DELAPAN BELAS

1226 Words
Selama satu minggu lebih menjadi pasangan suami istri. Tinggal bersama dengan Kelana juga di rumah baru. Deni merasakan suasana hidupnya yang baru saat dia dengan Gea hidup berdua tapi ada Kelana. Tapi ia begitu berysukur saat Gea mau menerima Kelana dengan baik. Perempuan itu juga yang menyarankan agar Kelana tinggal bersama dengan mereka. Di pagi hari, dia bangun dengan posisi memeluk istrinya. Sudah menjadi hal yang sangat biasa baginya. Tapi sampai sekarang ini pun mereka tidak melakukan hal lebih selain ciuman dan berpelukan. Karena Gea pernah mengutarakan perasaannya mengenai dia yang masih takut mengenai malam pertama seperti yang diceritakan oleh Rangga waktu itu. Tak ingin memaksa keadaan, maka Deni juga berusaha memahami ketakutan istrinya. Tidak mungkin jika dia harus memperkosa istrinya saat dia juga sebenarnya sudah ingin melakukan. Tapi masih bisa dia tahan sebab ketakutan Gea mungkin bukanlah hal yang main-main. "Ayo bangun!!" ajak Deni yang mencium kening istrinya. Tapi Gea masih bermalas-malasan dipelukanny kali ini. Tatapan mereka bertemu, sesekali mereka tersenyum dan berciuman. "Ayo, Kelana mau ke tempat les hari ini," kata Deni. Sebenarnya dia juga ingin jika terus bermanja dengan Gea. Tapi Kelana tidak bisa dia lupakan. Hari ini juga Deni akan berpamitan ke kampusnya mengenai dia yang tidak akan mengajar lagi dan lebih fokus pada perusahaan. Itu semua sudah direncanakan dan sudah dibicarakan dengan Gea. Deni juga pesan kepada Gea agar dia membatasi pergaulannya mengingat mereka sudah menjadi suami istri sekarang. Takut jika terjadi apa-apa kepada Gea. Dia titipkan kepercayaannya kepada Rangga mengenai Gea selama berada di kampus. Sekembalinya mereka dari bulan madu yang di Maldives, tidak ada yang spesial semisal malam pertama. Yang ada hanyalah liburan berdua seperti yang sudah diyakini oleh Rangga bahwa tidak akan ada yang terjadi di saat bulan madu mereka. Mengingat Gea yang masih berstatus menjadi mahasiswi, Deni mempersingkat waktu bulan madunya dan kali ini sudah mulai aktif lagi. "Ayo Gea. Mau dimandiin hmmm?" Gea segera beranjak dari tempat tidurnya yang paling nyaman. Dia juga langsung mencubit perut suaminya. "Omongannya udah mulai kayak Rangga nih," "Dia kan senior. Jadi dia tahu lah kalau hal yang begituan," kata Deni menimpali dan membuka kaosnya begitu saja saat Gea mencubit tadi. Gea berbalik tapi segera ditarik oleh Deni dan dipeluk. "Biar nggak kaku sama suami. Baru buka baju aja udah balik badan begitu," ledeknya. Sekarang ini jutru Gea berusaha menghindari Deni dan lari dari tempat tidurnya menuju kamar. Sedangkan Deni keluar dari kamar untuk melihat Kelana yang sudah bangun atau tidak. Begitu dia membuka pintu kamarnya, dia melihat anak itu sudah rapi dan siap pergi ke tempat les pianonya. "Ayah, Ayah kok belum mandi sih?" Deni menggaruk perutnya, "Ini mau mandi. Mama masih mandi tuh, jadi tungguin dibawah ya!" kata Deni kepada Kelana yang sudah berpakaian rapi dibantu oleh pengasuhnya. Sekalipun punya pengasuh, bukan berarti Deni lupa mengenai tanggungjawabnya menyempatkan waktu untuk keponakannya itu, "Ayah, nanti dijemput Ayah sama Mama juga nggak?" Ia berjongkok di depan Kelana. "Ayah pasti jemput. Tapi kalau Mama mungkin nanti Mama nggak bisa. Mama kan harus ke kampus dulu. Tapi nanti kalau Ayah udah pulang dari kantor Ayah langsung jemput ya. Ketemu sama Mama nanti di rumah aja," kata Deni yang memberi pengertian kepada anak kecil itu. beruntunglah Kelana menganggukan kepalanya. "Oke Ayah. Kelana mau sarapan dulu, terus masukin makan siang Kelana ke dalam tas. Terus nanti Kelana berangkat sama Ayah," ucapnya dengan antusias. Ketika dia kembali lagi ke kamar mandi dan menunggu beberapa saat di dalam kamar, Gea keluar sambil mengeringkan rambutnya. "Sayang, Kelana udah bangun?" "Kelana udah siap tuh ada dibawah. Dia mau sarapan katanya," ucap Deni sambil menarik handuk yang ada di dekat pintu tempat Gea berdiri sekarang ini. Gea memberi jalan kepada Deni, "Aku siap-siap dulu kalau begitu. Kasihan kalau dia sarapan sendirian," Deni menahan tangan Gea begitu Gea hendak pergi. "Kamu beneran nggak ngerasa terganggu sama Kelana? Kalau kamu keberatan, dia tinggal sama Mama dan Papa," Gea berhenti dan mencium pipi Deni. "Nggak ada kata keberatan. Justru aku senang kalau dia sama kita. Nanti kamu sibuk kerja kan, terus lama pulang. Aku jadi punya teman di rumah. Nggak nungguin kamu sendirian kayak orang kesepian," "Maksud aku kalau kita punya anak nanti," "Nggak usah dipikirkan. Aku udah terima Kelana dengan baik. Sebelumnya saat kita belum nikah, perjanjian kita kan memang begitu. Kalau Kelana itu memang harus tinggal sama kita. Nggak bisa berubah kok keputusan aku. jadi kamu nggak usah khawatir sayang," kata Gea dan teersenyum lalu Deni melepaskan tangannya dari pergelangan tangan sang istri. Sekarang ini sudah masuk ke dalam kelas. "Ini mungkin pertemuan kita terakhir di kelas ini ya. Saya bakalan fokus untuk di kantor saja. Mungkin nanti kita bisa ketemu setelah kalian lulus, ada yang ngelamar di kantor saya mungkin," "Yaaah, Bapak mau berhenti ngajar dong?" tanya mahasiswinya yang terlihat beberapa kali mencari perhatian kepada Deni. "Iya, saya berhenti ngajar. Tapi bakalan sering ke sini kok. Kalau kalian wisuda juga kita bisa ketemu nanti," "Pak, itu yang di Instagramnya istrinya ya? Yang dipeluk terus dicium, fotonya di pantai gitu, Pak," kata mahasiswanya yang entah kapan mulai mengintip akun sosial media Deni. Gea yang terdiam tak mengatakan apa-apa saat melihat suaminya seperti di interogasi. "Cieeee, pengantin baru. Pantas aja Gea nggak masuk patah hati sama Bapak tuh. Bapak tinggal nikah sih," ledek temannya Gea. Tapi Gea sama sekali tidak menanggapi. Dia justru terlihat lebih tenang, karena yang menjadi istri dosennya itu adalah dia. Tapi belum ada yang tahu sampai sekarang ini. mengenai postingan di ** juga Deni sudah izin kepada Gea memposting foto yang mesra tapi terlihat sedikit gelap karena di ambil saat matahari tenggelam. "Iya, kan ada yang harus di nafkahi. Jadi harus butuh modal besar. Nggak bisa dong istri makan dari gaji dosen doang," "Istrinya siapa sih Pak? Kok mukanya nggak kelihatan banget, jadi penasaran. Tiba-tiba malah nikah, nggak ada berembus kabar dekat sama siapa. Nggak ada yang diposting juga, eh malah tiba-tiba halal, Pak," "Masa pacaran nggak usah dipamerin kan. Apalagi pas nikah. Kalau nikah terus kelihatannya bahagia terus yang ada pelakor nyosor deh tuh. Pacaran hening aja, tiba-tiba nikah itu yang bagus. Zamannya juga sekarang pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa. Jadi hati-hati aja kalian yang udah pacaran lama ngalahin kreditan. Ujung-ujungnya jadi tamu," canda Deni di dalam kelas. "Jiwa jomblo tenang pak. Yang nggak tenang itu jiwanya yang pacaran tapi nggak nikah-nikah, Pak. Jadi yang jomlo nggak mempan diledekin," kemudian dibarengi dengan sorak teman-temannya Gea. "Pak, kasihan Gea, Pak. Selama Bapak bulan madu, dia nggak masuk. Zamannya juga dosen sama mahasiswi dekat tapi sebatas hukuman doang, nggak jodoh, Pak," kata Rangga menimpali agar tidak menimbulkan kecurigaan kepada Gea dan juga Deni. "Nah iya, Pak. Gea kasihan lho, patah hati sama Bapak," sambung teman-temannya yang lain. "Nggak kok. Gea lagi bahagia, nggak dapat hukuman lagi dari saya, ya kan Gea?" "Nah bener banget, Pak," timpal Gea. Deni tersenyum. "tuh lihat, dia baik-baik aja kok." "Lah si Bapak, mentang-mentang udah jadi pengantin nih sekarang baru bisa senyum. Dulu nggak pernah senyum Pak. Udah belah duren nih?" "b*****t, nanya yang enggak-enggak," umpat Daffa sampai membuat teman-temannya tertawa. Deni mengangkat tangannya agar suasana kelas kembali menjadi lebih tenang lagi. Dia meminta maaf selama menjadi dosen di sini dia menghukum beberapa orang yang sangat sullit untuk di atur. Tapi sekarang dia berpamitan karena tidak ingin nanti saat ketahuan dianggap pillih kasih. Jadi dia memilih untuk kelar saja dari kampus ini dan fokus pada bisnisnya. Usahanya dalam pencarian sudah selesai pada mahasiswinya sendiri yang sudah sah menjadi istri dan ibu untuk anak-anaknya kelak.  tenang ini masih belum tamat, jadi kan belum apa-apa. Masih permulaan, banyak yang tanya kan udah nikah tapi kok belum ngapa-ngapain? jadi nanti aja. Kita tunggu usahanya abang dosen dulu yang berjuang cari nafkah untuk istri. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD