Rasa Itu Tidak Salah

1169 Words
"Jangan salahkan cinta jika dia datang begitu cepat. Karena cinta tak akan bertanya sia atau tidakkah dirimu untuk jatuh cinta."- Ravindra Raka Kanigara. *** Emelie tersenyum saat melihat sosok jangkung pria yang tengah berdiri di lobby apartemen yang dia sewa. Dan Abyan pun langsung melepas tangan Emelie yang menggandengnya untuk bisa berlari secepatnya kearah pria yang menunggu mereka. "Be carreful, Baby! kau bisa jatuh," seru Raka seraya menangkap tubuh Abyan yang berlari kearahnya. Sementara Abyan hanya tertawa menampilkan deretan gigi susunya saat Raka mengangkatnya tinggi. Raka menggendong Abyan, lalu menoleh kearah Emelie dan Elena yang sudah berdiri di depannya. "Sudah siap pergi?" tanya pria berwajah tampan itu yang dianguki oleh Emelie yang hari itu mengenakan stelan santai yang nodis tanpa menghilangkan tampilan cantik pada diri wanita dengan rambut pirang itu. Karena Boris ada kendala di jalan, maka Elena dan babysitter Abyan ikut serta di mobil Raka dengan Emelie yang duduk di sebelah pria itu. "Abyan, mari duduk dengan mommy. Kau menganggu, Tuan Raka menyetir," pinta Emelie pada putranya yang memang duduk di pangkuan Raka. "No! Abyan suka di sini," tolak bayi usia 3 tahun itu seraya menggeleng. "Tapi--." Emelie tak melanjutkan kalimatnya, karena langsung disela oleh Raka. "Tidak masalah, Nona Emelie. Saya tidak terganggu sama sekali. Duduk dengan diam ya, Boy," ujar Raka seraya mengelus kepala Abyan yang memiliki rambut kecoklatan membuat bocah lucu itu tersenyum sangat lebar seakan mengejek Emelie. Emelie akhirya hanya menurut dan mendengkus pelan saat terdengar suara tawa lirih Elena dan BabySitter Abyan. Dan Raka sendiri, walau wajahnya terlihat datar, namun dalam hatinya tersenyum sangat lebar saat sanubarinya mengirim getaran halus yang sudah lama tidak dia rasakan sejak kepergian sang mantan kekasih. Raka mengarahkan mobil ke kawasan Cisarua, Bogor. Dimana pabrik tekstil miliknya berada. Pria itu lantas keluar dari mobil dengan masih menggendong Abyan. Lalu berjalan berdampingan dengan Emelie memasuki gedung pabrik yang cukup besar itu. Sambutan ramah karyawan Raka Inves Inc dibalas Emelie dengan anggukan juga senyum tipisnya. Walau setelah dia berlalu akan terdengar pertanyaan penuh rasa ingin tahu tentang Emelie juga Abyan. "Siapa mereka?" tanya wanita yang bertugas di meja tamu. "Info dari pak Saiful, tamu tadi dari Summer Night yang berkantor di London." jawab wanita yang menjabat sebagai sekretaris manager pabrik. "Lalu anak kecil yang mirif pak Raka itu siapa? apa ponakannya?" tanya yang lain penuh ingin tahu, "Setahu saya, pak Raka tidak punya ponakan laki-laki, Anak Bu Rika ketiganya perempuan." "Apa tadi itu anak dan istrinya, Pak Raka? terus kapan mereka nikahnya?" "Memangnya semua pernikahan wajib di umumkan secara luas? bahkan ada yang sengaja di sembunyikan karena faktor keamanan," jawab wanita dengan tatanan rambut rapi itu. "Bisa jadi ya, tapi kalau benar wanita yang berjalan di sebelah pak Raka tadi istrinya, saya setuju sekali. Cantik dan ramah orangnya. Walau terlihat dingin." "Cantik dan terlihat sangat cerdas. Sangat cocok dengan pak Raka." "Dan kalian tadi lihat? pak Raka manis sekali senyumnya. Auranya sangat bahagia. Mungkin karena ada anak dan istrinya ya." "Bisa jadi, tapi pak Raka bukannya dikenal sebagai playboy ya?" "Yaa kali saja sekarang beliau sudah tobat. Dan mudahan saja rumah tangga mereka adem ayem dan bertahan hingga tua." "Aamiin." "Lalu bagaimana dengan Elisa si model dunia itu?" "Mungkin saja sudah di buang karena pak Raka sudah punya yang jauh lebih cantik dari si tukang dandan itu!" Dan mereka pun tertawa hingga suara pria menghentiukan mereka."Lagi rame apa nih? seneng banget ketawanya." Boris sang asisten Presdir tampak berdiri di belakang paar wanita yang sedang berghibah itu. Pria yang tak kalah tampan dengan pak bos ini menatap kesemuanya dengan senyum miringnya. "Lagi ghibahin, pak Boris! kapan melamar salah satu diantara kami," jawab wanita dengan blazer biru. "Ntar! nunggu semua mafia pada naik haji, baru saya nikah," sahut Boris disertai senyum khasnya. "Sempat tua dan expanyer, Pak!" "Bukannya yang tua semakin banyak santannya?" "Itu kalau kelapa! kalau manusia, semakin tua maka semakin encer santannya." Balas wanita dengan seragam pabrik. Boris tertawa, hingga Tama memukulnya dengan gulungan kertas."Malah tepe-tepe! ayo kerja. Pemilik Summer Night sudah tiba di pabrik," ucap pria tampan berkacamata itu seraya berjalan mendahului Boris. "Nganggu saja! dasar jomblo akut!" omel Boris yang di balas cekikikan para wanita yang menyaksikan adegan penyiksaan yang baru saja terjadi. "Pada keduanya sama-sama jomblo akut," ujar salahs atu dari wanita tersebut. *** "Om Raka!" Elena mengeja panggilan untuk Abyan ke Raka. Abyan menggeleng dengan mulut penuh biscuit."No! He is My Papa," jawab bocah menggemaskan itu. "He's not, Your papa, Boy!" jawab Elena yang sudah setengah jam berdebat dengan Abyan hanya untuk sebuah panggilan. "He's, My Papa. Auntie," balas Abyan berkeras dengan sebutannya. "Mengapa kau memanggilnya papa?" "Karena dia memang papa Abyan," jawab Abyan tegas setegas saat dia menghabiskan s**u di botolnya. "Sok tahu! tuan itu bukan papanya Abyan." "Tidak! Abyan mau dia papa Abyan," tandas Abyan membuat Elena juga Deasy sang babysitter kompak meringis. Sementara Abyan tengah berdebat dengan Elena, Emelie tampak serius mendengar penuturan Raka. Dalam hati kecil Emelie memuji kecakapan Raka dalam menjelaskan seluk beluk pabrik tekstilnya termasuk jenis kain apa saja yang mereka produksi. "Apa tuan Raka sudah membaca kontrak yang kami berikan?" tanya Emelie saat Raka selesai dengan pemaparannya. Biasanya, pria ini sangat malas melakukan presentasi didepan klien. Namun kali ini, Raka mengambil alih tugas Boris juga Mawan sang manager produksi. "Tentu saja, None Emelie. Saya sudah membaca keseluruhan kontrak tersebut, itu sebabnya saya menyetujui kerjasama ini," jawab Raka tak lupa dengan senyum yang membuat wajahnya semakin menawan. Emelie mengangguk lalu menoleh dan berbicara pada Chandra kepala perwakilan Summer Night di Indonesia. Sementara Boris juga Tama kompak mencibirkan bibir saat melihat tatapan mata Raka yang tak lepas dari wajah Emelie yang memang sangat enak untuk di pandang lama-lama. "Si Buaya sudah mulai mengeluarkan jurus sabetan ekornya," keluh Tama dengan tatapan kearah Raka. "Tak hanya ekor, giginya pun sepertinya sudah mulai menancap di tubuh korbannya. Kau lihat saja, bagaimana anak laki-laki bos Summer Nigth itu bersikap pada Raka si Don Juan," balas Boris yang merasa diacuhkan oleh Raka sejak kehadiran Emelie dan anaknya. "Tapi coba kau perhatikan dengan kedua mata juga hatimu. Aku melihat kemirifan yang sangat besar pada putra Nona Emelie dengan Pak Bos. Sementara mereka baru saja di pertemukan, apa aku boleh mencurigainya?" tanya Tama masih dengan suara yang berbisik. "Aku pun menilai keduanya sangat mirif. Tapi lebih baik kita coba cari informasi jangan hanya sekedar mencurigai," usul Boris yang di angguki oleh Tama. Dan rupanya obrolan dua pria ini menarik perhatian Syaiful selalu kepala pabrik yang lantas menegur keduanya."Saya kok semakin lama semakin curiga sama kalian berdua. Kapan bagi undangan nikahnya?" tanya pria dengan dua anak itu. "Menikah?" tanya Tama tak paham. "Iya menikah! kalian berdua seperti pasangan homo, yang tengah melakukan perencanaan pernikahan," sahut Pak Syaiful di iringi tawa kecilnya. Boris yang mendengar itu langsung menurunkan tangannya dari bahu Tama, dan Tama sendiri lansgung menjauhkan tubuhnya dari bersandar di lengan kekar milik Boris dengan tatapan jijik. "Ihh amit-amit sam pisang! saya masih suka lubang donat!" sahut Tama lalu berpindah duduk menjauh adri Boris membuat tawa pak Syaiful semakin kencang membuat Raka harus memberi delikan tajam ke karyawannya ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD