Now

856 Words
Rani Anggraini, hanyalah seorang gadis biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diri Rani, dia bukan anak orang kaya apalagi anak tunggal yang dititipkan banyak harta warisan. Dia hanyalah anak pertama dari lima bersaudara, kedua orang tuanya semua masih hidup. Bersyukur pada Tuhan karena sampai detik ini, ia masih bisa merasakan kasih sayang orang tua. Meski hidup mereka masih termasuk kalangan yang berkecukupan, tidak membuat Rani berleha-leha saja selepas lulus sekolah menengah atas. Dia mencari pekerjaa sambilan sebelum melanjutkan kuliah, lalu bertemu dengan seorang kenalan dari teman ayah nya yang kemudian memasukkan Rani bekerja di perusahaan milik PT. Adhiaksa. Yang saat ini sudah memiliki banyak cabang, hampir tujuh tahun ia menggantungkan hidup disini dan selama itu dia berjuang mati-matian untuk tetap menjadi karyawan terbaik sekaligus berjuang mematikan perasaan yang semakin hari, semakin besar terhadap seorang lelaki yang bernama Rega Setiawan. Sosok laki-laki yang selalu di cap playboy karena sikap ramah dan mudah sekali berkata manis pada setiap wanita. Kalau boleh jujur, Rani memang sudah tidak tertarik lagi seperti dulu untuk menjadi penguntit pemuda itu tapi belakangan ini entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya kembali ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh pria itu. Duduk diam dalam biliknya yang kecil, Rani men-scroll layar ponsel mencari tahu kabar berita tentang Rega melalui akun sosmed nya, dia memiliki banyak sekali akun i********:, f*******:, dan juga twitter. Hal bodoh yang membuang waktu sebenarnya tapi entah kenapa dia suka sekali melihat bagaimana Rega tumbuh menjadi lelaki gagah nan tampan, orang-orang tidak akan mengira jika mereka dulu pernah satu sekolah saat SMP. Rega adalah cinta pertama nya, meski resiko dari semua perasaan yang ada ini hanya lah bayangan semu, Rani tetap memberanikan diri mendekat. Mereka tidak lagi satu sekolah setelah lulus SMP, namun siapa sangka jika ditempat nya bekerja mereka kembali dipertemukan dengan Rega sebagai adik sepupu boss nya sendiri. Mengetahui hal itu semakin melihat betapa jauh nya perbedaan mereka, meski begitu Rani tak menyerah pada status sosial apalagi derajat. Kadang kala, saat kita menyukaai seseorang, tidak perlu memiliki nya asalkan bisa melihat dia hari ini itu sudah lebih dari cukup. Dan Rani mengakui hal itu, dia memang mencintai Rega dengan sepenuh hati tapi untuk memiliki dia cukup tahu diri. Sampai hari dimana Rani memberanikan diri untuk mencium Rega, melepaskan ciuman pertama nya untuk sang flamboyan. Disitulah dia tahu, kalau cinta nya sungguh besar untuk Rega. Setelah tiga tahun berlalu, tidak ada yang berubah dalam diri Rani. Hanya saja ya, seiring waktu berjalan ia mulai membiasakan diri untuk tidak terlalu fokus pada lelaki itu. Apalagi saat ini dia memiliki tiga sahabat yang sangat-sangat membantu keseharian nya, mewarnai hari Rani dengan banyak hal konyol yang terjadi. Rani tersenyum kala melihat cuitan Rega di twitter, pria itu memang pandai merayu. Selama dia menjadi stalker Rega, dia tahu banyak kebiasaan Rega. Lelaki itu suka berkacak pinggang jika kesal, menyugar rambutnya ketika kepercayaan diri mulai melangit, menyipitkan mata kala tak mempercayai lawan bicara nya, dan suka bicara sendiri kalau tidak ada siapa-siapa. Aneh memang karena Rani bisa tahu hal ini, tapi ya nama nya juga cinta. Mau apapun pasti bisa didapatkan! BRAKK!! Ponsel ditangan nya terjatuh ke meja saat tumpukan kertas itu mendarat mulus didepan nya, Rani mendengus sebal saat tahu siapa pelaku nya. "Eh buntelan, lo gak ada kerjaan lain apa? Kenapa lo suka banget gangguin hidup gue sih Ar". Rengek Rani sebal setengah mampus. "Eh sipit, lo tahu ini jam berapa? It's time to work, oke! Lo ngapain main hp, stalking mantan gebetan lagi?" Rani memandang wajah Arifin dengan hidung kembang-kempis menahan tangan nya untuk tidak mencubit perut buncit lelaki itu. "Emang bangke lo ya Ar, mulut lo comberan sumpah!" Arifin mengangkat bahu nya berlalu begitu saja, semakin menambah kesal Rani yang siap mengejarnya. Ia melayangkan tamparan di p****t lebar Arifin yang membuat lelaki itu mengaduh. "Sakit jiwa nih anak, makin bengkak p****t gue anjir". Sungut nya kesal namun tak di hiraukan oleh Rani, ia kembali kedalam bilik dan melihat tumpukan kertas itu sekali lagi dengan pandangan nanar. "Gini amat dah punya rekan kerja, kejam bener lo Ar". Ia hendak menyimpan kembali ponsel kedalam laci saat sebuah notifikasi masuk. Rani membukanya dan menjerit cukup keras hingga menarik perhatian Susi yang hendak ke dapur. "Lo kenapa? Demam?" Tanya wanita itu polos. Rani meringis sambil menyembunyikan ponsel nya kedada. Menggeleng pelan, lalu menghirup udara sebanyak mungkin. "Mbak sus, kek nya gue sebentar lagi mampus deh". Ucap Rani pasrah, ini pasti gara-gara Arifin mengagetkan nya tadi. Ya Tuhan! Bagaimana ini, si gendut sialan. "Kenapa sih Ran?" Susi ikut penasaran. Tapi Rani tidak bisa mengatakan nya, melainkan hanya merutuki kebodohan nya. Ia memberikan ponsel kepada Susi, mereka berdua membaca pesan itu dengan tatapan berbeda. Susi dengan pandangan bingung, sedangkan Rani seperti habis menonton film psikopat berdarah. "Gue gak ngerti, Ran. Ini kenapa dah?" Ciri khas Susi sekali, bloon diwaktu yang tidak tepat. "Huwahh.. Mbak sus, itu si Rega ngirim pesan ke gue. Ahhh malu nyaa!!" Rani melompat-lompat antara girang dan malu, takut. Campur aduk gak jelas kayak ketoprak sama sate padang. Tiga tahun, dan kamu masih setia like postingan aku. Rani Rani ❤ Dia tidak sengaja menekan love di salah satu postingan Rega!!!! Ya Tuhan, kuruskan saja Arifin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD