun Deni saat sudah tidur. "Kelana bobok ya! Mama mau lihat Ayah dulu. Kasihan Ayah kedinginan," kata Gea memberikan pengertian kepada anak kecil itu. Beruntunglah jika Kelana mengerti dan melambaikan tangan kepada Gea. "Nanti Mama jempt lagi sayang," kata Gea yang dibalas dengan anggukkan oleh Kelana. Lalu dia menjemput suaminya di bawah. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. "Pakaiannya nggak apa-apa, aku pindahin ke mesin cuci. Airnya udah siap. Kamu udah makan?" tanya Gea yang tak berhenti bertanya kepada suaminya. "Sudah sayang, kamu udah makan sama Kelana?" Gea berhenti saat dia hendak mengambil pakaian basah suaminya karena Deni menghalangi jalannya. "Kamu kenapa?" tanya Deni yang melihat ekspresi Gea yang panik dan juga terlihat sangat khawatir. Gea tidak bisa menahan sedihnya dan air matanya menetes begitu saja. Dia memukul d**a suaminya saat perasaannya begitu sakit karena merasa begitu khawatir tentang suaminya yang tidak mengabari sama sekali. Takut terjadi apa-apa, apalagi Deni yang tidak izin kepadanya. Deni mencium kening Gea. "Maafin aku yang nggak ngabarin kamu. Aku bukannya sengaja," Dengan segera dia menyeka air matanya. "Kamu mandi aja," "Maafin aku dulu," Gea tersenyum, "Iya, tapi lain kali nggak usah kayak gini lagi ya!" kata Gea yang dibalas dengan anggukkan dan senyuman oleh pria itu. Ya perasaan memang sudah sangat besar kepada Deni. Dia juga yang sudah terlanjur menaruh hatinya sekaligus pada suaminya itu. tidak ingin jika terjadi apa-apa kepada Deni saat suaminya berada di luar sana. Begitu Deni masuk, Gea langsung mengambil pakaian kotor itu dan merendamnya di mesin cuci untuk dicuci besok. Dia merendam kemeja putih Deni juga di tempat berbeda karena terlihat ada noda hitam di kemeja suaminya yang mungkin saja berasal dari mobil tadi saat Deni memasang ban sendirian. Beruntunglah suaminya pulang dengan keadaan baik-baik saja. Dia takut jika terjadi sesuatu kepada Deni. Begitu dia sudah selesai merendam pakaian suaminya. Dia pergi ke kamar Kelana kemudian melihat Kelana tidur dengan posisi miring karena harus tidur punggungnya digaruk menjadi kebiasaan Kelana. "Mbak juga istirahat ya! Saya sama Ayahnya Kelana mau istirahat juga," kata Gea. Mungkin pengasuh Kelana tidak tahu bagaimana perasaan Gea tadi saat Deni belum juga pulang karena tidak mengabari sama sekali. Maka dari itu tidak menanyakan atau mengambil Kelana darinya saat perasaannya benar-benar kacau. "Jangan lupa dikunci pintunya, Mbak!" perintah Gea yang kemudian keluar dari kamar Kelana menuju kamarnya yang jaraknya agak dua kamar dari tempat mereka. Karena sengaja kamar yang di dekatnya dibiarkan kosong. Kamar Kelana yang sedikit jauh dan tidur bersama pengasuhnya di sana. Dia masuk ke kamarnya dan mengunci pintu seperti biasanya. Deni keluar sambil mengeringkan rambutnya. Pria itu tersenyum saat mendekat Gea. Dia memeluk Gea dan mencium bibir Gea sekilas. "Cengeng banget tahu nggak," ledek Deni. Perasaan seorang istri itu pasti sangat kuat. "Aku nggak cengeng. Tapi tahu nggak yang namanya khawatir?" Gea membalas pelukan suaminya. Kali ini dia memberanikan diri memeluk Deni sekalipun pria itu tak memakai baju. "Maafin aku sayang," "Iya, lain kali janga diulangi lagi. aku nggak suka," "Hmmm, iya. Ohya, besok pagi kita ke rumah Mama ya. Soalnya tadi sore Mama telepon kalau Mama pengin ngajakin Kelana jalan-jalan. Besok kan hari sabtu," "Sayang, besok aku ngerjain tugas. Teman-teman mau ngerjain di rumah," "terus?" "Aku pulang ke rumah Mama. Soalnya tugasnya banyak banget, mungkin pulangnya sore atau malam," "Iya udah, besok aku anterin. Aku juga ada meeting sih di luar. Tapi nggak apa-apa. Lagian kan kamu di rumah, Mama. Jadi besok aku anterin Kelana dulu, terus kita ke rumah Mama barengan," "Iya sayang," Gea memeluk suaminya kemudian mengeratkan pelukannya dan semakin erat-erat dan semakin erat. "Aku sayang kamu bocah," kata Deni yang menggodanya. "Cium dulu dong!" "Nantangin nih?" "Kan cium doang," Deni mencium bibirnya lalu menyingkap rambut Gea kemudian mendaratkan ciuman di sana. "Awas berbekas lho, Pak," ledek Gea. "Biarin, udah nikah kan. Bodo amat dianggap m***m. Lagian sama istri sendiri," balas Deni. Gea menjinjitkan kakinya lalu menicum leher Deni juga. "Rasain tuh, merah juga. Lihat aja di cermin," "Yang ada orang anggap kamu agresif dan pinter ngelayanin suami lho Gea. Kalau cewek kan wajar, yang nggak wajar itu ya cowok dong. Lehernya merah, pasti istrinya pintar di ranjang," Gea memalingkan wajahnya dan meningalkan suaminya sendirian. Suara gelak tawa Deni terus menertawakan dirinya yang sedari tadi terlihat begitu lucu.  Jangan lupa follow dan komentarnya ya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD