Gagal

1003 Words
Rio masih terlihat menghindari setiap bola api yang dilancarkan oleh Leo, bola-bola itu semakin cepat tetapi, dengan kecepatannya pula Rio menangkis bola-bola api itu dengan kedua pedangnya. Aula besar itu bahkan bercahaya karena efek api yang Leo keluarkan. "Skill apa itu? bagaimana bisa skillnya tidak terbatas? Ini bukan rintangan yang bisa di hadapi satu orang," ucap Rio nampak gelisah. Mungkin ini adalah batas kekuatan yang bisa ditempuh oleh karakter The Great Faster, karena untuk mendekati Leo saja cukup sulit, di tambah ia terus saja menyerang menggunakan bola api. "Belum ada bola api yang mengenaku, dan aku rasa ini hal yang cukup aneh karena aku mengira jika serangannya takkan meleset," ucap Rio masih bersiaga. "Wah, kau cukup tangguh juga ya? satu serangan ku tak ada yang bisa mengenaimu, tuh," ucap Leo dengan ekspresi tersenyum sembari mematikan api kecil di telunjuknya. "s**l, dia seperti meremehkan ku," ucap Rio nampak serius. "Hei, apa yang kau pikirkan, mana semangat mu? kenapa tidak menyerangku?" ucap Leo yang saat ini terduduk karena merasa jika Rio tak bisa menyerangnya. Rio langsung menyerang Leo dengan kecepatan yang sudah meningkat karena sebelumnya, poin talenta yang ia miliki bertambah dan ia masukkan ke dalam nilai speed. "s***h!" ucap Rio melancarkan serangan langsung ke arah depan dengan cepat. Namun, dengan mudah Leo membelokkan serangannya dan membuat serangan itu terasa sia-sia. Saat Rio baru saja melancarkan dua kali serangan, tiba-tiba dari arah belakang ia merasakan sesuatu yang mendekatinya. Roaaar! Suara seekor singa terdengar dari belakang. Rio menoleh dan terkejut karena seekor Singa berada di belakangnya. Bukan singa sembarangan tetapi, sekumpulan api yang membentuk seekor singa. "Ini gila, apa yang dia lakukan? mungkinkah serangan yang sebelumnya tak mengenaiku itu adalah kesengajaan yang ia lakukan agar bisa menciptakan singa api seperti ini?" ucap Rio nampak terkejut untuk kesekian kalinya. "Bagaimana? apa kau terkejut dengan apa yang bisa aku lakukan? bahkan aku bisa melakukan lebih dari yang kau lihat, pengendalian apiku ini adalah yang tertinggi dibandingkan pemilik api manapun," ucap Leo yang masih terduduk sambil tersenyum lebar. "Apa yang harus aku lakukan? singa ini nampaknya ingin menyerangku, ini seperti pertarungan dua lawan satu yang mana aku sangat dirugikan dengan posisi ini. Seandainya aku memiliki skill air," ucap Rio. "Kalahkan singaku jika kau ingin mengalahkan aku," ucap Leo berdiri lalu berjalan menuju singgasana untuk menyaksikan pertarungan Rio melawan singa apinya. Rio menoleh ke arah Leo dan melihatnya menjauh, seakan ia meminta Rio untuk melanjutkan pertarungan dengan Singa yang telah ia ciptakan. "s**l, aku harus berhadapan dengan singa ini, ya?" ucap Rio. Singa itu menyerang dengan lompatannya ke arah Rio sembari membuka mulutnya. Rio tak tinggal diam, dia lalu mengayunkan kedua pedangnya ke arah mulut singa api yang terbuka lebar itu dan membuat singa itu terlempar ke samping. "Bagus, singa ini cukup lemah dan masih bisa aku lawan," ucap Rio. "Kau cukup tangguh, ayo berikan aku hiburan yang jauh lebih menarik," ucap Leo yang duduk di singgasananya. Pertarungan Rio kembali berlangsung, kini ia nampak kesulitan karena apapun yang ia lakukan tak pernah bisa membuat singa itu kehilangan HP nya. "Apa-apaan ini? kenapa dia tidak kelelahan dan berkurang hpnya? atau jangan-jangan?" Rio nampak curiga dengan singa yang ia lawan saat ini. Rio tak diberikan waktu untuk berpikir lama dan menentukan strategi karena singa itu terus menyerangnya, apalagi saat ini ia mulai menyemburkan api dari mulutnya yang kemudian mengenai Rio. "Efek burn in, kalau seperti ini aku akan kehilangan HP secara perlahan, bagaimana ini? bagaimana aku bisa mengalahkannya?" ucap Rio. Pertarungan sengit itu terus berlangsung sampai akhirnya Rio pun kehilangan enam puluh persen HPnya hanya untuk menghadapi singa yang ada di hadapannya. "Bagaimana? apa kau sudah menyerah?" tanya Leo tersenyum. "Bagaimana cara mengalahkan singa api ini?" ucap Rio dengan ekspresi wajah khawatir. "Sudah cukup bermain-mainnya, aku akan mengakhiri semuanya," ucap Leo kemudian berdiri dan mulai mengangkat tangannya ke atas. "Apa yang akan dia lakukan?" tanya Rio melihat ke arah Leo. "Ultra Sun!" ucap Leo saat tangan kanannya ia arahkan ke atas. Sebuah bola api muncul dari tangannya kemudian membesar sehingga ukurannya hampir sepuluh kali lipat ukuran karakter di dalam game. "Apa?! besar sekali! apa aku harus melakukan ternik itu lagi?" ucap Rio bermaksud menggunakan teknik yang sebelumnya ia gunakan mengalahkan Cancer. "Sudah tak ada jalan keluar, matilah!" ucap Leo melemparkan bola matahari yang cukup besar itu. Bola matahari mengenai Rio dan seketika Rio pun kehilangan semua HPnya dan membuat ia gagal melewati aula Saint Leo. Saat ini Rio telah kembali ke pusat kota kerajaan Five Kingdom dan di sana ia bertemu dengan Christina juga Zean. Mereka bertiga akhirnya saling menceritakan apa yang mereka alami di menara PK itu. "Bagaimana pencapaian kalian?" tanya Rio yang saat ini duduk di bawah pohon besar di area taman kerajaan Five Kingdom. "Aku masih belum bisa melewati aula ke empat," ucap Christina nampak kecewa. "Aku sedikit lagi bisa mengalahkan Leo, tetapi aku kalah stamina dan daya tahan HP, mungkin kita harus meningkatkan kembali level kita dan meningkatkan statistik kita," ucap Zein nampak lelah. "Kau sendiri bagaimana?" ucap kedua orang itu. "Aku kalah bahkan sebelum aku berhasil menyentuh Leo," ucap Rio tersenyum. "Jadi kau sama seperti aku, terjebak di Aula Saint Leo," ucap Zein lagi. "Aku harus bisa mencapai tingkat terakhir dan menjadi yang terkuat, agar semua yang aku tuju bisa tercapai," ucap Rio nampak yakin. "Memangnya apa yang ingin kau capai?" tanya Christina. "Aku ingin menjadi proplayer dan melampaui ayahku," ucap Rio. "Kau punya ayah yang bermain game juga?" tanya Christina. "Tapi dia sudah pensiun," ucap Rio. "Pensiun?" tanya Christina. Saat mereka sedang asyik berbincang tiba-tiba Christina harus segera meninggalkan game karena ada sesuatu yang penting. "Eh, aku harus pergi dari sini, dadah," ucap Christina meninggalkan mereka. "Ya ampun permaisuri ku, kenapa dia sering meninggalkan aku," ucap Zein. Sementara itu di tempat Christina, ternyata Bernard sudah berada di sana. "Nona, sebenarnya ada berita penting yang harus aku katakan padamu," ucapnya nampak serius. "Apa? apa kau tahu cara keluar dari tempat ini?" tanya nya. "Tidak, tapi aku menemukan dokter yang cocok untuk mengembalikan ingatanmu," ucap Bernard. Sebuah fakta mengejutkan tentang Christina yang ternyata selama ini mengalami hilang ingatan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD