BAB 6 : OMG! INI BUKAN APRIL MOOP? (REVISI)

3202 Words
SELAMAT MEMBACA  ***** Hari ini Rara senang sekali sebab apa, baru saja dia mendapat telpon dari mamanya, katanya opa dan omanya yang selama ini tinggal di Lombok datang berkunjung. Mama Ana meminta Rara untuk pulang, karena oma dan opanya sangat merindukan cucu kesayangannya. Setelah pulang kerja, Rara kemudian mengendarai motornya menuju rumah orang tuanya. Sesampainya di sana, Rara disambut dengan pelukan hangat sang opa. "Opa kok nggak bilang, kalo hari ini mau pulang. Kan Rara bisa jemput di bandara. Rara kengen deh sama Opa?" Ucap manja Rara "Opa kan mau kasih kejutan buat cucu opa yang cantik ini, opa juga kangen sama kamu sayang."  Ucap lelaki yang sudah berumur senja, namun masih terlihat jelas gurat ketampanannya itu. "Sama Oma nggak kangen ya?" tiba - tiba seorang wanita yang masih terlihat cantik meski usianya sudah tidak muda lagi, muncul dari dapur. "Omaaa.... Rara juga kangen sama Oma. Oma lama banget sih nggak datang jenguk Rara. Oma lagi apa didapur?" tanya Rara langsung memeluk sang oma. "Oma juga kangen kamu, Oma tadi buat puding coklat kesukaan kamu. Coba deh kamu cicipin." Ucap omanya sembari memberikan puding coklat ditangannya. "Ehhmmmm .... Sudah kangen-kangenannya?" "Ehhh Papa, udah kok Pa," jawab Rara dengan senyum manisnya. "Ayo kita makan malam dulu," panggil mama Ana dari ruang makan. Mereka semua makan malam dengan lahapnya, hanya bunyi dentingan garfu dan sendok yang beradu. "Oiya belum lama ini Opa ketemu sama anak sahabat lama Opa. Itu Alex anaknya Gianan kamu masih ingat kan Ar, dia sudah kembali katanya akan kembali menetap di Indonesia?” Papa Arta yang di tanya hanya menjawab dengan anggukannya. “Lalu??”  Rara menasaran dengan lanjutan cerita opanya. “Ternyata putra nya itu belum menikah,” jawab opa lagi. “Ya berarti memang belum dapat jodoh Opa. Terus kenapa kalau dia belum nikah toh jaman sekarang sudah biasa kan berkarir dulu baru menikah.” Jawab Rara dengan cueknya. “Bukan begitu Sayang, dulu sekali Opa sama Opa Gianan pernah berjanji akan menjodohkan anak – anak kami untuk merekatkan kembali persahabatan kami karena kami sudah bersama sejak muda.” “Tapi Mama bukan anaknya opa Gianan, Mama anaknya Opa Dirga,” Rara sedikit berguman. “Ya karena itu alasannya, ternyata papa kamu lahir sebagai laki – laki dan Alex pun juga laki – laki jadi kami tidak jadi menjodohkan mereka, akhirnya janji itu pun tertunda antara mereka tapi...” “Opa jangan sedih, meskipun kalian nggak jadi besanan kan yang penting kalian tetap bisa bersahabat.” Rara berusaha sedikit menghibur opanya yang terlihat sedikit sedih mengingat keinginannya yang gagal. “Siapa bilang gagal, meski kami tidak jadi menjodohkan anak – anak kami tapi kan masih ada cucu kami ...” Opa tersenyum ketika mengatakan itu, semua orang yang mendengarnya pun ikut tersenyum. Meski tak begitu faham maksud opanya namun Rara tetap ikut tersenyum. “Oooohhh Opa mau menjodohkan Abang, ya sudah jodohkan saja Opa. Kasian Abang itu sudah tua tapi belum punya pasangan hehehehe.” “Tapi Alex itu tidak memiliki anak perempuan Sayang anaknya hanya satu laki – laki.” “Yaa sayang sekali, berarti Opa nggak bisa berbesanan lagi sama keluarga mereka Abang kan juga laki – laki. Jadi mending nanti buyut Opa aja.” “Kamu itu sebenarnya nyangkut nggak sih Ra di ajak bicara Opa dari tadi kok Mama malah bingung sama kamu.” Mama Ana ikut berbicara karna sepertinya putri nya sudah terlalu setres hingga tidak faham apa yang di katakan oleh mertuanya sedari tadi. "Opa masih sehat Sayang, nggak mungkin jodohin abang kamu," ucap opanya dengan wajah serius. "Maksud Opa apa sih, Rara nggak ngerti. Siapa yang mau dijodohin, siapa dengan siapa?" ucap Rara dengan wajah bodohnya. "Ya kamu lah," jawab mereka berempat secara bersamaan . Jedarrrrrrrrr......... suara apa itu tadi??? Seperti disambar petir disiang bolong, Rara serasa tak percaya mendengar apa yang mereka katakan. "Hahaha, ini pasti April moop ya."                                                                    "Ini bulan Juni Sayang," ucap papa Arta.  “Yaakk kenapa aku, kenapa bukan Abang?” Rara berusaha mengelak dari kenyataan bahwa dia lah yang akan di jadikan umpan kali ini.  “Karena kamu perempuan dan Rehan laki – laki,” Jawab opa santai. “Iya sayang sebenarnya kami sudah merencanakan perjodohan ini dari dulu, tapi baru mau kesampaian sekarang. Karna keluarga mereka yang pindah ke Jerman selama ini jadi Perjodohan itu sedikit tertunda.” Ucap papa Arta dengan halus berharap putrinya itu faham dengan apa yang di bicarakannya. "Lalu kenapa aku?" Tanya Rara lagi masih dengan wajah bodohnya. "Masa ya Mama yang mau Papa jodohin sama anaknya om Alex itu," ucap papa Arta sambil menggelengkan kepala. "Opa sama daddy nya dia itu sahabat Opa sama Papa kamu Ra dan dulu mereka sudah berjanji untuk menjodohkan putra putri mereka. Untuk mempererat persahabatan," ucap mama Ana dengan senyum yang mengembang. "Tapi ini sudah buka zamannya Siti Nurbaya lagi Opa, Mama, Papa. Perjodohan di jaman sekarang sudah nggak musim," kelah Rara dengan wajah melasnya. "Mau zamannya Siti Nurbaya, Siti Maimuna, Siti Fatimah sampai ada lagi Siti yang lain keputusan Opa sudah bulat dan Opa tidak mau mengingkari kesepakatan bersama yang Opa buat dulu. Opa ingin sekali berbesanan dengan keluarga mereka dan Opa harap Rara mau mengabulakan keinginan Opa ini,” jawab opa dengan tegasnya. "Tapi Rara nggak kenal sama dia Pa, nanti kalau orangnya jelek terus kasar, terus lagi nanti kalo orangnya sudah tua gimana, perutnya buncit, kepala botak dan om om punya anak banyak  huaaaa Rara nggak mau. Mungkin karena itu dia nggak laku, karena jelek dia nggak laku jadi mau di jodohkan sama aku.  Kalau gitu ceritanya dia untung lah aku nya jadi bunting," jawab Rara dengan wajah lesu. "Kamu tenang aja Sayang, masa sih Opa mau jodohin kamu sama orang kaya gitu. Opa kenal betul bagaimana anaknya. Umurnya nggak tua -tua banget sayang cuma beda 4 atau 5 tahun sama kamu, dan yang jelas itu itu bukannya nggak laku kamu jangan asal bicara." Jawab opa tetap dengan pendiriannya. "Dan yang penting dia, ganteng, muda, baik, sopan santun dan nggak seperti yang kamu bilang tadi Sayang," sahut papa Arta. "Maaaa.." Rara menoleh pada meminta bantuan pada mamanya. "Mama yakin nanti kalau kamu udah ketemu sama dia, pasti langsung suka." Ucap mama Ana menenangkan Rara sambil tersenyum. "Oiya sayang, Opa lupa bilang pesta pertunangan kalian akan diadakan bersamaan dengan ulang tahun perusahan nanti, jadi kamu harus siap - siap mulai sekarang. Masalah yang lain nya biarkan Mama dan Oma yang mengurus," ucap opa lagi semakin membuat Rara tidak berkutik untuk mengelak dari perjodohan itu. “Tapi kan dia belum tentu mau sama Rara Opa?” jawab Rara dengan suara lirihnya. “Siapa sih yang akan menolak cucu Opa yang cantik ini.” Rara pun hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tak ada pilihan lain, daripada harus berdebat yang tak akan membuah kan hasil. Karena Rara sangat faham bagaimana sikap papa dan Opa nya itu. Akhirnya Rara pun memutuskan untuk kekamar lalu tidur .   FlashBack on Brukkk .. "Huwaaa sakit," terlihat gadis kecil terjatuh dari sepedanya . "Nemo kamu kenapa, mana yang sakit?" seorang anak laki - laki menghapirinya dengan wajah cemas nya. "Anemone sakit, huwaaa," tangisnya semakin pecah. "Nggak papa Nemo Sayang, ayo Kakak obatin." "Huuuuuu sakit, pelan –pelan." "Iya ini sudah pelan, lain kali jangan main sendiri." "Habis kamu lama sih jadi aku main sendiri." "Aku kan ambil minum Nemo, ini sudah aku obatin ." "Makasih Anemone." "Sama - sama Nemo." Flashback off **** Rara POV Ballroom hotel berbintang lima itu telah disulap menjadi tempat pesta dengan dekorasi mewah. Semua pekerja di hotel itu telah sibuk dengan tugasnya sendiri - sendiri sejak siang tadi. Karena malam ini akan diadakan pesta perayaan ulang tahun Collin Holding yang ke 45 tahun.  Dua minggu sejak perdebatan tentang perjodohan itu dan dalam waktu dua minggu juga aku sudah berfikir bagaimana cara membatalkan perjodohan itu semua cara sudah aku lakukan namun tetap saja perjodohan itu tidak dapat di batalkan. Dan malam ini adalah hari ulang tahun perusahaan sekaligus pertunanganku  dengan calon suaminya yang  rupanya saja belum aku ketahui jangankan rupanya bahkan namanya saja aku tidak tau. Katakan aku memang apatis selama dua minggu ini aku terlalu sibuk meratapi nasibku yang kurang beruntung sampai mengabaikan hal – hal yang seharusnya aku ketahui. Menjelang malam tamu undangan sudah memadati area acara. Termasuk keluarga serta kerabat keluarga Collin. Sejak tadi aku berusaha mencari – cari sekiranya orang yang akan menjadi calon suami ku . Tapi tak satu pun orang yang masuk kemungkinan menjadi calon suami ku. Aku mulai menyerah toh nanti dia juga akan keluar, aku hanya berusaha mengikuti kehendak takdir dan berusaha menerimanya meski berat. Acara dimulai dengan sambutan dari papa selaku ketua sekaligus pemilik Collin Holding. Ku lihat papa berjalan menuju podium dengan diiringi tepuk tangan yang meriah. "Selamat malam dan salam sejahtera untuk kita semua  bla bla bla.... " Kudengar sambutan papa menggema memenuhi ruangan semua pasang mata terfokus kepada papa yang berdiri di atas panggung.   "Dan pada saat yang berbahagia ini saya akan mengenalkan orang - orang terkasih saya yang ada dibalik kesuksesan saya dalam menjalankan Collin Holding hingga bisa menjadi perusahaan yang sukses seperti sekarang ini. Tanpa mereka mungkin saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini.  Pertama adalah istri saya Ana Aurelys Dirgantara." Kulihat semua mata tertuju pada mama, dengan tepuk tangan meriah mama naik keatas podium menghampiri papa yang masih berdiri di belakang podium. "Lalu dia adalah putra saya yang saat ini tengah mengelolah cabang Collin Holding yang berdiri di luar negeri, Rehan Arta Collin." Sedikit terkejut memang karena papa menyebutkan nama Bang Rehan, yang kuketahui sekarang sedang berada di Inggris. Lalu tak lama sang empunya nama berjalan menuju podium dengan balutan jas hitam yang melekat pas ditubuhnya . Siapa saja wanita yang melihat abangku yang tampan ini pasti akan langsung bertekuk lutut dengan nya. Dia berdiri disamping papa dan mama, ini adalah kejutan tak terduga, jadi Bang Rehan pulang, kenapa tidak ada yang mengatakan sebelumnya. Rasanya sangat rindu dengan abangku yang tampan itu. "Dan orang terkasih saya yang satu ini adalah putri kecil kami yang sangat kami sayangi Sera Aurelys Arta Collin." Suara papa dan tepuk tangan yang menggema di ruangan itu menyadarkan aku dari lamunanku. Dengan senyum manis kulangkahkan kakiku menuju podium bergabung dengan keluargaku. "Malam yang berbahagia ini, tak hanya akan di adakan acara ulang tahun Collin Holding namun juga acara tunangan putri saya dengan Reynaldo Arya Trancargo," ucap papa dan disambut meriah oleh seluruh tamu undangan. Papa   benar - benar menyiapkan semua ini dengan matang bahkan tidak ada celah untuk aku kabur. Tapi tunggu aku seperti tak asing dengan nama itu tapi siapa aku lupa. Apa boleh buat aku hanya bisa memasang senyum palsu. Tak beberapa lama kulihat seorang pria tengah berjalan kearahku dan siapa dia ya tuhan rasanya saat ini juga aku ingin kabur dari tempat ini, namun melihat orang – orang yang begitu banyak, dan lagi opa dan oma yang tengah duduk di meja sambil tersenyum apa aku tega mengecewakan mereka membuat malu mereka. Dia lagi - laki itu, pria sombong itu. Jangan bilang dia calon tunanganku, ya tuhan pulangkan aku ke pluto saja saat ini juga. Kulihat dia hanya tersenyum manis, tapi apalah arti senyum itu dengan keadaanku sekarang. Menjalani pertunangan dengan dasar perjodohan. Aku pun terpaksa, garis bawahi TERPAKSA harus bertunangan dengan dia, karena tidak mungkin aku membuat keluarga Collin dan Trancargo malu akan sikapku jika aku benar-benar membatalkan pertunanagan yang sudah ada di depan mata ini. Kami pun melaksanakan acara tukar cincin. Cincin cantik dengan tambahan berlian yang membuatnya terlihat manis adalah aksen biru yang mengelilingi cincin. Sungguh benar - benar cincin yang cantik setidaknya aku mendapatkan cincin yang cantik yang sedikit menghiburku dari paksaan perjodohan ini. Aku pun tersenyum melihat cincin cantik itu melingkat manis di jariku ingat aku mengagumi cincinnya bukan berarti aku sudah menyetujui pertunangan ini. Setelah selesai bertukar cincin kami pun mendapat kan tepuk tangan yang meriah dari semua orang, sedangkan kami sebagai pemeran utamanya malam ini, kami tidak saling bertegur sapa, kami hanya saling diam dan tersenyum sebagai rasa sopan, sampai kemudian aku kami kembali ke tempat semula. Semua orang menikmati hidangan yang telah disajikan. Ku lihat semua sedang sibuk dengan urusannya masing – masing. Entah kemana pria tadi, setelah prosesi pertunanagn aku tak melihatnya lagi. Memangnya apa peduliku lalu tiba - tiba kurasakan ada sebuah tangan yang memeluk erat pinggangku  "Hallo Sayang, tidak rindu Abang?"  suara yang sangat kukenali sekaligus kurindukan. "Bang Han, kenapa Abang pulang nggak bilang-bilang. Abang sudah tidak sayang lagi sama Rara." Ucapku manja terhadap abangku ini, dan kalian tau apa reaksi wanita - wanita di sekitarku mereka memandangku dengan tatapan iri. "Heyyy nggak mungkin Abang nggak sayang lagi dengan adik manjanya yang cantik ini. Abang sengaja memeberi kamu kejutan Sayang. Nggak mungkin Abang nggak pulang dihari pertunangan adik Abang sendiri." Ucap Bang Han, kemudian mencium keningku dengan sayang. Mungkin bagi yang tidak tau mereka akan mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih. Kemudian kami pun saling berpelukan melepas rindu. "Ehemmm," aku mendengar suara berat seorang pria refleks aku dan Bang Han pun menoleh keasal suara. Dan siapa ini, pria sombong itu lagi. Ralat sekarang dia adalah tunanganku. "Haii Rey, lama tidak jumpa, bagaiamana keadaanmu kawan? Aku dengar sekarang sudah menjadi Ceo pusat Trancargo Company. Wahhh benar - benar mengagumkan sahabatku yang satu ini. " Ucap Bang Han kemudian  memeluk si sombong itu. "Jangan terlalu kaku Han santai saja kita tidak sedang rapat. Bukan aku yang pergi, tapi kamu yang pergi ke Inggris. Keadaanku sangat baik, bagaimana dengan kamu sendiri?" ucapnya, membalas pelukan Bang Han. Apa mereka saling kenal ya tuhan apalagi ini. "Oiya sayang, Rey ini adalah sahabat Abang dulu. Apa kamu ingat dia?" ucap Bang Han membuyarkan lamunanku. Bang Han bertanya apa aku ingat dia, jelas aku ingat manusia menyebalkan yang membuat ku sial di dua kali pertemuan kami. "Hai Nona Sera kita bertemu lagi dan tidak saya sangka kita sekarang telah bertunangan," ucapnya dengan senyum devil nya yang benar – benar memuakkan bagiku. Aku pun hanya diam, karena bingung harus menjawab apa. "Kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" tanya Bang Han "Iya " " Tidak " ucap kami bersamaan. Bang Han mungkin bingung dengan sikap kami "Kalian disini rupanya, Mama mencari kalian kemana – mana."  Dan ku lihat mama dan papa berjalan kearah kami, tunggu siapa sepasang suami istri yang berada di belakang mama dan papa. "Sayang kenalkan ini Om Alex Trancargo dan itu istrinya Tante Tiara. Kamu mungkin lupa dengan mereka."  Ucap papa mengenalkan mereka kepadaku. Jangan kan lupa, bertemu saja sepertinya baru kali ini. Kemudian aku pun menyalami mereka sebagai bentuk tanda hormatku kepada orang yang lebih tua. "Haii Sayang, jadi ini ya Rara kecil yang dulu itu ya. Kamu cantik sekali sekarang Sayang, tante jadi pangling," ucap tante Tiara kepadaku "Iya dia Rara putri kecilku dulu, sekarang dia sudah besar. Dia memang sangat cantik seperti mamanya." Jawaban papa mengundang tawa di antara mereka, aku yang tak mengerti dengan keadaan sebenarnya pun hanya bisa tersenyum simpul. "Kalau sama yang ini pangling nggak Ra?" tanya mama ke tante Tiara. "Kalau yang ini ggak dong, wah Rehan kamu sudah besar sekarang tambah tampan pula. Dulu waktu masih sering main kerumah kamu masih kecil ya," ucap tante Tiara. "Oiya Sayang, ini Rey. Lucu ya Tante kenalkan kamu sama tunangan kamu sendiri. Kamu pasti sudah lupa, sudah lama banget kalian nggak ketemu. Terus tau - tau udah ditunangin aja." Kata tente Tiara. Apa maksudnya sudah lama tidak bertemu, siapa bilang. Bahkan dia yang sudah membuat hidupku sial dalam beberapa hari ini. Belum sempat lagi aku menjawab namun sudah didahului oleh orang yang katanya tunanganku itu.  "Tidak saya sangka kamu adalah putri keluarga Collin dan sekarang kita bertunangan semakin cantik.” “Rey kok bahasanya masih kaku sih, santai aja dong masa sama calon istri pakainya saya kaya mau rapat aja.” “Ya Mom.” Benar - benar menyebalkan, apa- apa an dia ini. Apa sih maunya. Mungkin semua wanita mengharapkan berada diposisiku sekarang siapapun kalian wanita – wanita yang ada di muka bumi ini siapa pun yang mau menggantikan posisiku saat aku pasti akan sangat berterima kasih kepada kalian. Benar - benar memuakkan ahhhhgggggg...... "Oiya Sayang kalian disini dulu ya, Mama Papa, sama yang lainnya mau bertemu rekan bisnis kami. Kalian ngobrol- ngobrol dulu aja, bernostalgia masa lalu kan kalian sudah tunangan bentar lagi kalian akan menikah." Ucap mama, mengedip kan sebelah matanya. "Apaa .... menikah.... Siapa ???" ucapku spontan "Kamu dengar Nona kita akan segera menikah." Ucapnya lagi-lagi dengan senyum devil. "Kenapa kamu nerima perjodohan ini?" "Karena aku, mau membahagiakan orang - orang yang ku sayang." "Kenapa aku?" "Lalu siapa, mereka maunya kamu." "Kalau aku nggak mau kamu mau apa?" tanyaku menantang. "Keputusan ada ditangan kamu Sayang," ucapnya jail. Tapi apa aku sanggup membatalkan perjodohan ini, apa aku sanggup mendapat hukuman dari papa, apa lagi kalau harus dapat amukan dari opa. Membayangkannya saja aku sudah bergidik ngeri. Tak terasa kami mengobrol sudah sangat lama, meski kebanyakan hanya diam karena aku masih bingung harus membicarakan apa. Entah sudah berapa lama kami duduk bersama, tapi sepertinya sudah lumayan lama.   kring kring .... from: Mama Sayang, mama papa sama opa oma pulang duluan ya. Soalnya tadi Rey bilang dia yang mau antar kamu pulang. Hati- hati di jalan sayang .. To: mama Iya Ma, Mama juga hati - hati Setelah membaca dan membalas pesan dari mama, aku pun melirik ke arah Rey. Dia tersenyum seolah mengatakan sesuatu. "Apa mau pulang sekarang?" Aku hanya diam lalu melangkahkan kakiku keluar gedung perayaan. Kurasakan ada sebuah tangan yang merangkul pinggangku "Mobilnya disini Sayang." Aku pun hanya pasrah mengikutinya. Dalam perjalanan tak ada suara, hanya sunyi yang menyelimuti keadaan kami sekarang. Aku pun berusaha membuka percakapan. "Pak Rey ..." panggilku pelan. "Ya, jangan pakai Pak karena aku bukan bapakmu tapi calon suamimu." Demi apa kenapa dia sekarang berubah menjadi manis. "Oke baiklah, Rey boleh aku bilang sesuatu." Aku merasa jijik mendengar suaraku sendiri kenapa jadi begini, bisa – bisa dia besar kepala lagi nanti mikirnya aku sudah mau jadi istrinya padahal jangan kan jadi istrinya kalau boleh di minta dia tidak ingin bertemu lagi dengan laki-laki itu. "Hemm.." "Tolong rahasiakan hubungan kita dari publik, jangan sampai orang dikantorku maupun kantormu tau hubungan kita." Ucapku memohon kepada Rey. "Kenapa begitu?" "Aku maunya begitu, nanti kamu juga tau alasannya, yaa."   "Baiklah kalau itu yang kamu mau, tapi aku nggak bisa jamin rahasia ini tersimpan rapat ya." Ucapnya sembari mangacak rambut atasku. "Setidaknya tidak sekarang mereka mengetahuinya," jawabku. 20 menit berlalu .... Rey mengantarku sampai rumah. "Masuk, terus tidur. Good night Sayang," kemudian dia mencium keningku. Cup … Haaaa apa apa an ini, kenapa dia seenaknya menciumku. Apa hubungan kami berkembang secepat itu, apa dia sama sekali tidak merasa beban di jodohkan secara paksa seperti ini kenapa seolah-olah dia bahagia. Aku memutuskan tidak ambil pusing, lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya segera tidur setelah membersihkan diri lalu melupakan semua kejadian tadi. Anggap saja tadi hanya angin berlalu. * * * B E R S A M B U N G * * *  JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE AND COMENT , BIAR CEPAT LANJUT NEXT BAB ...   WNG, 14 JULI 2020 SALAM  E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD