BAB 18

807 Words
Bagian 18 Hujan sepertinya akan turun Pikirmu siang itu saat kita berdua berada di teras. Cuaca memang tidak menentu akhir pekan ini, kamu juga sering mengeluhkan tentang tidurmu yang tidak lagi nyenyak karena hujan besar pasti turun saat malam hari. Tapi bukan itu yang aku pikirkan saat ini, melainkan keadaan yang membuat hubungan kita semakin merenggang. Aku juga berpikir jika hujan bukan satu-satunya alasan yang membuat tidurmu tidak nyenyak, bukan? Kamu menoleh ke arahku dengan tatapan sendu sambil mendesah pelan. Kamu menatapku seakan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Aku pikir, semua orang juga tahu apa yang akan terjadi pada akhirnya. Tapi kamu bersikeras, walaupun usiamu masih terbilang sangat belia, kamu sudah dapat memahami situasi ini dengan baik. Permasalahan orang dewasa memang selalu membingungkan, katamu menambahkan. Kamu terdiam seraya menatap telapak tanganmu sendiri yang basah. Biasanya kamu melakukan itu saat kamu sedang merasa gugup. Namun, aku pikir saat ini kamu sedang tidak berada dalam situasi yang bisa membuatmu merasa gugup. Kamu menggeleng, sampai aku tahu bahwa ekspresi wajahmu sedang cemas. Hingga hujan benar-benar turun seperti apa yang kamu pikirkan sebelumnya. Wajahmu semakin sendu dan terlihat cemas saat hujan turun. "Tapi bisa saja aku yang menjadi penyebab kesialanmu selama ini..." Kamu berkata tanpa melihat ke dalam mataku. Lalu kamu mengusap telapak tanganku yang dingin dan juga tegang sedari tadi, kamu mengecup pipiku secepat kilat dan beranjak untuk pergi meninggalkanku yang masih mencerna apa arti dari kecupanmu itu. *** Sepanjang perjalanan Mia hanya membisu seraya mengalihkan pandangannya ke kaca jendela mobil di sampingnya. Sejak awal, Alex juga tampaknya tidak bersahabat untuk dapat di ajak berbicara. Sisa kemarahannya masih sangat jelas dari ekspresi wajahnya saat ini yang terlihat begitu muram dengan rahang yang terkatup keras. Diam-diam, Mia memperhatikan wajahnya sendiri yang terpantul dari kaca jendela mobil dengan hati yang bergejolak. Bekas pukulan dan tamparan yang pria itu layangkan pada wajahnya kini mulai terlihat membiru dan juga sedikit bengkak. Rasanya memang sakit, tapi tidak seberapa dibandingkan sakit hatinya saat ini. Ia bukan lagi terluka, melainkan hancur berkeping-keping. Pria itu telah berhasil membawanya terbang tinggi sampai ke awang-awang, dan secepat itu juga ia telah berhasil menjatuhkannya tanpa sebuah peringatan. Mia memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya. Tanpa sadar ia tertidur karena terlalu lelah dengan apa yang telah terjadi padanya hari ini... *** Sayup-sayup suarah air hujan yang membasahi kaca jendela mobil dari luar dan suara seorang penyiar radio lokal dengan volume yang rendah membangunkan Mia dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa nyeri dimana-mana seraya menyipitkan matan untuk melihat sekitarnya. Ia tidak menemukan pria itu di kursi kemudinya. Saat ini ia berada disebuah pom bensin yang kelihatannya sepi pengunjung karena saat ini, hanya terdapat mobil milik Alex yang berada di area pom bensin tersebut. Tapi, Mia juga tidak menemukan Alex disekitaran pengisian bensin tersebut, sejauh ini hanya ada seorang penjaga yang sedang duduk memainkan ponselnya. Sampai ia menemukan siluet pria tersebut berada disebuah mini market yang letaknya tidak jauh dari tempat pengisian bensin saat ini. Jantung Mia berdebar kencang kala melihat kunci mobil yang masih menggantung ditempatnya. Bagaimana bisa ia seceroboh itu? Lalu tatapannya kembali beralih pada keberadaan Alex yang saat ini telah keluar dari mini market dan sekarang berjalan ke arah mobil ini dengan langkah yang pelan. Tanpa pikir panjang lagi, Mia mengunci mobilnya dari dalam lalu cepat-cepat ia berpindah posisi ke tempat duduk kemudi. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan yang ia miliki untuk melarikan diri. Dan sepertinya pria itu baru menyadari apa yang akan Mia lakukan, Alex berlari ke arah mobilnya dan berusaha membuka pintu mobilnya dengan cepat. Tapi ia sudah terlambat. Dengan jantung yang masih berdebar kencang, memikirkan kemungkinan jika ia gagal dari pelarian yang satu ini dan membayangkan Alex akan menyiksanya lebih parah lagi, cepat-cepat Mia menghela napas dan mulai menarik tuas mobil lalu menginjak kopling dengan kecepatan penuh, ia memutar mobil dan menjalankannya serta menjauh dari keberadaan Alex saat ini. Ia tidak tahu kemana arah yang akan ia tuju saat ini, yang pertama ia harus segera menjauh dari jangkauan pria itu terlebih dahulu. Jalanan tampak lenggang pada hari itu membuat Mia leluasa mejalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. Mia masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan saat ini, ia juga tidak percaya jika ia masih bisa mengemudikan mobil dengan baik setelah lama ia tidak berkendaraan seorang diri, dan yang gilanya lagi ia telah berhasil melarkan diri dari pria sialan itu dengan cara yang begitu mudah. Tawa Mia lalu pecah seketika, mulanya tawa itu terdengar seperti sebuah jeritan, hingga lama-kelamaan berubah menjadi sebuah tangisan pilu yang Mia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Wanita itu menangis selama setengah perjalanan sampai ia tidak menyadari jika dari arah berlawanan terdapat sebuah mini truk yang melaju dengan kecepatan penuh mengambil jalan tepat di jalur mobilnya sehingga Mia cepat-cepat membanting setir dan menabrakan diri pada pohon besar di pinggir jalan. Seketika itu juga semua berubah menjadi gelap...                                          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD