Part 5

1136 Words
"Suatu perpisahan bukan lah akhir dari segalanya." _Queen_ **** "Kek, nek!! Kok Queen bisa tiba-tiba pindah ke Indonesia sih?" heran Queen. "Hehe. Nenek lupa kasih tau ke kamu, sayang." cengir Ara. "Apa kamu sudah menyiapkan barang-barang yang akan kamu bawa besok?" tanya Alex lalu menyeruput kopi hitamnya. "Udah kek, semuanya sudah beres kok. Queen cuma tinggal pergi aja besok. Oh ya, kek, gimana masalah sekolah Queen?" "Sekolah kamu sudah kakek urus jauh-jauh hari." "Oh, baguslah kalau begitu, kek. Ah iya, Queen pergi keluar dulu yah, kek, nek." "Kemana, sayang?" "Ke cafe nek, mau ketemu sama Milha." "Oh, kamu hati-hati yah di jalan! Jangan ngebut-ngebut!" nasihat Ara. "Hm, Queen pergi dulu kalau begitu. Assalamualaikum." Queen berlari keluar rumah tanpa menunggu balasan dari nenek dan kakeknya. Memasuki mobil merah miliknya yang sudah terparkir di depan rumah dan langsung mengendarainya dengan kecepatan yang tinggi. Nasihat Ara cuma diaggapnya angin lalu. Mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Milha setibanya di cafe. Kala sosok yang dicarinya terlihat, ia pun segera mendekati Milha. "Hai, Mil!" sapanya lalu duduk di kursi yang berada di sebrang Milha. "Lo belum lama nunggu gue, kan?" "Belum kok. Gue baru datang." sahut Milha. "By the way, sesuatu penting apa? Sampai-sampai lo mau menyampaikannya secara langsung? Lo hamil?" candanya. "Idih, amit-amit gue hamil. Lagian iman gue kuat kok. Gue nggak akan mudah terpengaruh sama bisikan setan." "Hehe.. Gue cuma bercanda kali. Jadi?" tanya Milha dengan nada menuntut penjelasan. "Besok gue akan pindah ke Indonesia." "Apa?? Kenapa lo pindah ke Indonesia? Apa karena Nico dan Qisya?" "Bukan. Gue pindah ke Indonesia karena mama gue yang menyuruh pulang, atau lebih tepatnya memaksa." "Oh, gue pikir lo pindah karena dua orang penghianat itu." kata Milha pelan. "Hm, jangan lupain gue yah, walaupun lo sudah punya teman baru disana nantinya, awas aja kalau lo sampai lupain gue." "Tenang saja. Queen yang cantik dan imut ini nggak akan melupakan Milha yang jelek ini kok." balas Queen dengan nada yang diimut-imutkan. Milha menatap Queen dengan tatapan tak terima. "Apa lo bilang? Jelek?" "Hehe. Peace." "Kalau ada waktu luang, lo harus main kesini! Harus!" Milha mengucapkannya dengan penuh penekanan. "Oke. Lo juga harus ke Indonesia kalau ada waktu luang. Jangan gue aja dong yang pergi ke sini." "Aman tuh," Milha mengacungkan ibu jarinya. "Tapi sayang yah." Kening Queen mengerut bingung. "Sayang kenapa?" "Queen racing Prancis akan hilang." kekeh Milha. "Iya juga ya, tapi di Indonesia nanti gue akan ikut balapan dan menjadi quen racingnya." balas Queen percaya diri. "Siapa sih yang bisa mengalahkan seorang Queen?" kekeh Milha. "Nggak ada deh kayaknya." sahut Queen lagi-lagi dengan percaya dirinya. "Haha. Sombong lo. Tapi gue akui sih.kalau lo itu jago banget." sahut Milha sambil tertawa. "Hmm. Soal kerjaan model lo gimana?" tanya Milha teringat dengan pekerjaan Queen yang sebagai model. Gue akan berhenti jadi model karena model itu hanya sekedar hobby. Lagipula pada akhirnya, gue pasti akan menjadi ceo perusahaan." "Iya juga sih." "Gue pasti kangen banget nantinya sama lo." sedih Queen. "Tenang! Kan sosmed ada." "Iya juga ya, pokoknya lo harus sering menghubungi gue!" kata Queen dengan nada memerintahnya. "Iya, iya." Milha memutar bola matanya malas. "Btw, Nico sama Qisya udah gue keluarin dari sekolah. Selain itu mereka juga medapat hinaan dan hujatan dari semua murid yang ada di sekolah kita." Milha tersenyum miring. "Oh ya?? Bagus deh." sahut Queen senang. Please, jangan bilang Queen jahat. Mereka berselfie ria sebelum pulang ke rumah masing-masing. **** Keesokan harinya Queen diantar ke bandara oleh kakek dan neneknya. "Queen pergi dulu ya kek, nek." pamit Queen lalu memeluk Ara dan Alex secara bergantian. "Baik-baik di sana yah, sayang. Nenek pasti akan merindukanmu." Mata Ara berkaca-kaca. Rasanya dia sangat tidak rela cucu kesayangannya pergi jauh darinya. Tapi dia sadar, dia tidak boleh egois. "Queen pasti akan merindukan nenek dan kakek juga. Nenek jangan lupa makan yang teratur ya!" "Kakek juga, jangan sering kecapekan dan jangan lupa makan yang teratur. Queen nggak mau dengar kalian sakit saat Queen nggak ada di sini." "Iya sayang, kamu baik-baik di sana, yah." Alex memeluk Queen erat dan menciumi puncak kepala gadis itu. Queen membalas pelukan Alex dengan manja. Saat Alex melepaskan pelukannya, Queen mengerucutkan bibirnya. Hatinya terasa sangat berat untuk meninggalkan kakek dan neneknya sebab dia sudah tinggal bersama kakek dan neneknya sejak kecil. Setelah selesai sesi pelukan perpisahan itu, Queen masuk ke dalam pesawat karena sudah terdengar peringatan terakhir kalau pesawat akan segera lepas landas. Queen tidak memakai jet pribadinya karena dia ingin suasana yang ramai. Siapa tahu dia akan bertemu cogan, kan? Lalu mereka berkenalan dan akhirnya pacaran seperti di film-film. Wkwk. Ok! Lupakan saja! Oh iya, Queen sudah menyelesaikan segala urusannya tentang model. Banyak pihak yang kecewa atas kepindahannya tapi mau bagaimana lagi. Masalah gangster pun juga sudah diurusnya. Jadi, dia bisa meninggalkan Prancis dengan tenang. Selamat tinggal, batinnya kala pesawat lepas landas. **** Jakarta, Indonesia. Seorang cowok tampan membuat orang-orang yang berada di bandara curi-curi pandang ke arahnya. Cowok itu adalah Raka Aksen Purnama. Bukan tanpa alasan dia di bandara, dia sedang menunggu kedatangan Queen. Adiknya tercinta. Dia dikagetkan oleh pelukan seseorang. Awalnya dia ingin melepaskan pelukan tersebut dengan kasar, namun urung kala mendengar suara manja yang sangat dikenalinya. "Bang Raka, Queen kangenn." Pelukan berlangsung singkat karena gadis itu segera melepaskan pelukannya. Raka memutar tubuhnya. Dia tersenyum manis ke arah Queen. "Aku juga kangen sama kamu, honey." Raka mengusap puncak kepala Queen sayang. Semua orang yang melihat adegan kakak beradik itu berbisik-bisik iri. Mereka mengira kalau Queen dan Raka adalah sepasang kekasih yang baru saja bertemu setelah sekian lama. "Pulang yuk, bang. Queen udah kangen banget nih sama mama." kata Queen semangat. "Tapi, Queen yang nyetir ya, bang. Soalnya Queen nggak biasa duduk di kursi penumpang." "Oke, honey." Queen melirik Raka sekilas kala sudah berada di dalam mobil. "Pakai sabuk pengaman ya, bang! Queen nggak mau tanggung jawab loh kalau misalnya kepala abang terbentur dashboard." peringatnya. Raka mengangguk. Queen mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan yang normal, tapi tanpa disangka Queen menambah laju kecepatan mobilnya. "JANGAN NGEBUT, HONEY!!" teriak Raka histeris. Sumpah demi apapun. Baru kali ini Raka menaiki mobil secepat ini. "ABANG DIAM SAJA! INI SERU LOH." Queen balas berteriak. Queen menyalip kendaraan-kendaraan lainnya dengan lihai. Klaksonan dan u*****n dari pengendara lain pun terdengar saling bersahut-sahutan. Ya allah. Seandainya aku meninggal, tolong ampuni semua dosaku. Doa Raka di dalam hati. Setibanya di depan mansion mereka langsung keluar dari mobil. "ASSALAMUALAIKUM MAMA, PAPA, DAN PENGHUNI RUMAH!!! MODEL QUEEN YANG CANTIK SUDAH DATANG. YUHUUU!!" Berteriak adalah kebiasaan Queen yang sangat sulit untuk diubah. Setiap kali dia pulang, pasti dia akan berteriak sesuka hatinya. "Kamu jangan teriak-teriak dong honey, kamu pikir ini hutan?" tanya Raka sebal. "Lah?? Emangnya siapa yang berpikir kalau ini hutan, bang?" tanya Queen polos. "Maka---" ucapan Raka terpotong oleh ucapan sang mama. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD