BAB 6

953 Words
Bagian 6 Rasa haus yang mengigit membuat Mia kembali terjaga dan mendapati dirinya tertidur dengan posisi yang kurang nyaman. Ia meregangkan otot lehernya sambil berdecak pelan. Rumah yang sepi ini membuatnya mudah sekali mengantuk. Berapa lama ia tertidur? Ia melirik ke arah jam di dinding yang entah kenapa suara detiknya membuat Mia begitu muak. Jam menunjukan pukul sebelas malam. Jadi, jika di hitung-hitung, ia telah tertidur lebih dari tujuh jam sejak siang tadi. Sengatan dingin yang ia rasa saat menginjakan kakinya pada ubin berwarna putih setelah ia keluar dari dalam kamarnya itu tiba-tiba saja membuat tubuh Mia menggigil takut. Rumah besar ini persis sekali seperti rumah kosong berhantu yang jika Mia lengah sedikit saja, entah dari arah depan atau belakangnya akan ada sesosok tak kasat mata yang berkelebatan untuk menakutinya. Kebanyakan, lampu-lampu di setiap ruangan sudah di padamkan hingga menyisakan lampu gantung dengan daya yang lebih kecil sehingga membuat rumah ini terlihat begitu temaram. Mia menuruni satu persatu anak tangga dengan hati-hati. Sejujurnya, ia sangat ketakutan. Entah dari mana pikiran-pikiran negatif tentang rumah berhantu beserta sosok tak kasat mata yang tiba-tiba terus menghantuinya, membuat imajinasi liarnya di penuhi persepsi dan sugesti buruk tentang hal itu. Saat ia sudah sampai di lantai dasar, sayup-sayup terdengar suara alunan musik melankolis yang begitu menyayat hati. Alunan musik itu berasal dari sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka, memperlihatkan celah betapa gelapnya ruangan itu. Karena rasa penasarannya yang tinggi, Mia mengendap-endap ke arah pintu tersebut seperti seorang penyusup yang sedang melancarkan aksinya. Ia berdiri mematung di pinggir pintu tersebut dan mendapati secercah cahaya lilin yang di tinggalkan di sebuah meja kecil berbentuk bundar. Selain suara alunan musik itu, samar-samar terdengar suara erangan kesakitan yang entah darimana asalnya. Jantung Mia semakin berdebar kencang tatkala menangkap sesosok bayangan seseorang yang sedang duduk meringkuk di pojok ruangan. Mia menahan nafasnya sekuat tenaga, tidak percaya dengan apa yang saat ini ia lihat. Apa itu Alex? Pria itu sedang berkutat dengan sebilah pisau yang kini sudah berlumuran darah, dan dari apa yang ia lihat saat ini... Darah itu berasal dari hasil sayatan pada lengannya, sehingga Mia reflek menutup mulut dengan kedua tangannya karena terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. Pria itu memang benar-benar gila, selain sifatnya yang misterius dan juga mood nya yang mudah berubah. Kenyataan tentang pria itu yang gemar melukai dirinya sendiri membuat Mia tak habis pikir hingga cepat-cepat berniat untuk segera pergi dari tempat itu sebelum Alex melihatnya. Namun, karena langkahnya yang tergesa-gesa, Mia hampir saja menjatuhkan sebuah hiasan meja antik yang bahannya mudah pecah. Ia terkesiap saat mendapati Alex menatapnya tajam, sadar dengan keberadaannya dari celah pintu yang terbuka itu. Cepat-cepat Mia segera berlari ke arah kamarnya karena malu telah tertangkap basah melihat Alex dalam kondisi yang seperti itu. Ia melompat tidur ke atas ranjangnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Mia mengatur nafasnya perlahan sambil mencoba menelaah kembali apa yang baru saja terjadi. Mungkin saja ia telah salah melihat atau entahlah. Mia tidak ingin memikirkannya lagi. Yang pastinya, ia ingin segera pergi dari tempat ini dan kembali hidup normal. Hanya itu. *** Selama beberapa menit, Mia mencoba untuk memejamkan matanya kembali sambil terus merubah posisi tidurnya dengan gelisah. Bayangan saat pria itu menyayat lengannya sendiri dengan sebilah pisau, kini terus menghantui benak Mia. Diam-diam ia ingin tahu apa penyebab pria itu melakukannya. Suara langkah kaki yang berat dari luar kamarnya membuat Mia langsung berpura-pura memejamkan matanya. Tak lama, terdengar suara pintu kamarnya yang dibuka membuat jantung Mia berdebar keras, tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya itu. "Bangun, jangan pura-pura tidur." suara yang terdengar dingin itu membuat Mia mau tak mau menoleh dari balik selimutnya. Pria itu sedang menatapnya dengan ekspresi datar. "Pengintip, sebagai hukumannya aku tidur denganmu malam ini." katanya sambil menaiki ranjang Mia tanpa menunggu respon apa yang akan di beri wanita itu. "Apa maksudmu?! Tidak mau!" tanya Mia tidak setuju. "Kenapa? Aku ini suamimu, ada yang aneh bila aku mengajakmu tidur bersama?" balas Alex acuh karena ia kini telah merebahkan badannya di sebelah wanita itu. "Tidak tetap saja tidak bisa! Karena kau---" Mia tidak tahu kata apa yang tepat untuk membuat pria itu pergi. "Karena aku apa? Sudahlah, aku lelah sekarang. Aku hanya memintamu untuk tidur bersamaku, bukan untuk menidurimu. Jadi diamlah, dan tidur." katanya tenang dan menarik Mia ke dalam dekapannya membuat tubuh Mia seketika langsung menegang. "Lepaskan aku!" katanya sambil mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Alex, namun hal itu malah membuat Alex semakin mengeratkan pelukannya. "Kau harus mulai terbiasa dengan ini." ucap Alex dengan mata yang terpejam membuat usaha Mia sia-sia saja. "Aku tidak mau!" tolak Mia lantang. "Tidak perlu banyak berpikir lagi Mia, sekarang tidur, tidur dengan tenang." lanjut Alex membawa Mia lebih dekat ke dalam pelukannya, karena wanita itu masih belum mau menyerah untuk melepaskan diri dari dekapannya. "Aku akan tidur, tapi bisakah kau melepaskanku?" kata Mia yang masih berusaha agar Alex melepaskan dekapannya. "Tidak." balas Alex mutlak, tidak terbantahkan lagi. Hingga Mia tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan pria itu mendekapnya, membiarkan pria itu begitu dekat dengannya untuk pertama kalinya. Mia tidak tahu apakah pria itu benar-benar sudah tertidur atau saat ini ia hanya sedang berpura-pura saja. Tapi, dari dengkuran halus yang Mia dengar dari mulut pria itu, barulah Mia yakin bahwa Alex sudah tertidur. Walaupun begitu, pria itu tak kunjung melonggarkan pelukannya juga hingga ruang bergerak Mia menjadi terbatas. Ia tidak pernah sedekat ini dengan pria manapun, dan saat merasakan hembusan lembut nafas pria itu yang menerpa wajahnya membuat sebuah gelenyar aneh yang Mia tidak tahu artinya apa. Mia menoleh ke arah lengan pria itu yang tertutup oleh sweater hangatnya ketika mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya. Dan bisa saja, pria itu memang sering melakukan hal itu sebelumnya. Tapi apa alasannya? Apa yang membuat pria itu melakukannya?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD