Diacara resepsi yang hanya dihadiri oleh teman-temannya Deni dan juga teman mertuanya. Ditambah lagi hanya satu yang menjadi nilai plusnya, yaitu keberadaan Rangga di sana. Pria itu menjadi photografer untuk mereka berdua. Walaupun dia tahu bahwa temannya itu merupakan seorang b******k, tapi inilah yang terjadi sekarang. Temannya datang memberikan dukungan untuk pernikahan dia dengan Deni.
Ah, rasanya memang seperti mimpi. Semua terjadi begitu singkat. Mulai dari dia yang mengintip Deni waktu itu saat pertama kali pria tersebut datang ke perusahaan kakaknya ketika Gea libur kuliah dan menghabiskan waktunya berada di perusahaan sang kakak. Sampai Deni mengajaknya ke rumah sakit jiwa menemui Ibu kandung dari Kelana.
Semua itu juga terasa seperti kejadian kemarin yang membuat Gea merasa terharu dengan pernikahan yang dilaksanakan dengan cara sederhana. Tapi sesederhana apa pun. Tetap saja Gea tercengang dengan harga cincin waktu itu yang diberikan oleh Deni kepada dirinya saat lamaran. Ditambah lagi dengan maskawinn yang diberikan juga bukan hal yang main-main.
Usia yang masih muda, tapi tidak menyulutkan Gea untuk membatalkan pernikahan itu. dia sudah berpikir beberapa kali. Dan juga dia sudah bicara mengenai pernkahan itu dengan kakak iparnya. Diberikan banyak hal mengenai pengarahan. Hingga dia akhirnay memantapkan pilihan kepada Deni sebagai pelabuhan pertama dan terakhirnya.
Siapa sangka saat dia sedang berproses mencari ilmu. Tapi justru bertemu dengan jodohnya terlebih dahulu. Jodoh itu memang tidak ada yang tahu.
Acara pun selesai, semua tamu undangan sudah pergi dari sana. Kecuali keluarga keduanya dan juga Rangga. "Minggu depan ambil fotonya ya, gue cetakin gratis deh. Demi dosen yang paling uwu gitu. ah kilat banget deh pokoknya. Gue kalah nih," kata Rangga terkekeh saat mengecek foto yang ada di kameranya.
"Thanks udah datang ya," kata Deni sambil merangkul Rangga.
Mereka sudah menyewa photografer profesional juga. Tapi Rangga yang menawarkan dirinya juga agar nanti bisa dikenang masa muda mereka. Lagipula setelah ini mereka harus menjaga jarak pertemanan dan tidak bisa menjadi seperti dulu lagi. tidak bisa dekat seperti saat mereka menjadi teman biasa. Sekarang Gea sudah menjadi istri dari dosennya. Maka dari itu Rangga juga harus benar-benar siap dengan semuanya.
"Balik dulu ya, Bro," kata Rangga yang berpamitan kepada kedua pengantin baru itu.
Orang tua Gea dan Deni juga berpamitan. "Ayah, Kelana ikut," kata Kelana merengek.
"Hmm, Kelana. Nggak boleh gitu dong, Ayah kan harus berduaan dulu sama Mama," kata mamanya Deni memberi pengertian kepada Kelana yang tidak mau tidur tanpa ada Deni disampingnya.
"Sama nenek dulu ya sayang," kata Deni juga yang memberi pengertian kepada keponakan tersayangnya itu.
Kelana sedikit cemberut yang membuat Gea merasa sedikit bersalah dengan anak itu. tapi bagaimana mungkin dia menginap di hotel dan status mereka adalah pengantin baru. Tapi justru diganggu oleh anak kecil. Bukan ingin melakukan apa-apa. Tapi karena Gea juga hanya mengikuti kata suami yang di mana Deni sepertinya tidak memperbolehkan Kelana ikut bersama dengan mereka berdua.
"Besok Ayah pulang?"
"Pulang kok, Ayah janji. Setelah itu kita jalan-jalan sama Mama,"
Kelana mengangkat tangannya. "Yeee, sama Mama beneran, Yah?"
"Iya, sekarang Kelana ikut sama Nenek ya!" perintah Deni lagi.
Acara yang dilangsungkan di salah satu hotel yanng cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Agar keduanya bisa merasakan bagaimana menikah diam-diam tanpa diketahui oleh teman sekelas Gea.
Gea tahu kalau Deni banyak yang naksir. Karena dia tidak ingin dianggap sebagai pengkhianat di kelasnya, maka dia harus mencari cara untuk. Pernikahan mereka berlangsung di hotel Yogyakarta. Hotel itu adalah milik papanya Deni, dan juga mereka menginap di hotel yang berbeda. Yang jelas sangat jauh dari tempat tinggal mereka.
Rangga yang izin juga karena pria itu menginap di salah satu rumah temannya yang ada di sini juga.
Canggung, adalah yang pertama kali mereka rasakan. Bagaimana tidak? Mereka kali ini berada di dalam kamar yang sama.
Rasanya Gea ingin kabur dari sini. Menghindari suaminya, sekalipun mereka pernah berciuman ketika pacaran. Tetap saja Gea merasa canggung berada di dekat suaminya.
"Aku mandi dulu," kata Gea yang lebih dulu meminta izin.
Deni mengangguk pelan, "Oh, oke. Bisa buka gaunnya?" tanya Deni yang kemudian Gea berhenti di sana.
"Bisa bantuin?"
Deni berdiri lalu membuka resleting gaun istrnya. Ah istri, Deni membayangkan itu langsung tersenyum begitu manis dan ditambah lagi ketika dia melihat bahu serta punggung Gea begitu bersih dan mulus.
Deni tanpa sadar mendekatkan diri kepada Gea lalu mencium leher Gea dari belakang. "Deni," lirik Gea saat Deni mencium semakin dalam.
"Sayang, kok dicium?" keluh Gea saat dia merasakan ciuman suaminya semakin dalam. Ditambah lagi dengan Deni yang memegang rahangnya dari belakang. "Kita lanjutin nanti, aku mau mandi,"
Bodoh. Gea mengutuk dirinya sendiri karena dia mengatakan itu dengan begitu polosnya. Apalagi yang sekarang mereka berdua berada di dalam kamar yang sama. Apalagi, mereka pengantin baru yang mungkin akan menjadi alasan bagi Deni untuk menyentuhnya.
"Kamu sendiri yang ngomong ini ya. Oke, kamu mandi sekarang. Setelah itu aku juga mandi," kata Deni melepaskan Gea.
Apa-apaan ini? Perjanjiannya tidak seperti ini. gea dan Deni sepakat tidak berhubungan layaknya suami istri sampai batas waktu yang ditentukan. Tapi Gea sendiri yang mengatakannya saat suaminya hanya mencium lehernya barusan.
"Mandilah! Kita nggak ngelakuinnya kok, kamu kenapa gugup?" tanya Deni yang langsung membuat Deni meengusap kepalanya.
"Kamu beneran?"
"Ingat tujuan kita bukan cuman menuhin nafsu. Jadi nggak usah khawatir, aku cium kamu karena aku tertarik aja kok. Kita udah sepakat kalau kita nggak bakalan langsung berhubungan bukan?" Deni mengingatkan tujuan mereka berdua.
Gea yang tadi berdiri diambang pintu langsung mengangguk dan pergi dari sana.
Sedangkan Deni juga membuka setelan yang digunakan tadi ketika resepsi. Belum ada keinginan untuk menyentuh Gea. Dia ingin membuat istriya nyaman terlebih dahulu. Barangkali setelah ini Deni akanbenar-benar akan fokus pada perusahaan dan akan keluar dari kampusnya saat dia pulang dari sini.
Sekarang dia punya istri yang harus dinafkahi. Tidak mungkin dia harus bersantai lagi. pencariannnya sudah usai pada seorang gadis yang pertama kali menjadi sumber perhatiannya dengan Rangga dulu.
Deni juga tidak pernah mengira bahwa dia dan Ge akan menjadi suami istri seperti sekarang. Apalagi istrinya yang masih aktif menjadi mahasiswi di sana.
Beberapa menit kemudian Gea keluar dari kamar mandi. "Sayang, jadi mandi?"
"Jadi," kata Deni yang di mana Gea belum mengangkat kepalanya karena fokus mengikat tali jubah mandinya.
Gea berdiri di sana dan tercengang. "sayaaaaaaang m***m,"
"m***m apanya? Kan mau mandi,"
"Pakai baju nggak?"
"Uh, nanti juga senang lihat suami nggak pakai baju," kata Deni menggoda Gea sampai Gea menghindar dan meninggalkan dia yang berdiri di depan pintu kamar mandi. "Udah sayang nggak usah kesal gitu sama suami. Baru juga sah beberapa jam yang lalu," Deni mengingatkan ketika Gea terlihat begitu kesal kepadanya.
Menikah mungkin pernah menjadi suatu hal yang mungkin tidak direncanakan oleh Deni. Tapi di kamar itu. ada seorang perempuan sudah sah menjadi istrnya yang akan selalu menemaninya dalam keadaan apa pun dan dalam suasana apa pun kelak.
Semoga.