Saat ini. Sepuluh tahun berlalu. Dhisa bahkan sudah tak ingat kalau ada lelaki yang bernama Zafir. Ia sudah banyak berubah. Patah hati terakhir dikala kuliah, akhirnya membawanya kembali pada yang benar. Memang benar jika seorang manusia yang sedang berada di titik terendah, entah karena ekonomi, asmara dan lainnya, cenderung mencari pertolongan Tuhan untuk tidak menyerah. Bagi mereka yang menyerah, barangkali sudah mengakhiri hidupnya. Saat ini, Dhisa berada di pusat ibukota. Ia lama berkelana dan enggan pulang ke kampung halaman. Alasannya? Karena persaingan dan kesempatan adalah hal yang ia cari. Tidak ada hal yang mudah selama bekerja di ibukota. Semua orang di sini harus berusaha keras untuk bisa bertahan. Dan Dhisa telah melewati banyak hal di dalam kehidupannya. "Dhisa!" Ia

