Kamu tau kenapa aku dahulu sangat membenci hujan? Karena seringnya ia beriringan dengan petir menyambar yang terkadang menakutkanku, seolah-olah saat itu semesta sedang menghakimiku. Kehidupan yang aku alami di masa lalu telah banyak menghadapi badai yang menghujam kehidupanku, aku dihakimi oleh pikiranku sendiri yang dengan seenaknya menjatuhkanku. Padahal jika kamu tau kedua orang tuaku memberi nama Danila kepadaku bukan untuk merasakan hal itu, Danila diambil dari Bahasa Ibrani yang berarti Allah adalah hakimku, kedua orang tuaku memberikan nama itu supaya aku bisa memaknai bahwa dalam kehidupan yang berhak menghakimi dan menjadi hakim yang adil bagi diri kita adalah Allah selaku Tuhan kita, bukan diri kita sendiri atau bahkan orang lain.
Aku merupakan anak paling bontot dari dua bersaudara, Kakak perempuanku hanya berselisih dua tahun diatasku, dia anaknya cuek tapi nyebelin bagiku, aku dan Kakakku seringnya berantem jika di rumah, akan tetapi ketika kita tidak bertemu beberapa hari saja, kita seringnya saling merasa kangen. Sementara kedua orang tuaku merupakan seorang yang kehidupannya sederhana, Mamaku cuman seorang penjual jajanan untuk anak-anak SD Ceria, sedangkan Ayahku hanya seorang pegawai swasta dengan gaji harian. Kehidupan keseharian keluarga kami sangat pas-pasan, dengan kehidupan yang sangat pas-pasan disamping kebutuhan keluarga yang semakin lama semakin besar seringnya menjadi sumber hadirnya konflik antara kedua orang tuaku, ditambah lagi adanya perbedaan karakter yang sangat kontras antara kedua orang tuaku menambah kisah perjalanan konflik di rumah menjadi semakin panjang, Ayahku dengan karakter ceplas-ceplosnya dan juga kerasnya seringnya kurang bisa memposisikan diri dengan baik ketika dihadapkan dengan masalah keluarga terutama masalah ekonomi. Sedangkan Mamaku sebaliknya, Mama yang tak banyak bicara dan senangnya memendam perasaannya cenderung mengalah dengan karakter Ayahku, akan tetapi air yang terus menerus dituangkan dalam gelas kosong, lama kelamaan akan membuat penuh bahkan tumpah.
Begitu juga dengan Mamaku, meskipun seringnya memendam ada satu titik di mana ketika Mama sudah tidak lagi bisa menahan emosinya, maka Mama akan mengeluarkannya kepada Ayah, dan akhirnya terjadilah suatu keributan besar dalam keluarga kita, dan kalian tau rumah yang kita tinggali tidak besar, hanya rumah kontrakan kecil dengan dua kamar tidur di dalamnya yang berdempetan, hal itu seringnya membuatku mendengar dengan jelas keributan yang terjadi antara Ayah dan Mamaku, tak hanya itu aku juga seringnya melihat Ayah dan Mamaku berantem secara langsung dihadapanku. Terakhir kali kedua orang tuaku bertengkar dikarenakan perbedaan pendapat mengenai harga rumah yang ingin di jual, hanya karena itu membuat kedua orang tuaku hampir ingin bercerai. Keluarga besarku baik dari keluarganya Mama maupun Ayah tidak banyak membantu menyelesaikan masalah keluarga kami, bahkan terkadang mereka malah semakin membuat keruh suasana. Permasalahan konflik keluargaku tidak hanya melibatkan Ayah dan Mamaku saja ada suatu ketika Kakak perempuanku adalah lulusan sekolah menengah kejuruan dari jurusan perbankan, setelah lulus nilai yang dimiliki Kakakku kurang memuaskan sehingga ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi, selain itu juga Kakaku setelah tahun kelulusan SMKnya belum medapatkan perkerjaan sampai saat ini, kadang alasan ini juga yang membuat masalah di keluarga saya. Suasan keluarga yang sangat tidak kondusif terkadang menjadi beban fikiranku hingga sampai pada satu titik aku merasa tidak nyaman dengan suasana tersebut, membuatku jarang terbuka atau berinteraksi dengan Ayah, Mama atau bahkan Kakaku sendiri.