bc

GAME (Indonesia)✔

book_age12+
689
FOLLOW
3.7K
READ
friends to lovers
playboy
arrogant
tomboy
student
drama
comedy
sweet
humorous
highschool
like
intro-logo
Blurb

"Gue bakal bikin lo punya Aji syndrom. Lo bakalan jadi milik gue, lo bakalan ngemis-ngemis ke gue. Gue nggak bakal nyakitin lo, tapi lo bakalan ngerasa tersiksa."

"Apa-apaan Aji syndrom? Gue nggak bakalan pernah punya penyakit absurd kayak gitu."

"Deal?"

"Absolutely."

---

Mereka tahu tantangan semacam ini sangatlah konyol, yang tanpa mereka sadari akan menjadi berbahaya. Tapi bodohlah mereka, keduanya malah menyetujui dengan mantap. Meski sebenarnya mereka tidak tahu bagaimana caranya menyelesaikan tantangan itu, yang jelas permainan mereka dimulai.

Let the dare twist baby~

chap-preview
Free preview
Aji
            Nama lengkapnya Sabtiar Aji Kusuma, biasa dipanggil Tiar, tapi orangnya lebih suka dipanggil Aji. Katanya, Aji lebih keren dari pada Tiar yang agak kecewek – cewekan. Dulu waktu TK ia pernah punya teman sekelas cewek yang namanya Tiar, juga guru bahasa inggris waktu SMP dulu namanya Bu Mutiara, panggilannya Bu Tiar. Nama Tiar terlalu mainstream—katanya. Padahal, nama Aji juga sama mainstream-nya.             Kalau dengar namanya, orang – orang pasti berpikir seorang cowok tampan nan keren. Tapi sebenarnya tidak begitu juga. Aji tidak tampan – tampan amat, wajahnya bersih tapi standar – standar saja, malah lebih terkesan ke imut. Iya, Aji memang imut, dengan perawakan yang mungil untuk ukuran remaja laki-laki  dan kurus juga kulit putih dan mata yang lebar. Makanya teman – temannya lebih suka memanggilnya Tiar, setidaknya lebih ada rasa manis – manisnya daripada Aji yang notabene manly banget.             Aji suka bermain basket, naik motor, dan nonton anime. Masih menjadi misteri bagaimana tubuh kecil begitu bisa bawa motor CB150R yang tinggi dan besar miliknya. Meskipun sudah sejak SMP Aji ikut klub basket, tapi tubuhnya nggak tinggi – tinggi amat, tapi bukan berarti dia pendek. Setiap kali diledek temannya dengan sebutan “Cebol” dia selalu menjawab dengan ketus kalau mereka lah yang over dosis kalsium.             Setiap berangkat sekolah, Aji selalu naik motor, tapi kadang juga tidak karena naik angkutan umum bersama teman-temannya.  Jarak rumah ke sekolahnya itu kurang lebih 6 km, lumayan lah, tapi Aji suka sekali. Berangkat lebih pagi dan memutar arah cuma untuk ngerasain nyamannya motor CB150R hadiah dari mamanya tahun lalu. Sekilas, Aji mirip seperti anak baik yang dimanja mamanya. Tapi salah, Aji sama sekali tidak pernah dimanja. Bukan berarti dia tidak diperhatikan, tapi ayolah, mana ada mama yang memanjakan anak laki – lakinya yang sudah kelas dua SMA? Lagipula, posisi Aji didalam keluarganya itu anak pertama, dengan kata lain dia punya adik.             Kalau di rumah, selagi malas belajar atau nggak ada PR, Aji suka nonton anime, atau membaca manga. Hobi nya yang satu ini bukan ia peroleh sendiri, kalau saja setiap dia menganggur adik perempuannya, Liza tidak memaksanya ikutan duduk manis sambil nonton anime, dia pasti nggak akan kenal sama yang namanya anime.             Adik perempuannya bernama Liza, hanya beda satu tahun dari Aji, itu sebabnya kadang – kadang mereka suka berantem dan berakhir dengan jeweran maut dari mamanya. Terkadang, Mereka juga bisa jadi begitu akrab sesuai dengan status mereka. Ya, pahit-manis hubungan kakak beradik yang umum.             Kalau kalian mau tahu, sebenarnya Aji itu playboy, suka main – main kalau sama cewek. Meski wajahnya standar, alias banyak yang lebih ganteng darinya, banyak cewek yang ngejar – ngejar dia. Katanya Aji imut dan manis gitu. Cewek – cewek suka hal – hal yang manis. Aji manis, menggemaskan pokoknya. Setiap ditanya alasannya suka main – main sama cewek oleh teman-temannya, Aji hanya mengangkat bahu sambil tersenyum aneh. Jadinya, lama – lama teman-temannya malas mau bertanya lagi. Doa mereka dalam hati, semoga Aji segera menerima hidayah agar nggak mainin hati cewek lagi. Takut kena karma katanya. Beruntung, cewek – cewek yang dimainin Aji rata – rata bukan cewek baik – baik. Jadinya kedua sahabatnya yang bernama Alan dan Dimas nggak begitu khawatir sama perasaan si cewek itu.             Sore itu, Aji sedang ada latihan di klub basket sekolahnya. Ini baru jam setengah tiga. Di luar hujan turun begitu deras, otomatis mereka nggak bisa lari – lari di luar. Mereka hanya pemanasan dan latihan di dalam lapangan indoor. Di klub sekolah, Aji menjadi anggota utama, dia paling pendek di antara teman – teman klub basketnya. Semua teman – temannya rata – rata memiliki tinggi 180 ke atas, sedangkan tinggi Aji hanya sekitar 165-an, standar.             “Tiar, lu main sana, lawan tim B.” Suara berat Ivo si kapten basket menuai decak sebal dari Aji.             “Please deh kak, jangan manggil Tiar. Panggil Aji dong.” Ujar Aji sambil berlalu menghampiri kawan setimnya yang lain.             Ivo hanya tertawa. Ivo adalah kapten tim basket sekolah Aji, dia kelas tiga. Hanya ada sekitar 8 senior yang masih bertahan di klub, sisanya memutuskan berhenti, alasannya mau fokus belajar, biasalah anak kelas tiga. Sebentar lagi Ivo juga akan segera meninggalkan posisi kapten saat menjelang semester dua.             “Pffft… Tiar.” Suara berat agak diserakkan itu menyapa kuping Aji. Aji menggeram, ia menoleh mendapati Alan yang memandangnya dengan tampang mengejek.             “Diem Lo, Daki!” makinya sewot.              Aji suka sekali memanggil Alan dengan sebutan “Daki”. Itu karena kulit Alan yang kecoklatan, bahasa kerennya sih Tan. Padahal nggak item – item amat, tapi dengan seenak jidatnya Aji selalu memanggilnya Daki. Padahal, kalau kata anak – anak cewek, kulit Alan itu eksotis. Terlihat begitu seksi saat dia berkeringat pas main basket di lapangan depan.             Plok! Plok!             Suara tepukan kapten Klub menghentikan perdebatan Aji dan Alan, Ivo memerintahkan mereka untuk latih tanding. Klub basket di sini memiliki anggota yang lumayan banyak. Jadi mereka dikelompokkan menjadi tiga tim.             Tim A adalah anggota utama, mereka berisi anggota – anggota yang selalu diturunkan dalam turnamen. Biasanya yang mengisi tim ini adalah anak kelas tiga dan beberapa kelas dua yang terpilih. Lalu Tim B, mereka jarang sekali turun bermain, hanya di saat – saat mendesak saja mereka diturunkan di turnamen. Dan yang terakhir Tim C, mereka berisi pemula – pemula yang biasanya baru mulai main basket. Biasanya tim ini isinya anak kelas satu.             Aji berhasil masuk ke tim A saat semester kedua kelas satu. Hanya dia, Dimas dan Alan. Selebihnya anak – anak seangkatan mereka saat ini belum ada yang masuk ke tim A. Ini karena sejak kecil Aji memang suka main basket. Ayahnya dulu mantan atlet basket nasional, tapi memutuskan pensiun untuk mencari profesi yang lebih menjanjikan di hari tua. Meski begitu, kecintaannya pada basket tak pernah luntur, dan beliau mewariskannya kepada Aji.             Mereka bermain sekitar 40 menit. Saat tepukan tangan si kapten basket mengisyaratkan untuk menyudahi permainan, mereka semua segera menepi dan meminum air yang disediakan.             “Ji, ditungguin tuh.” Ujar Dimas sambil menunjuk seorang gadis seksi dengan dandanan mencolok yang tengah berdiri menyandar di dekat daun pintu ruang klub basket.             Aji mengikuti arah tunjukan Dimas dan melihat pacarnya di sana. Ia tertawa kecil, di sana berdiri Aline, si cewek populer dan (katanya) primadona sekolah.             “Aji….!” Suara cempreng nan melengking milik Aline membuat semua orang yang ada di ruang klub memandang aneh. Aline bersikap tidak peduli dengan sekitar dan langsung memeluk lengan Aji dengan erat.             Aji hanya tersenyum. Dimas memandangi interaksi keduanya, tapi ia mengerutkan alisnya. Ia merasa ada yang aneh selama ini. Setiap kali melihat Aji tengah berinteraksi dengan cewek – cewek yang dipacarinya, Dimas selalu merasa aneh. Tatapan mata Aji, rasanya ada sesuatu yang tidak pas.             “Aji sayang… ayo kita jalan – jalan sepulang sekolah.” Ujar Aline dengan manjanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya di lengan Aji.             “Oke, setelah ini gue selesai kok. Tunggu gue di depan.” Jawab Aji sambil tersenyum.             Beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka menatap iri kepada Aji. Statusnya sebagai “cowok paling diincar buat dijadikan pacar” di sekolah memang bukan sekedar omong kosong belaka.             Saat Aji tersenyum tadi, Ivo memandanginya tanpa berkedip. “Lo kalau senyum gitu mirip anak baik-baik, Ji."             Aji memandang kesal ke arah kakak kelasnya. "Lah? dari dulu gue juga anak baik kali kak." Kemudian setelah mereka semua berkemas dan mencuci muka, latihan basket hari ini pun selesai. Aji segera menghampiri Aline dan memenuhi permintaan gadis itu untuk jalan – jalan, walau dirinya masih memakai kaos basketnya.             “Lo ngapain sih dari tadi mandangin Aji sama Aline?” Tanya Alan ketika dia dan Dimas selesai berkemas dan hendak pulang.             “Ha? Oh, enggak papa.” Jawab Dimas sekenanya. Alan menyipitkan matanya curiga, namun dia tidak bertanya lebih jauh, lalu Mereka berdua segera bergegas meninggalkan lapangan indoor klub basket. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
161.6K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
463.0K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
928.9K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
280.1K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

I Love You Dad

read
283.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook