Hari itu untuk pertamakalinya aku merasakan ada yang salah dalam diriku, hampir tiap malam tidurku terasa tidak begitu nyaman, karena fikiranku terus berkelana bertanya-tanya tentang apa yang salah pada diriku, dalam tidurku juga seringnya mucul mimpi yang menyeramkan bagiku, gambaran mimpiku melihat seorang Jani dan Rae yang datang menghampiriku dan mereka mengatakan beberapa hal kepadaku, yang paling aku ingat kata-kata yang selalu mereka katakan kepadaku dalam mimpi itu.
“Kamu enggak berguna, kamu sendirian enggak punya teman, mending kamu pergi jauh sana.” Bunyi kalimat yang selalu disampaikan Jani dan Rae dalam mimpiku waktu itu.
Setiap terbangun dari tidurku kepalaku seakan terasa begitu berat, namun aku masih menganggap apa yang aku alami dalam tidurku tersebut hanya sebagai “Pengalaman mimpi buruk” yang sedang mengganggu kenyamanan tidurku.
Badai Susulan
“Bagi seseorang masa anak-anak harusnya diisi dengan berbagai hal serta pengalaman yang indah baik dalam lingkungan keluarga maupun pertemanan, karena masa itu merupakan masa emas perkembangan anak. Namun semua itu tidak berlaku kepadaku, semesta punya jalan lain yang diberikannya kepadaku, aku harus merasakan banyak luka di masa-masa emas pekembanganku, luka yang seharusnya tidak dirasakan oleh anak seusiaku saat itu, dan untuk pertamakalinya aku merasakan ada hal yang aneh dalam perkembangan diriku saat itu.” Ucapku sembari tanpa terasa air mataku menetes dihadapan para audience yang ada.
Suaraku terbata-bata menjelaskan kisah perjalananku di masa-masa awal aku merasakan kedatangan penyakit yang aku rasakan sekarang, sejenak aku terdiam untuk menenangkan diri sebelum kembali melanjutkan menceritakan kisah perjalananku. Karena badai tidak akan hanya sekali datang di setiap hujan, seringnya ia menghadirkan kembali badai susulan untuk yang kedua kalinya, seolah semesta ingin menyampaikan bahwa ujuan yang kau alami belum selesai.
Setelah lulus SD aku memutuskan untuk bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Daarul qalam, membuka lembaran kisah kehidupan serta pertemanan baru, sudah tidak ada Jani, Shelly, Namira dan Rae dalam kisah kehidupanku saat itu. di masa-masa awal aku membuka kisah lembaran baru di SMP seolah semua berjalan dengan mudah, aku memiliki teman baik bernama Adriani dia teman sebangku dengaku di sekolah, anaknya cantik, baik dan pintar. Dia selalu membantuku ketika aku ada kesulitan dalam pelajaran di sekolah dan selalu ramah kepadaku, berteman dengannya membuatku selalu merasa nyaman serta bisa berkembang, aku sangat bahagia untuk pertamakalinya aku bisa memiliki teman yang baik kepadaku.
Selama masa awal di SMP seolah aku merasa menemukan lingkungan yang positif, hingga bisa membuatku berkembang secara baik, fikiran negative yang selama ini menganggu tidurku selama masa awal SMP sudah tidak pernah lagi menggangguku. Di SMP aku pernah diamanani mejabat sebagai ketua perpus sekolah, ini merupakan pengalaman pertamaku untuk ikut aktif dalam keorganisasian sekolah, saat itu kondisi perpustakaan di sekolahku sudah lama vakum dan sempat tidak berjalan kembali, setelah aku menjabat sebagai ketua perpus syukurlah pada waktu itu berkat bantuan, dukungan, bimbingan dari guru penanggung jawab perpus, serta semangat para anggota waktu itu perpus di sekolahku bisa di bangkitkan kembali di bawah kepemimpinanku. Bukan hal yang mudah menjadi pemimpin dan memegang kepercayaan dan tanggung jawab sebagai ketua perpustakaan terutama perpustakaan yang bisa dibilang di mulai membangun dari awal, ini pun merupakan sebuah pengalaman pertama kaliku memipin sesuatu organisasi. Di masa awal aku merasa sangat kesulitan memberikan arahan kepada SDM yang aku miliki karena selama ini aku lebih suka berkerja secara langsung ketimbang menyuruh orang. Semisal pada saat ada kegiatan kerja bakti ingin dibersihkan dan di rapihkan perpus yang saat itu kondisinya benar benar berantakan, aku masih ingat banyak buku baru yang hanya terbungkus di kardus tanpa diletakkan di rak buku karena tidak ada tempat rak untuk meletakkan buku yang baru itu karena saat itu rak masih terisi penuh oleh buku yang lama. Lantai dan rak buku pun penuh dengan debu, butuh waktu seminggu untuk membersihkan semuanya meyusun semua bukunya dan membuat perpus menjadi suatu tempat yang nyaman, dengan kondisi seperti itu aku merasa kesulitan mengatur SDM yang aku memiliki, beruntungnya aku dibimbing oleh Bu Rahma penanggung jawab perpustakaan untuk mengatur SDM sehingga agenda kerja bakti perpus bisa berjalan lancar. Saat menjadi ketua perpus aku sangat suka ketika mengadakan sosialisasi ke beberapa kelas sembari berbicara di depan banyak siswa-siswi di kelas dan megajak mereka untuk membaca dan meramaikan suasana perpustakaan sembari membagikan pin untuk siswa-siswi yang suka datang ke perpus. Semakin lama semakin banyak siwa dan siswi datang ke perpus untuk membaca buku, aku sangat senang hasil kerjasku dan teman teman membuah kan hasil, Saat itu untuk pertamakalinya aku merasakan bahwa aku bisa berguna dan bisa menghasilkan karya buat kemajuan perpus di sekolah, saat itu juga untuk pertamakalinya aku mengetahui bahwa sebenarnya aku memiliki potensi diri ketika aku berani berbicara di depan umum dengan lancar. Namun sayang sekali kemajuan perpustakaan di sekolahku tidak bertahan lama, adanya perpindahan masa jabatanku sebagai ketua, membuat perpustakaan sekolah kembali sepi dan mulai ditinggalkan.
Perjalananku di masa SMP tidak selamanya mulus, Senin pagi itu di Madrasah Tsanawiyah Daarul qalam sedang tidak ada guru yang mengajar dikarenakan Bu Rahel sedang sakit. Suasana kelas menjadi gaduh, teman-teman kelasku sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang tidur di kelas, ada yang bercanda, dan kacaunya ada segerombolan anak laki-laki merokok di belakang kelas, aku kaget melihatnya. Aku langsung bergegas keluar kelas dan menyampaikannya kepada Pak Budi guru BK tentang perilaku teman laki-laki yang merokok di kelas, tak lama setelah itu mereka dipanggil oleh Pak Budi dan dihukum dengan dipanggil orang tuanya. Dari situlah mulai bertambah kisah kelam perjalanaan kehidupan remajaku.
Sepulang sekolah sepedaku ditendang dan dirobohkan oleh Adi, salah satu teman laki-laki yang aku laporkan tadi.
“Ehh, lu yang laporin gue ke pak Budi ya?” Ucapnya sambil menendang sepedaku yang sudah terjatuh di tanah.
Aku tidak menjawabnya, aku hanya bisa menangis sambil mencoba berdirikan sepedaku.
“Lu tuh tukang ngadu ya?” Ucapnya sembari menarik kerudungku hingga tersingkap ke atas.
Aku tidak menjawab, hanya bisa menangis tersedu-sedu, kemudian pergilah Adi dari hadapanku. Aku coba merapikan kerudungku dan mencoba memberdirikan sepedaku, kukayuh sepedaku cepat-cepat sembari terus-menerus menangis sepanjang jalan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamarku tanpa mengeluarkan sepata kata pun. Aku menangis tersedu-sedu di sana. Hal itu membuat mamaku terheran melihatku pulang tanpa sepata kata pun sembari menangis langsung memasuki kamar, tak lama setelah aku memasuki kamar ada suara ketukan pintu kamarku terdengar memecah tangisku hari itu.