Kuakui, bersikap keras kepala setiap hari kepada Rendra itu melelahkan. Menguras tenaga, pikiran dan mungkin bisa membuatku mengalami penuaan dini. Menghadapinya itu harus dengan tekad 'membunuh', jika tidak aku sudah dijadikan b***k olehnya sejak awal. Lagipula, wajah sok tampannya itu tak akan bisa membiusku barang sedikitpun. Tipe cowok idamanku juga 180° beda jauh dengannya. Rendra lebih cocok berpasangan dengan perempuan cabe-cabean daripada denganku yang sangat-sangat sederhana ini. Oke, jangan tiru sikap jelekku. "Hooii Alya !! Lo dipanggil sampe teriak-teriak kayak gini masih kagak denger tuh kuping ?!" Lamunan kesalku terpecah belah seketika, kutoleh ke kanan untuk melihat sosok Selma yang sudah muncul tanduk di kepalanya. Astaga, nyawaku terancam. "Lo ngapain kesini ? Juga

