Pemaksaan

1245 Words
Rara nampak melirik beberapa kali ke arah pintu, dari tadi mode waspada sudah dipasangnya, dia enggan bertemu dengan Aska. "Aku mau pulang dengan tenang,"ucapnya dalam hati. Waktu menunggu pukul 20.00 WIB. Rara sudah menyandang tas dan bersiap absen finger di dekat pintu masuk. "Tumben dok pulang on time, janjian ya?"tanya Nina setengah menggoda. "Sttt... diem ah,"Rara meletakkan jari telunjuk didepan bibirnya dan berlalu meninggalkan Nina yang penasaran. Tit.... Thank you... mesin absensi menjawab tanda Rara selesai absen. Baru hendak berjalan ke arah pintu tiba-tiba ada driver pengantar makanan datang. "Permisi Bu, mau antar pesanan"driver tersebut berkata sopan. "Iya pak dengan siapa ya pak?" Rara berniat membantu sambil tetap mengamati situasi. "Pesanan ibu Rara" Glek... Rara spontan menelan salivanya merasakan ada yang tak beres disini. "Maaf pak tapi saya tidak pesan apapun," Rara coba menjelaskan "Tapi disini tertera pesanan dokter Rara dan lokasinya benar disini, "sang driver nampak lebih bingung. "Jadi ini gimana ya Bu?"nampak raut bingung dan takut dari wajah driver tersebut. "Yaudah pak biar saya aja yang bayar, berapa pak total nya?" tanya Rara pasrah "Semua total Lima Ratus Ribu Bu," driver ojol tersebut menjawab sambil menyodorkan layar Hpnya. Rara segera merogoh kedalam dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang tunai. Setelah pesanannya diterima sang driver pamit dengan muka lega dan bahagia. Rara tak mau ambil pusing dengan orderen fiktif tadi segera pesanan yang diterima nya langsung dioperkan ke Nina. "Nih Nin buat makan barengan sama yang jaga malem,"Rara menyerahkan bungkusan yang dari logonya sudah ketahuan dari resto sushi mahal disekitar sini. "Lah ngapain dokter beli beginian kan dokter nggak bisa makan ikan,"Nina bertanya sambil keheranan tapi tetap saja tangannya terulur menerima pemberian Rara. "Udah nggak usah banyak nanya, mau nggak?"Rara mulai tak sabar. "Mau lah dok... makasih ya dokter ku yang cantik dan baik hati,"Nina segera berlalu sambil tersenyum lebar. "Huh... tetep aja nggak jadi langsung pulang," Rara merutuki nasibnya dalam hati. Rara sudah menunggu pesanan taxi online nya didepan loby. Rencananya sudah matang, pulang tepat waktu nggak usah bawa motor. Rara benar- benar ingin segera kabur, karena hari ini firasat nya tak enak. Tin.... tin.... Nampak mobil hitam berhenti tepat didepannya,Rara yang merasa itu bukan taxi pesanannya hanya minggir takut menghalangi jalan sang empunya mobil. Tapi bukannya turun ataupun maju, mobil itu malah masih tetap disitu sambil menurunkan kaca. "Hai dok... ayo saya antar pulang" Mendengar sapaan dari dalam mobil sontak Rara terkejut, bukannya menuruti ajakan dari Aska, Rara malah mengambil langkah seribu untuk masuk lagi ke UGD. Namun sayang perbedaan tinggi badan diantara mereka berdua membuat Aska dapat segera menyusul. "Ra... kenapa malah lari?"Aska bertanya seolah-olah tidak tau kondisi saat ini. "Terima kasih atas tawarannya tapi saya bisa pulang sendiri. Lagian Taxi pesanan saya juga sudah mau datang." Rara menjawab ketus sambil berusaha memperlebar jarak diantara mereka berdua. "Kamu kan udah janji hari ini mau aku antar,"Aska masih berusaha "Maaf sebelumnya tapi kita tidak saling kenal dan kita juga bukan sahabat, teman ataupun kenalan yang bisa pulang bersama. Jadi tolong saya mau pulang sendiri."Rara mencoba melepaskan genggaman tangan Aska yang belum lama ini menahan usaha kaburnya. "Aku bakalan pergi kalau kamu mau ikut aku pergi, kalau nggak yaudah kita disini aja terus biar jadi tontonan orang lewat," Rara mulai risih melihat tatapan pasien dan keluarga pasien yang lalu lalang sambil melihat kelakuan Aksa. Saat Rara sudah hampir putus asa tiba-tiba Dika keluar dari UGD dan menarik paksa tangan Rara. "Hei bro yang sopan dong jadi orang, dia udah bilang nggak mau kan dari tadi? Ngapain Lo paksain?"sembur Dika marah. "Sorry gue nggak ada urusan sama Lo, mendingan minggir," Aska melepaskan tangan Dika yang sempat meraih lengan Rara. Tanpa diduga Dika langsung mendorong tubuh Aska dengan keras, tapi sayangnya gerakan tersebut sepertinya sudah diprediksi Aksa. Sehingga tubuh Aska yang lebih tinggi dari Nadrika tak bergeser sedikit pun. Malah sebaliknya Aska berhasil membalik keadaan dan menggenggam tangan kana Nadrika, setelah sebelumnya Aska melepaskan tangan Rara yang pada dasarnya enggan dia lepas. "Coba tebak, gimana kalau Lo istirahat panjang dirumah sambil mulihin tangan kanan Lo yang patah"Aska membisikkan ancaman dengan ekspresi yang sangat mengerikan. Nandrika nampak meringis menahan sakit sambil tetap berusaha melindungi Rara. "Apa-apaan sih Lo, nggak usah berlebihan juga.Lepasin tangannya sekarang juga,"Rara mulai terbawa emosi "Kamu ikut aku atau tangan dia patah sekarang?"ancam Aska sambil menambah tekanan pada tangan Dika. "Stop lepasin tangan kak Dika. Ok gue ikut Lo pulang,"Rara beranjak meninggalkan mereka berdua dan menunggu di depan pintu penumpang. Selama perjalanan Rara hanya diam membisu, bahkan dia menolak duduk disebelah Aska. Rara memilih duduk di kursi penumpang dan tak menjawab semua pertanyaan yang diajukan Aska. "Rumah kamu dimana Ra?"tanya Aska memecah keheningan "Boleh kan aku panggil nama kamu aja?"Aska masih berusaha Sementara Rara hanya diam dan menatap keluar jendela. "Kalau kamu nggak mau jawab juga, aku bakalan bawa kamu muter kemana aku mau," ancam Aska sambil melirik dari kaca spion. Rara masih diam seribu bahasa, peduli setan dengan ancaman Aska. Rara sudah bulat tidak akan mau meladeni tukang paksa dihadapan nya. "Ok...kamu masih diem aja, berarti terserah aku mau bawa kamu kemana," Setelah mengakhiri ucapannya Aska segera memacu mobilnya semakin menjauh dari arah Kost Rara. Semakin lama kecepatan mobil semakin meningkat yang membuat Rara heran, walaupun mobil dijalankan dengan kecepatan tinggi tapi kondisi mobil stabil . Sampai akhirnya tubuh Rara terlonjak saat rem tiba-tiba diinjak. Ternyata ada mobil yang mengajak adu kecepatan dan menyalip mereka secara mendadak. Aska yang memang sejak tadi suasana hatinya sedang tak bagus, merasa semakin meradang. Akhirnya dia meladeni tantangan orang asing itu. Padahal pantang bagi Aska untuk menggeber mobil diluar sirkuit. "STOP.... PLEASE STOP," Rara berteriak saat mengetahui kondisi sudah semakin tidak terkontrol. "Kamu kenapa sih? dari tadi ditanya diem aja sekarang baru ngomong sekalinya ngomong minta berhenti.Kamu pikir ini dimana? Kita lagi di jalan Tol Nona,"Aska nampak frustasi "Anda yang aneh, saya sudah bilang sejak awal nggak perlu diantar tapi anda yang memaksa," Rara membalas dengan nada tinggi. "Anda kan yang sudah janji dengan saya kemarin,"Aska menimpali Rara "Saya nggak ngerasa kalau ada janji dengan anda. Dasar pemaksa, anda itu egois." Rara nampak frustasi "Trus mau anda sekarang apa?" tantang Aska "Saya mau pulang, kalau anda keberatan untuk mengembalikan saya kerumah sakit. Turunkan saya di depan sana,"Rara asal menunjuk lokasi didepan matanya. "Aku tau kamu nggak nyaman tapi jangan gegabah juga, kamu nggak tau daerah ini," Aska mulai melunak, nampak dari caranya memanggil Rara dengan Kamu bukan Anda lagi. Rara menghempaskan punggungnya dan kembali memandang keluar.Perlahan mobil mulai melaju kembali kali ini Rara benar-benar tak tau arah mana yang Aska tuju. "Apa semenakutkan itu aku bagi mu Ra? bahkan buat kenalan pun nggak ada kesempatan,"Aska bertanya lirih "Saya nggak punya waktu buat ikut dalam permainan anda Tuan,"Rara menjawab dingin "Seenggaknya mari kita coba buat kenal satu sama lain Ra,"Aska bertanya sambil mengamati ekspresi Rara dibelakang nya. "Lakukan apapun semau Anda, saya benar-benar lelah. Toh apapun jawaban saya anda tetap akan melakukan semau Anda sendiri.Contohnya hari ini," Rara memijat tulang hidungnya sambil mejam kan mata. Entah bagaimana Aska bisa tau alamatnya, Rara tak mau peduli. Yang penting sekarang dia sudah sampai dan ingin istirahat. "Terima kasih atas tumpangannya,"Rara menyindir dengan halus. "Terima kasih atas waktu mu hari ini, maaf ya aku sudah jadi pemaksa ke kamu."Aska nampak tulus meminta maaf sebelum masuk lagi kedalam mobilnya dan melaju pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD