Tonight

1244 Words
Langit sudah berganti menjadi gelap, tapi kedua gadis itu masih berada di kantor sibuk menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Di ujung dekat pintu ruangan Ari, ada Susi yang sejak tadi tak henti-henti nya mengumpat kesal karena boss mereka membuatnya kesulitan bekerja atau lebih tepatnya Ari menambah dua kali lipat pekerjaan wanita itu, sedangkan disini ada Rani yang harus mengulang kembali pendataan untuk penerimaan karyawan baru dan menyerahkan nya pada Arifin besok. Winda sudah pulang sejak sore tadi, jadilah saat ini sekalian saja dia menemani Susi yang juga terpaksa lembur. Suasana sunyi dan sepi membuat sekecil apapun suara akan terdengar nyaring, Rani terlalu fokus pada pekerjaan nya sampai tak menyadari kalau jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Deringa di ponsel nya sedikit mengejutkan Rani tapi ia langsung menerima panggilan yang berasal dari adik nya. "Hallo." Rani mengepit ponsel diantara pipi dan bahu nya, segera menyelesaikan pekerjaan terakhir dan bersiap mematikan komputer. "Kak, sebelum pulang mampir dulu ke kedai mang jo ya, beli soto babat sama bebek goreng". Suara cempreng itu membuat Rani mengeluh dalam hati, beruntung tidak keluar apapun dari telinga nya karena tekanan suara tersebut. "Oke, nanti kakak bawain. Tutup dulu ya, masih ada kerja sedikit". Rani langsung mematikan sambungan telpon tanpa menunggu jawaban dari sang adik, kembali fokus hingga setengah jam berlalu akhirnya dia selesai. Ia segera membereskan barang-barang milik nya lalu keluar dari bilik untuk menghampiri Susi. "Mbak sus, udah selesai belom? Gue mau pulang nih". Kata nya sambil mendekati ruangan gadis itu namun Rani membeku ketika melihat Ari berada didalam sana dengan keadaan Susi yang sudah tertidur dimeja. Pria itu memberikan isyarat untuk diam kepada Rani, menyelimuti tubuh Susi menggunakan jas milik nya lalu keluar. "Kamu pulang duluan aja, biar Susi sama saya". Ujar Ari, memandang sekilas wajah Rani yang masih terkejut. Oke, ini bukan pertama kali lelaki itu tertangkap basah melakukan hal ini tapi ya biarkan saja itu menjadi urusan mereka berdua. "Baik pak, kalau begitu saya pulang duluan. Jagain mbak sus ya pak, takut nya dia sleepwalk". Rani memutar balik tubuhnya menghindari tatapan sadis dari boss nya itu, kalau ada Arifin atau Winda mungkin dia berani lebih banyak lagi menggoda boss besar itu tapi sekarang sedang tidak memungkinkan. Tak butuh waktu lama untuk Rani keluar dari area perusahaan menuju ke warung mang jo, langganan mereka tempat membeli soto babat. Keluarga nya sangat suka makanan berkuah, jadi jangan heran kalau hampir setiap malam ia membawakan soto saat pulang kerja. Rani mematikan motor nya, lalu masuk kebawah tenda tempat mang jo berada. Ia langsung duduk dan sedikit menikmati aroma-aroma sedap yang ada disana. Bau ikan goreng serta wangi dari kuah soto itu menguar sangat pekat membuat perut Rani mendadak keroncongan. Dia tidak suka diet jadi apapun makanan nya, kapan pun waktu nya Rani akan selalu menuruti kata hati. Baginya dengan tubuh seperti ini sudah cukup untuk terlihat menarik, ya pada dasarnya memang Rani tipe gadis yang tidak akan gemuk meski makan malam dengan banyak porsi. "Mang jo, Rani mau nasi hangat sepiring, ikan lele goreng 2, ayam paha 1 dan sambel terasi. Kuah nya jangan lupa tabur bawang goreng, boleh kan?" Kata nya sambil membelakangkan rambut, Rani belum berniat memotong rambut jadi dibiarkan saja panjang seperti ini lagi pula dia memang belum sempat. "Boleh lah, untuk kesayangan mang jo. Apasih yang enggak". Jawab sang punya kedai, ia segera menghidangkan pesanan Rani lebih dulu karena ia hafal betul kalau gadis itu baru pulang kerja. Sedangkan pesanan adiknya tadi, akan disiapkan saat Rani sudah habis makan. Dengan membaca doa secepat kilat, Rani mulai menyantap makanan nya. Terasa hangat dan nikmat kuah soto mengaliri tenggorokan nya, dicampur perasan jeruk serta cabai yang pedas langsung menyegarkan kembali mata Rani. Gadis itu benar-benar menikmati makan malam nya dengan penuh kebahagiaan, tidak cukup dengan menghirup kuah dari mangkuk langsung, ia juga mengaduk nasi dan sambal menggunakan tangan. Ini semua karena Susi yang mengajarkan nya, racun wanita itu benar-benar mengubah kebiasaan makan Rani yang terlihat elegan menjadi bar-bar. Hanya diluar rumah ia berani makan menggunakan tangan, keluarga Rani tidak pernah makan tanpa sendok jadi rasanya cukup aneh akan hal itu. Saat ia hendak menghabiskan suapan terakhir, ponselnya kembali berdering membuat gadis itu segera mencuci tangan lalu mengambil benda pipih tersebut. "Woi, beb! Lo dimanee? Dari tadi juga gue chat gak di bales-bales. Tidur lo?" Kalau tadi ada adik Rani yang menggunakan tenaga ekstra maka sekarang ada Winda yang memakai tenaga dalam untuk bicara, mungkin mereka semua pikir Rani tuli sampai ngomong pun harus pakai tenaga semua. "Bisa congek gue lama-lama, kenapa sih? Ada apa chat gue, sepenting itu kah sampai lo harus teriak histeris". Rani meraih es teh manis nya lalu menyedot minuman dingin itu dengan lega, sekali lagi dia menerima panggilan seperti ini mungkin bisa tuli selama nya. "Ciye elahh beb, segitu aja lo congek. Gue ada kabar penting nih buat lo, tadi gak sengaja kan gue buka i********: Arifin tuh. Eh gue ngeliat siapa itu nama nya, mantan gebetan lo itu, bikin instastory sama cewek. Cakep banget beb, muka model victoria banget dah. Coba lo cek deh". Nah, kalo ini Rani memang bisa kena serangan jantung mendengar nya. Hal-hal mengejutkan seperti ini berpotensi bisa membuatnya mati muda. Sialan! Cewek bule mana lagi yang di gaet oleh Rega. "Ntar aja deh gue liat nya, masih di warung mang jo nih. Lagian secakep apa sih? Cakepan juga gue kemana-mana, Syahrini kalah deh". Rani mendengar decakan sebal diseberang sana, sudah dapat membayangkan bagaimana raut wajah Winda saat ini. Meski sejujurnya dia sangat ingin membuka i********: sekarang tapi ia mencoba untuk rileks, karena baru siang tadi lelaki itu mengirimi nya emot hati dan sekarang pamer pacar baru. siapa yang tidak syok! Rani hanya menolak kenyataan kalau dia lagi-lagi hanya di ghosting, oh tidak! Memang sejak dulu tidak ada kesempatan bagi mereka, karena Rega yang terlalu tinggi dan angkuh untuk dicapai. "Dih, si bangke. Syahrini modelan kek lo, gimane gue? Gue setara sama selena gomez la yah". Timpal Winda dengan penuh sindiran, berhasil membuat Rani tertawa. Melupakan instastory Rega dan si cewek baru. "Lo selena, gue taylor swift. Klop, kita emang sahabat selama nya". Rani kembali mendengar Winda berdecak tapi kali ini langsung disembur oleh gadis itu. "Eh monyet, gue bukan mau nolak sahabatan sama lo ya tapi gue bisa jad perawan tua kalo ngikutin lo sama Arifin. Main solo terus". "Si t***l, maksud nya main solo pegimane? Lo kira penyanyi, solo-soloan". "Bodo amat lah, gue mau lanjut tidur aja kalo gitu. Btw lo udah pulang kan? Bareng mbak sus gak?" Rani menggeleng secara spontan, ia memang selalu begitu. Lalu setelah nya meringis, mana bisa Winda melihat gelengan kepala nya. "Enggak, dia balik sama pak boss. Yaudah ya, gue mau balik nih. Kasian orang rumah udah nungguin soto". "Oh iya deh, hati-hati ya. Malam kek gini banyak pocong laki, doyan ngambil anak perawan buat dijadiin bini". Rani tidak sempat membalas perkataan Winda karena gadis itu sudah menutup telpon. "Dasar bego, nakutin orang yang bener lo peak!" Ia memandang jalanan yang cukup sepi karena memang hampir jam sepuluh, lalu beranjak cepat dari sana sebelum kata-kata Winda semakin meracuni otak nya. Tapi sebelum ia pergi dari sana, Rani kembali membuka ponsel nya dan benar mengecek i********: milik Rega. Disana, dilayar ponsel Rani sedang terpampang wajah Rega begitu dekat dengan seorang gadis yang bahkan dilihat dari samping pun sudah bisa ditebak bagaimana wujud nya, mereka makan malam romantis. Meski dia sudah terbiasa tidak terlalu memikirkan pria itu, tapi kalau begini terus Rani juga bisa kembali merasakan denyutan nyeri dalam d**a nya. "Nyesel pernah cium kamu".
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD