Bertahanlah Sebentar Lagi, Emelie

1286 Words
"Impianku sederhana, ingin dicintai dan mencintai denganmu sampai kita lupa rasanya kecewa." *** Raka menyenandungkan lagu saat dirinya berjalan menuju ke flat apartemen dimana sang wanita pujaan hati menginap untuk sementara waktu. Rasanya tak rela, hatinya saat mendengar jika Emelie harus kembali ke London karena urusan pekerjaan. Raka ingin sekali menahan kepergian wanita itu, karena dirinya sudah merasa nyaman bersama wanita bernama Emelie Laudya Wijaya. Dan jatuh cinta pada putra Emelie yang membuatnya merasa menjadi seorang pria dengan kemirifan yang mereka miliki. Pria itu tersenyum lebar saat pintu flat dimana wanita hatinya tinggal di buka dari dalam. Dan teriakan girang anak kecil langsung menyapa dirinya. "Hello, Boy! bagaimana tidurmu semalam? apakah nyenyak?" tanya Raka dengan Abyan yang sudah berada dalam pelukannya. "Hello juga, Pa! Abyan tidak tahu, karena Abyan tidur," jawab Abyan dengan kedua tangan yang memeluk leher Raka. Dan seperti sudah di atur sebelumnya, tampilan kedua pria beda usia ini sangat kompak. Sama-sama mengenakan celana dan jaket jeans berwarna biru pudar dengan tshirt putih dan sepatu sport warna putih, sudah terlihat bagai tampilan bapak dan anak lelakinya. Raka tertawa mendengar laporan Abyan. Pria itu menyadari kesalahannya. Anak seusia Abyan mana paham bisa tidur nyenyak atau tidak. Raka lantas memcium kedua pipi Abyan yang lembut, lalu membawa bocah itu untuk duduk di sofa. "Abyan, habiskan sarapanmu." Suara Emelie terdengar membuat Raka menoleh kearah ruang makan yang menyatu dengan dapur. Raka lalu menoleh ke Abyan yang malah sedang sibuk memainkan jam tangan di pergelangan tangan kiri Raka."Kau belum menghabiskan sarapanmu, Boy?" tanya Raka lembut. "Sudah kenyang!" jawab Abyan yang kini turun dari pangkuan Raka dan berlari saat babysitternya datang dengan mangkuk sereal ditangan wanita usia 20 tahun itu. "Kamu ingin secangkir kopi? atau mau sarapan bersama?" tawar Emelie saat melihat Raka yang duduk di sofa memperhatikan Abyan. "Kalau kamu belum sarapan, aku temani ikut sarapan juga," jawab Raka menampilkan ujung bibirnya yang tertarik keatas. "Kemarilah, aku siapkan untukmu," jawab Emelie yang sudah menggunakan panggilan aku dan kamu pada Raka atas permintaan pria itu yang katanya risih saat Emelie memanggilnya dengan sebutan tuan. Raka lantas berdiri dan sempat meraih tubuh Abyan yang berlari kearahmya. Mengambil mangkuk berisi sereal dari tangan pengasuh Abyan lalu membawa bocah nakal itu untuk duduk bersamanya di kursi meja makan. "Duduk yang baik dan habiskan segera makanmu, karena jika tidak dihabiskan. Papa tidak akan membawamu ke Dufan," perintah Raka membuat Abyan tak ingin membantah perkataan pria yang sudah menuruti keinginannya memanggil dengan sebutan papa. Emelie hanya menelan salivanya saat mendengar Raka berbicara pada putranya dengan mengatasnamakan sebagai papa. Dan Abyan sendiri malah senang di perhatikan oleh Raka. Ada perih yang kembali terasa di hatinya saat ingatanya kembali pada masa Abyan dilahirkan yang hingga kini, bocah itu tidak pernah merasakan hangatnya pelukan dan cinta dari pria yang membuatnya hadir ke dunia. "Emelie! mengapa malah melamun?" Suara Raka membuyarkan lamunan Emelie tentang masa lalu dan masa sekarang Abyan. Emelie jelas tergagap dan dengan cepat menarik kedua ujung bibirnya agar Raka tidak bertanya lebih banyak lagi."Tidak! saya hanya memperhatikan Abyan saja. Kenapa dengan dirimu, dia menjadi penurut?" jawab Emelie dengan menautkan kedua alisnya. "Itu tandanya Aku sudah cocok menjadi papanya Abyan," canda Raka namun ada kesungguhuna di kedua matanya. Emelie hanya bisa tersenyum masam mendengar candaan Raka, rasanya terlalu cepat untuk memberi Abyan seorang papa, disaat hubungan mereka baru terjalin beberapa jam yang lalu. Ingatan Emelie lalu kembali pada moment malam sebelumnya disaat mereka baru kembali dari melihat pabrik kain milik Raka. "Emelie, aku mohon kau jangan marah, atau menganggapku lancang. Aku sangat terkesan padamu juga Abyan, dan perasaan itu ku akui bukan karena perasaan biasa, namun ini menjadi luar biasa, karena bersamamu dan Abyan membuat hatiku merasa bahagia juga tenang," ucap Raka saat mereka menikmati senja di pantai. Hanya berdua, karena Abyan ikut dengan Elena dan Deasy pergi ke mall bersama Boris. "Bagaimana kau dengan begitu cepatnya mengatakan rasa suka, sementara kita baru saja bertemu?" tanya Emelie yang saat itu duduk di kursi pantai bersama Raka. Raka lantas menoleh dan menatap wajah cantik Emelie dengan latar warna jingga sinar matahari menjelang senja. Angin laut yang bertiup menerbangkan rambut lembut Emelie hingga menutupi wajah cantik wanita itu. Raka lantas mengambil sapu tangan dari kantung jaket dan mengikatkannya di rambut sebahu Emelie agar wanita itu tak selalu memegangi rambutnya dari terpaan angin dari arah laut yang berombak tenang. "Aku akui, aku memang banyak mengenal wanita dan bahkan tidur dengan mereka. Tapi itu semua hanya menjadi kesenangan sesaat tanpa rasa yang mendalam. Hanya untuk memenuhi hasrat biologis saja. Sementara untuk jatuh cinta, aku termasuk pria yang sulit membuka hati pada wanitam walau aku dekat dengannya." Emelie hanya diam, ujung sepatunya tengah mengais pasir yang berada dii bawahnya, sementara hatinya berusaha untuk mendamaikan jantungnya yang berdesir tak biasa. Di usianya yang menginjak 34 tahun ini, dirinya memang belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bukan karena dia tak tertarik pada lawan jenis, namun dia selalu mendoktrin diri sendiri untuk tidak jatuh cinta dan bertahan dengan status single. Dirinya tak ingin direpotkan dengan perasaan cemburu dan sakit hati karena pertengkaran dengan pasangan. "Kamu percaya dengan kekuatan cinta pada pandangan pertama?" tanya Raka kembali. "Tidak percaya sepenuhnya. Karena cinta pada pandangan pertama itu lebih banyak didasarkan nafsu ingin memiliki bukan karena ketulusan cinta ingin menyayangi," jawab Emelie membuat Raka mengangguk. "Tapi yang saya rasakan, ingin lebih dekat dan dengan bebas memberikan rasa sayangku padamu juga Abyan," jawab Raka tegas membuat Emelie balas menatap kearahnya. "Usia saya lebih tua darimu, dan saya memiliki seorang anak laki-laki berusia tiga tahun," tegas Emelie, lalu wanita itu kembali berkata,"Aku wanita yang tak di inginkan oleh keluarga, karena menentang ke inginan mereka, hingga aku di buang dan dicoret dari daftar ahli waris keluargaku. Apa yang bisa di harap dari wanita terbuang sepertiku?" "Aku yang berharap, kau mau menjadi kekasihku. Aku ingin memberimu dan Abyan sebuah keluarga yang utuh." "Tapi kau tidak mengenalku secara baik, Raka." Emelie masih berusaha menegaskan pada hatinya untuk tidak mudah goyah. "Kita sama Emelie, Kau juga belum mengenalku dengan baik. Kita bisa melakukan itu saat kita bersama," Harap Raka dengan tatapan menghujam ke bola mata milik Emelie. "Bolehkah, aku memikirkan jawaban atas perasaanmu tersebut?" Raka tersenyum lebar dan berkata,"Tentu saja boleh, Aku akan sabar menunggu," ucap Raka di iringi tangannya yang mengelus pipi lembut Emelie membuat desiran halus dihati Emelie semakin kuat dan menimbulkan efek kepakan kupu-kupu di perutnya. Emelie tersadar dari lamunan saat panggilan suara Abyan yang menertawakannya. Tak hanya Abyan saja, namun Raka pun ikut tertawa, pria itu dengan menggunakan ibu jari tangannya membersihkan sisa selai strawberry di bibir Emelie. "Mommy, seperti balita saat makan," ujar Abyan seraya menggeleng membuat Emelie tersenyum masam. Setelah memberi tugas pada Elena untuk mengurus pekerjaan dengan Chandra dan meminta Deasy untuk merapikan rumah, Emelie pun mengikuti Abyan dan Raka menghabiskan hari terakhir mereka di Jakarta. "Emelie! aku berharap, kau bertahanlah sebentar lagi. Aku masih ingin menyenangkan kalian berdua," pinta Raka saat keduanya sudah berada di dalam mobil milik pria itu. Dan seperti biasa, Abyan akan duduk dipangkuan Raka saat pria itu menyetir. "Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan di London, Raka." "Apa itu berarti kita harus berpisah?" "Jika kau rindu, aku mengizinkan dirimu untuk menjemputku di London," jawab Emelie membuat Raka tak mampu menahan rasa gembiranya. Dengan cepat pria itu mencium pipi Emelie dan memeluk Emilie dengan rasa bahagia."Terima kasih Emelie, Aku tidak akan menjemputmu, tapi aku akan pergi untuk menemanimu," ucap Raka senang. Pria itu baru akan mencium sepasang benda kenyal berwarna pink milik Emelie saat suara Emelie menghentikan keinginan pria itu. "Raka, please! ada Abyan." Raka serta merta menarik tubuhnya dengan wajah malu, namun sekali lagi di ciumnya kepala Emelie juga Abyan yang sudah berpindah duduk di pangkuan Emelie sebelum fokus menyetir mobil menuju arena bermain keluarga seperti yang dia janjikan pada Abyan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD