pertemuan kembali

1117 Words
3 tahun kemudian "woyyy Nayaaa!! bangun lu." teriak evan dengan kencang yang membuatku terbangun dari mimpiku. "ah berisik banget sih!. " teriakku kembali, sambil ku tutup wajahku dengan bantal. aku benar-benar malas untuk bangun dan si evan alay ini, seenak jidatnya berteriak di kupingku. pertemuan singkat manis yang ku ucap dulu, ingin ku tarik kembali dan inginku hempas dia jauh jauh dari ku. Tapi kami satu kampus dan satu prodi yang sama. saat itu aku mengira jika aku satu kampus dengannya aku akan baik baik saja, karena aku dan dia bersahabat jadi tidak masalah. tapi setelah dia berada di dekat ku 3 tahun ini, dia benar-benar membuat ku jengkel. Ada saja kelakuan bodoh nya yang membuatku berada dalam masalah. "gua bilang bangun, lu gak akan kuliah apa?" belum lama ini dia melakukan hal bodoh lagi yang membuatku malu untuk menginjakan kaki di kampus. Bagaimana tidak, pacar nya yang entah ke berapa itu melemparkan minumannya ke baju ku. lalu apa yang lebih parahnya lagi? aku memakai baju putih dan membuat baju yang ku kenakan menjadi tembus pandang, apalagi saat itu banyak orang kan itu sangat memalukan. masalahnya adalah karena pacarnya itu menyangka jika aku adalah selingkuhan nya Evan. Itu membuatku benar-benar kesal, entah kenapa takdir ini sangat menyebalkan dan ini bukan kali pertama yang aku alami. ku singkirkan bantal yang berada di wajahku dengan kesal, ku tatap dia dengan tajam biar dia tau kalau aku benar-benar kesal padanya. "apa? ha apa?" ucap Evan dengan melihatku waspada. "lu! apa lu gak tau salah lu apa ha? " tanyaku dengan kesal. "kenapa? apa salah gua?. " tanyanya kembali dengan wajah tak berdosa nya itu. "malah balik tanya, lu ga tau atau pura-pura ga tau Ha? " "ih iya iya gua minta maaf, eh ini juga salah lu kali. gua udah berapa kali bilang sama lu jangan pulang lewat kantin, nah kan lu kena akibatnya ngeyel sih jadi orang. " Jawabnya yang membuatku tambah lebih kesal. "ngeyel? gua udah tanya sama lu kenapa gua gak boleh jalan kantin dan lu... " "stop! udahlah jangan di bahas, gua kan udah minta maaf. Lagian gua juga nolongin lu buat nutupin baju yang basah pake sweater mahal gua. jadi udahlah kita seimbang. " jelasnya yang tambah buat ku menjadi lebih kesal. Aku hanya menghela nafas dan pasrah aja melihat kelakuannya. Gak ada gunanya juga aku berdebat dengan dia, malah buat ku tambah kesal. "ah udahlah, sekarang lu keluar dari kamar gua. Kenapa lu seenaknya masuk kamar gua tanpa izin, Hus Hus sana pergi. " ucapku sambil ku dorong tubuh jangkungnya keluar dari kamarku dengan paksa, lalu ku tutup pintu dengan keras. "ya udah princess ku, aku tunggu kamu di bawah ya, jangan kelamaan nanti kita terlambat hahaha. " teriaknya saat berada di balik pintu. "ih dasar si evan, awas aja nanti. " *** AUTHOR POV meja makan "bun, ini beneran enak loh. Aku saranin kue ini di jual di toko, sayang banget kalo yang satu ini gak di jual. " ucap Evan dengan mata yang berbinar. "yang bener? nanti bunda mau pajang deh kalo menurut anak ganteng ku ini enak. " jawab Sarah ibu dari Naya. setelah pertemuannya dengan Naya 3 tahun yang lalu. Evan sering datang ke rumah Naya dan dekat dengan keluarga Naya, tak heran jika Evan memanggil bunda kepada Sarah, karena Sarah sendiri yang ingin Evan memanggilnya seperti itu. "ganteng dimana, yang ada si pembuat onar alay ini mah. sebenernya anak bunda tuh siapa sih, heran deh. " timpal Naya yang baru saja turun dari lantai dua dengan kesal. "iri bilang bos hahaha. " ejek Evan dengan cengengesan. "iwh dasar anak alay. " "eh udah udah kalian ini kayak anak kecil. " lerai Sarah dengan senyum kecil di wajahnya. karena melihat Naya dan Evan bertengkar, menurutnya hal seperti itu sangat menggemaskan. "oh ya bun, nanti Evan boleh gak nginep disini. soalnya di rumah ga ada siapa siapa. " ucap Evan dengan wajah memelas seperti anak kucing. "oh boleh dong, mau selamanya juga ga apa apa. " jawab Sarah dengan antusias. "ih apaan, gak gak aku menolak keras ya. bunda gak tau aja aslinya dia gimana, jadi mau mau aja di rayu. " timpal Naya dengan kesal karena melihat ibu nya mau mau saja di rayu oleh Evan. "kok gitu sih princess, aku kan suka baik sama kamu, tapi kamu malah bilang yang enggak enggak. " ucap Evan dengan wajah yang di sedih sedih kan. "aduh Naya jangan gitu, udah ah kalian ini debat mulu nanti Terlambat loh. " lerai Sarah dengan lembut. "ya udah gini deh, karena aku anak baik. selama aku tinggal di sini aku akan antar jemput kamu deh princess. aku rela serela rela nya. " ucap Evan sumringah. "oh kalo gitu pegang ya janji kamu, awas aja nanti gak tepatin janji, berarti kamu jangan nginep disini. " jawab Naya dengan mengancam. "iya iya, ya udah yuk berangkat. " *** halaman parkir kampus Naya langsung turun dari motor Evan dengan terburu-buru lalu meninggalkan Evan sendirian, tanpa sadar helm yang dia pakai belum di lepas. "Nay, mana helm nya. " ucap Evan sambil melihat ke arah Naya turun, tapi dia tidak menemukan Naya. "dasar ceroboh, oy Naya tunggu!. " teriak Evan saat melihat Naya berlari menjauh, lalu Evan mengejarnya. Naya yang merasa Evan mengejarnya berlari, kembali mengencangkan larinya, dia tidak ingin berdekatan dulu dengan Evan di kampus, karena tidak mau rumor dia adalah pelakor menyebar luas di kampus. tapi tanpa sengaja saat Naya berlari dia bertubrukan dengan seseorang. "aww!. " Naya terjatuh dan menindih tubuh orang yang di tabrak nya. kaca helm full face yang di pakainya pun menutupi wajahnya akibat terjauh dengan keras. "aduh sorry sorry ga liat tadi. " ucap Naya yang masih menindih tubuh orang yang di tabrak nya. saat dia melihat kearah wajahnya, Naya benar-benar sangat terkejut, karena orang yang selama ini ingin dia lupakan muncul secara kebetulan di depannya. Kebetulan yang merupakan takdir yang tak ingin dia lihat. dengan buru buru Naya berdiri dan mematung terdiam melihat wajah yang sudah beberapa tahun ini tak ia lihat. "maaf juga ya, tadi aku jalan sambil liat HP. " ucap seseorang itu yang bukan lain mantan sekaligus cinta pertamanya yaitu Dimas. Naya mematung terdiam karena pertama kali dengar kembali suaranya. lalu tak lama Evan datang dan menepuk pundak Naya. "Naya, lu kenapa lari. Itu helm... belum dia buka." ucap Evan dengan ngos ngosan. Naya tersadar dengan lamunannya lalu kembali melihat Dimas di balik helm full face nya. tanpa berkata, Naya kembali berlari menjauh dari dua orang yang tak ingin ia dekati. Evan yang bingung langsung menyusul Naya. sambil berteriak menyebut namanya. "Naya.. tunggu kenapa lu lari lagi.." teriak Evan dengan kencang, membuat Dimas mengerutkan keningnya karena sangat familiar dengan nama yang di sebut Evan tadi. "Naya? " ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD