Baby Rebecca

1273 Words
Valeria menatap puas hidangan yang sudah dia siapkan khusus untuk kepulangan suaminya, Frederick. Wanita itu segera menuju kamarnya untuk mandi sejenak, dan berhias diri agar bisa membuat takjub suami tercintanya itu.   Setelah menunggu lama di ruang keluarga, Valeria mendengar suara mobil memasuki halaman rumahnya. Senyum tak terbendung di bibir ranumnya yang menawan. Dengan langkah cepat, Valeria ingin memberi kejutan kepada Erick.   "Wellcome home My Husband," pekik Valeri antusias memeluk Frederick.  Erick membalas pelukan Valeria, dia mencium kening istrinya dengan penuh rasa sayang. Dalam hati Erick, dia tidak ingin kehilangan cintanya.  "Rose, apakah kamu mencintaiku?" tanya Erick tiba-tiba.  Valeria menatap Erick dengan tanda tanya di kepalanya.  "Tentu saja, kamu suamiku dan ayah dari anak-anak Erick," jawab Valeria menatap Erick dengan senyuman yang tidak pernah luput dari wajah cantiknya.   Erick menangkup wajah Valeria, lelaki itu menatap tepat di manik mata Valeria.   "Menerima semuanya dariku, apapun itu?"   Valeri mengangguk, dia memeluk lagi suaminya. Rasa rindu di hatinya menyeruak begitu saja saat dia bisa memeluk Erick. Erick melepaskan pelukan Valeri, dia menggeser tubuhnya.  "Aku membawa bagian dari hidupku kemari," ucap Erick menatap Rebecca di gendongan Jessy, kepala pelayan yang sudah mengabdikan dirinya untuk nona kecilnya, baby Rebecca.   Valeria mengikuti arah pandang Erick, dia terkejut melihat seorang anak kecil berusia kurang lebih dua tahun sedang tertidur digendongan baby sitternya.  "Bagian hidupmu? Siapa dia Erick?" tanya Valeria menuntut jawaban Erick. Erick memejamkan matanya, menghela napasnya panjang.  "Dia Rebecca Carollino, putriku Valeria," ucap Erick penuh sesal.  Seakan udara sudah tidak ada lagi di bumi ini, paru-paru Valeria serasa kosong tak berisi. Valeria menggelengkan kepalanya, dia memegang gagang pintu untuknya berpegangan agar tidak jatuh. Kakinya terasa lemas untuk berpijak di lantai.   Valeria tersenyum miris dengan matanya yang sudah memerah, siap meneteskan butiran air mata yang mewakili perasaannya saat ini. "Itu artinya kau selingkuh, katakan padaku Erick. Siapa wanita yang telah melahirkannya?" teriak Valeri marah.  "Dia sudah meninggal saat melahirkan Rebecca."  Valeria menyunggingkan senyum sinisnya, dia menatap tajam Erick. "Kau membawa anak w************n ke rumahku?" teriak Valeria menatap Erick dengan sorot matanya tajam, siap meremukkan lelaki itu dengan tatapan matanya.  "Cukup! Dia bukan w************n Valeri. Jangan menghina ibu dari Rebecca seenakmu sendiri!" bentak Erick marah, tidak terima jika ibu dari Rebecca dihina di depan matanya sendiri.  Tawa Valeri membahana, terdengar sangat menyayat hati. Bahkan bulir kristal itu sudah meluruh membasahi pipi wanita itu.   "Kenapa, kenapa kau bawa anak harammu itu ke rumahku? Apa kau mau menunjukkan bahwa kau bisa memiliki anak? Apa karena aku tidak bisa memberimu keturunan hingga kau berfikir bermain api dibelakangku?" teriak Valeri menatap Erick dengan nanar.   Plakkkkkk, satu tamparan tanpa sengaja Erick layangkan ke pipi wanita yang dia cintai itu tanpa sadar. Erick benar-benar tidak tahan mendengar Valeria membicarakan keturunan yang tidak bisa wanita itu berikan untuk Erick. Membicarakannya sama saja dengan menyakiti harga diri Erick yang sejak awal telah bersumpah akan menerima Valeria dengan segala kekurangan wanita itu.  Valeri memejamkan matanya merasakan tamparan yang mendarat mulus di pipinya. Sakit! Bukan karena tamparan itu, tapi karena seseorang yang selalu menjaganya kini menamparnya untuk pertama kali. Dan itu untuk membela anak haram lelaki itu yang baru saja dia bawa masuk ke rumah mereka.  Valeri berlari menuju kamarnya, Erick mengikutinya di belakang. Sedangkan Rebecca dan baby sitternya-Jessy, masih berdiri di luar pintu rumah mereka tanpa berani masuk ke dalam.  Nayna yang baru saja datang bersama dengan Marchello dan Meechella mengerutkan keningnya bingung. Ini pertama kalinya dirinya mendengar pertengkaran Valeria dengan Frederick.  "Apa yang terjadi? Dan siapa dirimu?" tanya Nayna menghampiri Jessy, dan menatap Rebecca penasaran.  Nayna menyipitkan matanya menatap Rebecca kecil yang tengah terlelap digendongan sang baby sister. Pikirannya berkelana kemana-kemana, sedangkan Ello dan Ella hanya saling menatap.  "Siapa kamu?" tanya Nayna mengintimidasi Jessy.  Sang baby sitter itu menunduk hormat, memberikan salamnya kepada wanita di depannya.  "Saya Jessy, Nyonya, pengasuh Nona Muda," Jawab Jessy menundukkan kepalanya.  "Nona Muda? Maksudmu dia?" tunjuk Nayna pada Rebecca.  Jessy mengangguk mengiyakan, tentu saja itu menjadi kejutan tersendiri untuk Nayna.  "Siapa dia Jessy?" tanya Nayna sangat penasaran dengan Rebecca kecil di dalam gendongan Jessy.  "Dia Rebecca Carollino, putri Tuan Frederick,"jawab Jessy menunduk ketakutan.   "Tidak mungkin!" sentak Nayna berjalan tergesa-gesa menuju Valeria dan Frederick.   Ello memandang Rebecca. "Dia adikku Ella,"lirih Ello menatap Rebecca kecil yang masih terlelap tanpa peduli dengan keributan yang telah terjadi karenanya.   ***  Nayna dan Erick mencoba membujuk Valeri agar mau keluar dan membicarakan baik-baik masalah keluarganya.   "Dek, keluar dong. Jangan kayak anak kecil gini. Semua pasti ada jalan keluarnya," bujuk Nayna.  Pintu itu terbuka, Valeri menyeret kopernya keluar dari kamarnya. Erick memegang tangan Valeri.  "Kumohon Rose, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud melukaimu," lirih Erick meminta pengampunan Valeri.  Valeri menoleh ke arah Erick.  "Apa semua laki-laki keturunan Carollino pernah mengambil sumpah untuk melukai hati semua wanita yang ada di sekitarnya tuan Frederick Carollino?" tanya Valeri menohok batin Erick.  Ya, Valeria terluka karena dua lelaki keturunan keluarga Carollino. Arkana Carollino, dan juga Frederick Carollino.  "Tidak, jangan berkata seperti itu. Kau bagian dari hidupku. Bagaimana bisa aku hidup tanpamu, jangan pergi Rose," pinta Erick bersimpuh dikaki Valeria.   "Kau sudah melewati batas, kau menabur garam di atas lukaku. Kau tau aku tidak mampu lagi memiliki keturunan, dan kau membawa anak harammu kemari," Teriak Valeria dengan matanya berkaca-kaca.  "Dia bukan anak haramku Valeria, dia- " jawaban Erick terhenti, dia tidak tahu harus menjelaskan apa. Disatu sisi Erick telah bersumpah untuk menutup rapat kebenaran itu didepan Margaret, dan disatu sisi Erick butuh alasan untuk menenangkan istrinya.  "Itu artinya kamu sudah menikah di belakangku? Beberapa hari lagi, aku akan melayangkan perceraian kita di Pengadilan Agama," ucap Valeri bagaikan petir yang menyambar tubuh Erick, dia tidak mampu berkata-kata lagi.   Valeri memandang Nayna, Nayna mengangguk mengikuti Valeri untuk pergi. Langkah mereka terhenti saat Ello dan Ella menatap Valeri dengan mata memerah.   "Bukankah Ratu Drupadi menyayangi Pangeran Abimanyu yang merupakan anak dari Tuan Putri Subadra, Mama? Lalu kenapa Mama tidak bisa menerima anak Papa?" Pertanyaan Ello menampar semua orang dewasa di sana.   Nayna menghampiri Ello dan Ella.   "Sayang, kalian masih kecil jadi kalian tidak mengerti," Nayna mencoba menasehati anak-anaknya.   "Tidak Mommy, apakah Mama tidak kasihan dengan adik Ello di luar sana?"   "Dia bukan adikmu Marchello Achelous!" bentak Valeri.  "Itu artinya Mama akan meninggalkan adik Ello seperti Mama meninggalkan Ello dulu?" teriak Ello dengan menangis.  Valeri meneteskan air matanya mendengar ucapan dari Ello.   " Ello, siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu dengan orang tua, Nak?" Nayna menatap tajam Ello.   Ello mengacuhkannya, dia berbalik badan dan menggandeng Jessy yang tengah menggendong Rebecca masuk ke dalam rumahnya. Valeria, Nayna dan Erick hanya diam membisu.   "Ello tidak akan pergi meninggalkan adik Ello," ucap Ello dengan mata yang basah akan air mata.   "Ello-" ucapan Valeri terhenti begitu tatapan mata putranya beradu pandang dengannya.  "Tidak Mama, tidak akan Ello biarkan adik Ello sendirian."   Ello menggandeng Jessy ke kamar tamu.  "Ella," Nayna memanggil Ella, berniat mengajaknya pulang.  "No Mom, aku tetap di sini bersama saudaraku," jawab Ella membuat Nayna dalam hati tersenyum melihat kekompakan anak-anaknya.  Nayna menatap Erick dan Valeri.  "Ini bukan hanya hubungan antara kalian, tapi ini hubungan antara semua orang. Kalian tidak bisa menghancurkan hubungan ini begitu saja. Ada perasaan anak-anak yang harus kalian pikirkan," ucap Nayna menasehati pasangan itu.   "Dia telah berselingkuh dan membawa anaknya kemari Kakak!"   "Ello bukan putra Erick, Dek, tapi nyatanya dia bisa menyayangi Ello sebesar itu. Aku tahu kesakitanmu, tapi waktu akan mengubah semuanya. Jangan gegabah atau kau akan kehilangan semuanya. Pikirkan dengan kepala dingin di saat kamu sudah merasa baik," ucap Nayna, kemudian berjalan keluar dari rumah Valeria meninggalkan Erick dan Valeri.  Valeria menunduk, mengusap air matanya dengan kasar. Erick memegang lengannya, mencoba untuk mengajak Valeria berbicara.   "Jangan sentuh aku," desis Valeri meninggalkan kopernya tergeletak begitu saja. Valeria berlari menuju kamarnya, membuat Erick di sana sendirian meratapi ketidakberdayaannya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD