Dia.. KEMBALI?!!

852 Words
Dua bulan berlalu dan Rani sudah menata kembali rutinitas keharian nya tanpa banyak memikirkan hal yang hanya mengganggu konsentrasi nya. Seperti tidak pernah lagi kepo pada kegiatan Rega, meski godaan terus datang pada nya saat Arifin memberi tahu jika pria itu selalu berganti pasangan seminggu sekali. Entah apa yang dipikirkan Rega saat meng-upload foto atau video mesra di instastory nya, apa lagi kalau bukan untuk pamer. Rani menyusun semua berkas yang akan dia berikan pada Arifin, mungkin siang ini dia akan mengajak pria gendut itu untuk membeli minuman kekinian karena semalam saat adik nya memberi hanya sedikit Rani merasa kekurangan. "Ar, keluar yuk cari makan siang. Mau gak?" Arifin mendongak menatap wajah Rani yang bersemangat. "Winda mana? Lo sama dia dulu gih, gue mau ketemu pak boss bentar". Sahutnya lalu kembali menatap layar komputer. "Lama gak? Winda ikut mbak sus keluar ngecek kerjaan, kalo gak lama gue tungguin deh". Ujar Rani lagi, ia tidak masalah menunggu Arifin karena memang sendiri itu tidak enak. Maka nya manusia punya jodoh, biar pun kata orang lahir dan mati itu sendirian tetap saja melewati setiap hari butuh orang lain yang bisa menguatkan diri kita, kata-kata ini berasal dari mami beberapa waktu lalu saat ngebet pengen nikah tapi gak ada calon. Sedih memang tapi mau bagaimana lagi, mungkin lelaki yang diciptakan untuk mereka belum siap untuk berlayar mengarungi bahtera rumah tangga, dari pada karam lebih baik menunggu yang terbaik kan. "Tergantung mood si boss, kalo sehat ya cepat, enggak sehat ya lama. Tau sendiri tadi mbak Sus gak mau di temani sama boss keluar malah milih Winda". Kata Arifin lagi kemudian beranjak dan melewati tubuh Rani. "Yaudah deh kalo gitu, gue tunggu lo aja ya". Rani kembali ke bilik nya, memeriksa ponsel yang tidak ada notifikasi apapun. Menghela nafas berat karena lagi-lagi sesuatu yang terasa sangat familiar menghampiri nya, begitu nyata dan menyesakkan. Dia memandang sekeliling ruangan yang tidak ada siapa-siapa, otak nya mulai lagi memikirkan semua hal yang bisa membuat Rani merasa tidak berguna. Entah lah, mungkin memang sudah kodrat nya manusia sering kali menyudutkan diri sendiri atas ketidak mampuan nya dalam mencapai suatu hal. Seperti yang Rani rasakan, dia seolah menempatkan diri pada titik dimana semua jalan itu tertutup. Lamunan nya buyar saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipi, ia terlonjak kaget ketika melihat segelas ukuran besar minuman boba itu tepat di samping wajah nya. Namun aroma yang tercium di hidung nya membuat jantung Rani berdebar, tidak mungkin kan orang itu? Gelas minuman itu bergerak, seolah menyuruh Rani untuk menerima nya lalu dengan pelan ia mengambil uluran itu lalu dentuman itu kembali terasa sangat kuat saat sosok Rega sedang berdiri dengan jarak yang cukup dekat, lengkap dengan gaya khas nya serta senyuman yang mampu melelehkan ribuan gadis diluar sana. "Hai." Sapa nya singkat, membuat Rani semakin tertegun. Berharap kalau ini hanyalah ilusi yang pikiran nya ciptakan untuk sekedar menghibur. "Kamu gak mungkin disini, pasti gue mengkhayal lagi. Astaga!" Rani menggelengkan kepala nya berulang kali, tak mempercayai apa yang tersaji didepan mata. "Oh, jadi kamu sering banget ya mengkhayal aku ada disini. Sebucin itu ya kamu". Rega tersenyum menyebalkan, membuat Rani merengut tak mengerti. Begitu nyata imajinasi ini, pikirnya. "Gue beneran gak percaya, kalo otak gue bisa berimajinasi sangat tinggi". Rani menepuk pipi nya sampai suara Arifin menjatuhkan prasangka gadis itu. "Ehh mas bro, dari tadi di tungguin sama pak boss. Ngapain lo disini? Nanti aja sesi temu rindu, tuh si bos didalam siap menguliti mas bro". Arifin melewati mereka dengan respon biasa saja, mengabaikan Rani yang melongo. "Ehh Ar, lo liat dia juga? Jadi ini bukan khayalan ya, ya Tuhan si bangke! Ini seriusan kamu?!" Rani meletakkan gelas minuman nya lalu berdiri membuat Rega memundurkan langkah. Pria itu menatap tak percaya sekaligus gemas dengan tingkah Rani yang mencubit pipi nya sendiri, bahkan berulang kali menampar wajah. Rega menahan tangan Rani yang mau menampar pipi lagi, kemudian menggengam nya. "Stop, jangan dilanjutin. Aku beneran nyata ada disini, kamu gak perlu menyakiti diri sendiri untuk meyakinkan hal sepele ini". Rani menghentikan pukulan nya, lalu menatap kedua mata pria itu dengan perasaan tak menentu. "Kamu tahu, rasanya aku akan terus melakukan nya kalau memang bisa membuat mu nyata berada didekat ku". Kalimat yang diucapkan oleh gadis itu menyihir mereka berdua hingga terjebak dalam suatu dimensi dimana semua terasa sangat lambat, hingga sebuah dekapan menarik tubuh Rani. "Aku harap, gak terlambat untuk bilang kalau aku kangen kamu selama dua bulan terakhir. Dan semoga pulang kesini bukan pilihan yang salah". "SIAPA YANG NYURUH KALIAN PELUKAN DI KANTOR SAYA?!" Lengkingan itu, tidak perlu kalian pertanyakan berasal dari mana. Sudah pasti dari pria yang berdiri di ujung sana dengan wajah garang nya, sudah lah ia kesal karena penolakan Susi tadi lalu sekarang dia melihat sepasang kekasih yang melepas rindu. Oh mungkin belum menjadi sepasang, hanya sebatas gebetan saja. "Bisa gak sih bang, lo jangan merusak hari bahagia gue". "Ngomong sekali lagi, gue kirim balik lo ke habitat asli". Rega melepaskan pelukan nya bersama Rani, lalu membisikkan sebuah kalimat pada gadis itu. "Dia kenapa? Bini nya gak ada ya?" Hal itu tak luput dari pengaran Ari. "REGA SETIAWAN!!" "Nih orang kumat nya ngajak-ngajak".
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD