Rega melihat wajah Susi penuh kekaguman, tidak ada yang menyangka kalau kakak sepupu nya itu ternyata bucin setengah mampus. Dia seorang playboy, jadi tahu betul tatapan seperti apa yang Ari berikan pada wanita yang kini sedang menyantap makanan nya dengan penuh nikmat itu.
Dia tidak tahu kapan pencarian cinta nya akan berakhir, dan pada siapa rasa yang suci itu akan berlabuh. Dari sekian banyak gadis yang ia kencani, belum ada satu pun yang benar-benar menarik hati nya. Dalam artian, yang menyentuh hati Rega seutuh nya, belum ada. Lelaki itu tidak membuka mata dengan lebar, andai saja ia menerima kehadiran Rani mungkin dia akan menangis haru betapa besar perasaan gadis itu terhadap nya.
Disini lah mereka semua berada, Ari mengajak seluruh karyawan nya untuk mampir ke Ancol. Menikmati sore dan sunset disini sebelum pulang kerumah, mereka bahkan sudah memesan beberapa makanan seafood sebagai hidangan special, dan jangan tanya sudah berapa piring Susi menghabiskan kepiting saus. Ia seakan melupakan dunia, hanya berfokus pada piring makanan.
Berbeda dengan Rega yang lebih memilih menyesap minuman soda, ia lebih menikmati hembusan angin pantai yang terasa menyegarkan. Setelah perjalanan yang cukup memakan waktu, ia bisa melepaskan sedikit kepenatan. Berada di Australia membantu ayah nya mengurus Firma hukum, ternyata tidak semudah bekerja bersama Ari. Pantas saja Ari menolak ketika di suruh kuliah jurusan hukum dan menjadi pengacara, inilah alasan nya.
Setiap pekerjaan pasti memiliki kesulitan tersendiri tapi bagi Rega yang belum terbiasa terikat pada satu pekerjaan sangat kesulitan menyesuaikan diri, tiga tahun sudah ia berada di masa penjajahan ayah nya sendiri dan sekarang ia akan kembali menikmati kebebasan. Berkencan, pesta atau mungkin mengganggu Ari yang sedang di mabuk cinta.
"Ckk. Gue gak tau kalau lo bisa sebucin ini bang, serius! Geli gue". Ia memalingkan kepala kearah lain, malas melihat tatapan membunuh Ari.
"Iri bilang sepupu, sana deketin Rani kalo kesepian. Kasian tuh anak bisa perawan tua nungguin lo". Sahut Ari, sedikit menyindir tapi tegas menyuruh Rega agar mengajak Rani bergabung bersama mereka. Setelah ketahuan berpelukan di kantor tadi siang, gadis itu sengaja menghindar karena malu. Ari dapat memaklumi nya tapi tidak dengan yang lain, mereka bisa saja menggosip kalau sampai melihat kedua orang itu berpelukan.
Rega baru sadar kalau Rani tidak ada di meja bersama mereka, ia mengedarkan pandangan nya. Tidak menemukan Rani, ia bangkit dan menjauhi kerumunan orang kantor. Kemana gadis itu?
Ia berjalan semakin menjauh dari teman-teman nya hingga keujung pantai, lalu melihat dua orang yang sangat dia kenal sedang duduk bersama disebuah bangku panjang dibawah pohon kelapa. Rega berdecak melihat begitu dekat dan intim dua orang tersebut, tidak akan membiarkan keadaan semakin intim di antara kedua manusia itu Rega mendekati nya, sengaja tak menimbulkan suara apapun untuk mendengar pembicaraan mereka.
"Lo gak bisa terus berharap pada sesuatu yang lo sendiri sudah tahu, seperti apa akhir nya pit. Move on lah". Ujar lelaki itu sambil menyedot es kelapa muda dipangkuan nya, si gadis tersebut menghela nafas berat menerawang jauh keujung samudera yang luas.
"Gak semudah itu Ar, kalau aja mudah gue udah move on dan nerima kenalan dari nyokap".
"Terus lo mau sampai kapan kek gini? Gak capek apa ya".
Rani kembali menarik nafas, kali ini lebih berat dari sebelum nya tapi saat dia melihat ada bayangan orang lain dibelakang mereka saat itu lah kepala nya menoleh kebelakang dan mendapati Rega tengah berdiri menatap lurus kearah nya.
"Kamu! Sejak kapan disini?!" Tanya Rani panik, ia mendorong tubuh Arifin namun tak berhasil. Yang ada Arifin tetap pada posisi santai nya, tak memperdulikan keberadaan Rega.
"Tetaplah suka sama aku, sampai aku mengejar kamu balik. Jangan pernah dengarkan saran dari orang lain untuk melupakan aku, karena sampai kapan pun aku akan terus membuat kamu jatuh cinta, sedalam mungkin sampai kamu lupa cara nya untuk keluar dari pesona ku". Rega mengatakan nya penuh keseriusan, ia tidak memedulikan bahwa Arifin baru saja menggelengkan kepala tak percaya. Ada manusia seperti Rega yang sangat egois, mungkin pria itu juga lupa kalau dia pun sama egois nya karena mengabaikan perasaan Winda. Cih! Lelaki dan harga diri nya melangit, memuakkan sekali.
Rani terdiam, tarikan di lengan nya yang dilakukan Rega membuatnya mengikuti langkah pria itu.
Mereka berjalan menjauhi tempat Arifin, meninggalkan lelaki itu tanpa pamit dan berdiri diantara bebatuan besar tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan disini.
"Ngapain kesini? Kamu mau dorong aku?" Rani mengatakan kalimat itu asal, karena bingung dengan sikap Rega yang tiba-tiba saja membuatnya seolah diinginkan.
"Nungguin sunset bentar lagi turun". Rani menoleh ke belakang, warna jingga kemerahan serta matahari bulat itu sudah setengah jalan hendak tenggelam. Ia mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini, dalam hati ia bersyukur tanpa henti karena masih diberikan nafas dan hidup yang sangat baik seperti sekarang, walau kisah percintaan nya tidak semulus itu tetapi dia percaya kalau suatu saat nanti Rega pasti akan membalas cinta nya.
Ia memejamkan mata, berdoa dalam hati meminta kepada Tuhan agar seutuhnya hati ini hanya milik yang kuasa, dan sosok pria yang berada disamping nya kini.
Mereka berdiri sejajar dengan tangan Rega yang menggenggam tangan nya, menyalurkan kehangatan, menguatkan kembali perasaan dalam hati Rani agar mengikuti perkataan Rega. Yang dia tidak sadari adalah kalau permintaan secara tidak langsung lelaki itu untuk tetap mencintai nya adalah bomerang yang menunggu waktu untuk menghancurkan mereka semua.
"Aku akan tetap jatuh cinta sama kamu, dengan atau tanpa balasan. Karena memang sejak awal, aku sudah menetapkan hati ini buat kamu". Ujar Rani penuh keseriusan yang langsung membuat Rega merasakan desiran aneh dalam aliran darah nya.
Dia tahu, kalau setelah ini akan banyak nama panggilan untuk nya karena telah lancang melakukan hal nekat tapi dia sangat ingin menyentuh gadis itu.
Rega menarik tubuh Rani mendekat, dan mencium nya di bibir. Bersamaan matahari tenggelam, mereka melakukan ciuman yang begitu indah dengan disaksikan dunia serta isi nya bahwa Rega baru saja membuat Rani semakin dalam tenggelam sendirian.
Pantulan cahaya yang meninggalkan jejak bayangan mereka, membuat pasangan itu terlihat seperti lukisan paling sempurna yang dibentuk oleh alam.
Rani memejamkan mata nya, begitu juga Rega yang menikmati lembutnya bibir gadis itu. Ditengah nafas yang memburu, Rega melepaskan ciuman mereka kemudian menatap sepasang netra coklat milik Rani.
"Aku akan membuat mu tidak bisa berpikir untuk pergi, tidak setelah aku memberikan ciuman ini".