BAB 4 : RENCANA LAMA (REVISI)

1054 Words
SELAMAT MEMBACA  **** AUTHOR POV Di tempat yang berbeda, terlihat seorang pria muda tengah sibuk dengan tumpukan dokumen yang tak kunjung usai. Dia adalah Rey, lebih tepatnya Reynaldo Arya Trancargo. Seorang CEO muda Trancargo Company yang sebentar lagi akan resmi menjadi pimpinan tertinggi Trancargo Company menggantikan Daddy-nya yang akan pensiun. Dia adalah putra dari seorang Alexander de Trancargo dan Tiara Trancargo. Pengusaha sukses dan terkenal di negeri ini . Sekarang cabang Trancargo Company sudah ada di hampir semua negara – negara maju didunia. Perusahaan itu dibangun oleh kakeknya Gianan Trancargo. Kemudian dikelola oleh Daddy nya Alex lalu sekarang dia lah yang mengambil alih tanggung jawab atas Trancargo Company, sebagai pewaris tunggal keluarga Trancargo. Rey atau Reynaldo adalah seorang pengusaha muda yang sangat di segani oleh para koleganya, bahkan sepak terjang di dunia bisnis telah membuat Rey di kenal sebagai pembisnis bertangan dingin. Tidak ada proyek yang gagal di tangannya tidak ada tander yang akan lepas di hadapannya namun sepertinya keberuntungannya menjajaki dunia bisnis tidak seberuntung kehidupan pribadinya . Selama ini dia adalah sosok yang tertutup kepada siapa pun jika berkaitan dengan urusan pribadi apalagi menyangkut masalah percintaannya. Bukannya tidak ada wanita yang mendekatinya bahakan hampir di pastikan tidak akan ada wanita yang menolak pesonanya namun lagi – lagi Rey selalu menolak mentah – mentah bahkan tidak jarang dia mengeluarkan perkataannya yang tajam untuk mengusir hama yang bernama wanita yang menurutnya hanya mengganggu hidupnya saja. Entah siapa dan spesies wanita seperti apa yang akan menakluk kan keras dan dinginnya hari seorang Rey. Ketika tengah sibuk dengan dokumen – dokumennya, tiba – tiba terdengar suara pintu di buka. Krekkkk ….. Muncullah wanita paruh baya dari balik pintu meski dengan usia yang sudah tidak muda lagi namun penampilan dan dandanannya sangat anggun dan cantik, dia adalah Tiara Trancargo. "Ada perlu apa Mommy datang kekantorku?" tanyanya langsung tanpa basa basi. "Mommy nya datang bukannya di sambut, suruh duduk atau sekedar basa basi busuk. Ini malah langsung ditanya to the point banget sih kamu." Ucap Mommy Tiara dengan kesal. "Mommy silahkan duduk, Mommy ada perlu apa kemari? Aku sedang sibuk Mom." Ucapnya dengan nada melembut. "Mommy cuma mau ngasih tau kamu, tentang rencana perjodohanmu." Ucap Mommy Tiara dengan wajah serius. “Lagi?” “Selama masih ada penolakan maka masih akan lagi dan lagi.” "Mom bukan kah aku sudah bilang, aku belum ingin menikah. Kenapa Mommy selalu memaksaku?" Ucapnya dengan nada kesalnya. "Apa lagi yang kamu tunggu, pekerjaan sudah mapan, penghasilan bahkan cukup untuk tujuh keturunan, lalu kenapa sampai sekarang kamu belum juga mengenalkan Mommy dengan calon istrimu?" tanya Mom Tiara menggebu. "Bukannya aku tidak mau mengenal kan Mommy tapi aku memang belum menemukan yang cocok saja Mom, mengertilah aku. Mencari calon istri itu tak semudah mencari baju di toko Mom." "Sayang cobalah membuka hatimu, jangan terpaut dengan masa lalu. Jika kamu masih menginginkannya maka kejar bawa di kehadapan Mommy apalagi yang kamu tunggu?" "Apa maksud Mommy?" tanya Rey pura – pura tidak mengerti arah pembicaraan ini. "Rey Mommy ini Mommy mu dan Mommy juga tau apa yang telah terjadi sama anak Mommy ini. jadi dengar kan Mommy cari dan temukan dia atau lepaskan dan temukan yang lain." Ucap Mom Tiara menasehati putra semata wayangnya yang keras kepala itu. "Mom aku nggak ngerti maksud Mommy, ini nggak ada hubungannya dengan masa lalu Mom. Aku cuma belum menemukan yang cocok aja. Tunggu dan bersabar lah Mom." ucap Rey memberi pengertian. "Lalu sampai kapan Mommy harus menunggu lagi, pokoknya keputusan Mommy sama daddy sudah bulat, rencana perjodohan kalian sudah kami rencanakan sejak lama." Ucap Mom Tiara tak terbantahkan. "Terserah Mommy saja, tapi keputusan terakhir tetap ada ditanganku. Dan Mommy nggak bisa maksa itu. Sekarang lebih baik Mommy pulang dan istirahat. Karena aku banyak perkerjaan," jawab Rey dengan wajah frustasinya. "Baiklah, jangan lupa makan siang. Mommy pulang, love you" jawab Tiara sembari berjalan keluar ruangan. "Love you too Mom." Kemudian dengan perasaan dongkol karena ucapan Mommy nya barusan Rey melanjutkan pekerjaannya. Bagaimana mereka bisa merencanakan perjodohan tanpa persetujuannya. Apa tidak bisa mereka diam dan menunggu di bawakan calon menantu kenapa harus bersusah payah mencari dan menjodohkan yang akhirnya akan sia – sia saja. *** Sudah satu minggu ini Rara lembur terus dan selalu pulang lewat jam 9 malam, sebenarnya bukan hanya dia yang lembur karena banyak teman – teman dan karyawan dari devisi lain yang juga ikut lembur. Sekarang sudah hampir jam setengah sepuluh malam, Rara pun memutuskan untuk pulang. Saat tengah asik mengendarai motornya tiba – tiba saja ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan penuh dari arah belakang yang tak sengaja menyenggol stang motornya hingga stang motor Rara oleng dan dia pun terjatuh ke samping jalan. "Awwww..." jerit Rara Mobil itu pun menepi dan tak lama kemudian keluarlah pemilik mobil itu . "Kamu tidak papa?" ucap pria itu dengan ekspresi datarnya. "Nggak papa? Mata situ buta? Nggak lihat orang luka begini. Kalau nggak bisa bawa mobil mending jalan kaki aja, daripada bikin orang lain celaka.” Ucap Rara dengan kesalnya lalu berusaha berdiri Pria yang dibentak pun hanya diam seribu bahasa dengan ekspresi datarnya, seperti tidak terjadi sesuatu. "Sudah ngomelnya?" tanyanya dengan santai tanpa merasa bersalah sedikitpun, hal tersebut semakin membuat Rara merasa kesal. Tapi kemudian Rara pun tersadar akan suatu hal. "Kamu yang tadi nabrak aku tadi di cafe kan. Terus sekarang buat aku celaka juga. Memang sial kayanya aku setiap ketemu kamu."  Amarah Rara menggebu. "Seharusnya saya yang bicara seperti itu, sial sekali hidup saya ketemu perempuan bar – bar seperti kamu." "Dasar aneh, bukannya minta maaf justru ngomel nggak jelas." "Ini kartu nama saya, hubungi saya jika kamu perlu uang ganti rugi biaya berobat dan perbaikan motor," ucap pria itu sembali memberikan kartu namanya. "Nggak usah, terimakasih!" ucap Rara kemudian melempar kartu nama itu dan kembali menaiki motornya menuju apertemennya. Dia terlalu kesal dengan sikap laki-laki itu, dia tidak akan sudi menerima kartu nama ataupun berurusan lagi dengannya. Untung saja lukanya tidak serius dan hanya lecet di bagian tangan dan sedikit memar dibagian kakinya. Rara meninggalkan pria aneh itu seorang diri, di jalanan yang sudah sepi karena hari memang sudah sangat larut. Pria tadi yang tak lain dan tak bukan adalah Rey hanya bisa memandang kepergian Rara dengan tatapan yang sulit diartikan. *****BERSAMBUNG **** WNG, 14 JULI 2020  SALAM  E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD