Prolog

366 Words
        Berada di taman bukanlah hal yang buruk untuk dikunjungi oleh anak-anak, seperti yang dilakukan seorang anak laki-laki berumur 5 tahun yang memakai baju biru tua dengan celana yang senada sambil memegang sebuah permen kapas di tangan kanannya.         Anak laki-laki itu mengedarkan tatapan takutnya ke sekeliling taman yang ramai didatangi orang, “Ayah... Bunda...” gumamnya sedikit merasa ketakutan sembari menggigit jarinya guna menyalurkan rasa takutnya itu. Namun, bukannya rasa tenang yang ia dapatkan, ia malah semakin merasa ketakutan di tengah kerumanan banyak orang seperti saat ini.         Kebisingan yang terjadi karena percakapan orang-orang di sekitarnya membuat anak laki-laki tersebut semakin jatuh dalam rasa takutnya hingga menangis menjadi pilihannya.         Anak laki-laki itu menangis dengan kencang dan mengindahkan keadaan sekitar yang mulai mencuri perhatian ke arahnya. Ia menangis dengan diselimuti rasa takutnya. Bahkan di keadaannya seperti sekarang pun kedua orang yang ia sebut sebagai ayah dan bunda itu tak kunjung juga memunculkan batang hidungnya.         “Jangan nangis,” suara seorang anak kecil perempuan yang seumuran dengannya masuk ke dalam indra pendengarannya hingga membuat anak laki-laki tersebut menghentikan tangisnya untuk sesaat. Anak laki-laki itu menatap wajah anak perempuan yang ada di depannya dengan wajah cengo, sedangkan sang anak perempuan melemparkan senyum manis ke arahnya sambil mengulurkan tangan ke arah anak laki-laki tersebut. “Main sama aku yuk, biar gak sedih lagi.”         Suaranya yang sangat imut begitu menarik perhatian anak laki-laki yang masih terdiam memandangi senyum indah yang terukir di bibir anak perempuan tersebut. Anak kecil perempuan ini begitu menyita perhatiannya.         Karena sudah gemas dengan kesetiaan diamnya anak laki-laki itu, tanpa aba-aba anak perrempuan tersebut langsung menarik tangannya dan membawanya berlarian di sekitar taman. Hanya diperlukan beberapa menit untuk beradaptasi dengan anak perempuan itu, keduanya pun bermain bersama untuk waktu yang lama.         Kini, dua orang anak kecil yang tanpa sengaja bertemu di sebuah taman itu telah bersahabat untuk jangka yang panjang. Keduanya sekarang telah menjelma jadi sepajang remaja yang telah menduduki bangku SMA. Dan salah satu diantaranya atau mungkin keduanya telah merasakan perasaan yang berbeda terhadap satu sama lain.         Gabro Antariksa dan Gevilda Rain, masih setia dengan kata persahabatan yang melindungi rasa suka mereka. Namun, disuatu ketika, Gabro mendeklarasikan sesuatu di depan semua orang dengan Gevilda yang pada akhirnya akan menyakiti keduanya dan juga menjadi sebuah peretak untuk hubungan persahabatan mereka.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD