1

1131 Words
6 tahun kemudian... "Bundaaaaaaaaaaaaaa!!!!" teriak seorang gadis kecil itu, kaki mungilnya melangkah cepat menyusuri ruangan demi ruangan untuk menemukan sang bundanya. Aliya yang mendengar teriakan anaknya itu langsung menyahutnya, "Bunda di dapur sayaaangg!' teriak Aliya. Bocah mungil itu langsung berlari kecil untuk menemui Aliya di dapur. Gadis kecil itu tersenyum lebar saat mendapati Aliya sedang membuatkan sarapan untuk mereka, dia langsung memeluk kaki Aliya "Bundaaaa, bunda hari ini jadi kan anterin Icha ke sekolah?" Aliya tersenyum pada anaknya itu dan berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya. "Iyaaa dong, bunda temenin. Kan hari ini hari pertama Icha sekolah" kata Aliya sambil mengusap puncak kepala anaknya itu. Icha atau bernama lengkap Arisa Hermawan adalah putri dari Aliya dan Revan. Tapi setelah Aliya mengetahui perselingkuhan Suaminya, Aliya tidak memberitahu pria itu mengenai kehamilannya. Setelah bercerai dengan Revan, Aliya memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di solo. Ayah Aliya sangat murka saat dia mendengar Aliya menjelaskan alasannya meminta cerai pada Revan, bahkan ibu Aliya sangat amat kecewa mengetahui menantunya berbuat seperti itu pada anaknya.  Saat itu adalah saat tersulit untuk Aliya, Aliya tidak ingin menyusahkan orang tuanya dengan keadaannya. Cukup sudah ia membuat Ayah dan Ibunya kecewa dengan kandasnya pernikahan Aliya dan Revan. Bagaimana pun juga bayi yang ia kandung adalah anaknya, tanggung jawabnya. Awalnya tidak mudah bagi Aliya menjadi single parent, bekerja dan mengurus anak secara bersamaan.  Untunglah Aliya di bantu oleh orang tuanya yang terkadang saat Aliya harus lembur pada kerjaannya mereka dengan senang hati menjaga cucu mereka. Dan saat ini setelah kondisi keuangan Aliya sudah stabil, Aliya memutuskan untuk keluar dari rumah orang tuanya dan hidup berdua dengan Arisa. Awalnya Ayah Aliya menolak tapi melihat putrinya sangat keras kepala, Ayah mengijinkan Aliya dengan syarat rumah yang ingin di sewa Aliya harus dekat dengan rumah Orang tua Aliya. Aliya hanya bisa mengangguk setuju, sekarang dia tahu dari mana sifat keras kepalanya ia dapat. *** Aliya menguncir rambut Arisa perlahan, lalu mengikatnya menjadi 2 dan membentuk kepangan. "Icha suka deh di sisirin sama bunda, Icha jadi cantik kaya bunda hehehe. " kata Arisa sambil tertawa, memperlihatkan barisan giginya yang kecil.  Aliya tersenyum, "Iyaaa doongg, anak bunda cantik kaya bunda. Yuk berangkat. Inget enggak pesan bunda apa?" kata Aliya sambil berjongkok di depan Arisa dan menggenggam tangan kecilnya.  Arisa mengangguk "Icha inget, nanti selama bunda di luar. Icha enggak boleh nangis, enggak boleh nakal dan harus jadi anak baik."  Aliya tersenyum sambil mencubit pipi gembul putrinya "Iihhhh anak bunda pinter dehhh, yuk berangkat! " Aliya menggandeng tangan Arisa dan membawa kotak bekal serta tas Arisa. Saat sampai di sekolah, Aliya dan Arisa langsung melangkah ke kelas mereka yang sudah ramai dengan anak-anak yang lain. Saat pukul 8 tepat, dua orang guru wanita datang dan menyuruh anak-anak murid barunya untuk berbaris. Aliya dan beberapa orang tua di sana melambaikan tangan saat anak-anak mereka memasuki kelas mereka. Selama satu setengah jam mereka belajar menghapal huruf sambil bernyanyi.  Aliya tersenyum saat merlihat Arisa dari luar jendela kelas. Saat jam pelajaran berakhir anak-anak itu langsung berlari menemui ibu mereka. Dengan kaki mungilnya Arisa berlari mendekati Aliya dan memeluk Aliya. Aliya tersenyum dan menggendong Arisa untuk mencari tempat duduk dan memakan bekalnya.  "Bunda, Icha mau nanya deh." kata Arisa sambil memakan roti sandwich yang di buat Aliya tadi pagi. alis Aliya mengerut "Nanya apa? Kok kayanya serius banget," Arisa menaruh rotinya dan meminum air yang ada di botol minumannya.  "Tadi pas di kelas, bu guru nanya siapa nama ayah dan ibu. Temen-temen Icha semua bisa jawab. Cuma Icha yang enggak bisa jawab, waktu ibu guru tanya Icha, Icha bilang Icha enggak tau. Ayah Icha kemana sih bunda?" tanya Arisa polos.  Aliya menatap sedih pada Arisa. Dia mengusap sayang puncak kepala Arisa, Aliya benar-benar tidak tahu harus berkata apa pada Arisa.  Aliya menggenggam tangan Arisa lembut, dan tersenyum "Icha, kita enggak usah omongin ayah ya? Buat bunda, di hidup bunda cuma ada Icha. Nanti kalau Icha udah gede kaya bunda, baru bunda kasih tau." Arisa hanya menganggukan kepalanya walaupun bukan itu yang ingin Arisa dengar... *** Setelah kelas Arisa selesai, Aliya membawa Arisa berbelanja kebutuan mereka di supermarket dekat tempat tinggal mereka. Arisa sangat semangat saat Aliya mengijinkannya membeli snack yang Arisa ingin. "Icha cepetan pilihnya sayaaangg." kata Aliya tidak sabar melihat Arisa yang masih bingung memilih. "Sabaaar Bundaaa. Icha kan bingung mau beli yang mana." kata Arisa polos. Aliya terkekeh melihat raut wajah bingung putri kecilnya itu. Mulutnya mengerucut sehingga terlihat seperti kuncup bunga. Arisa menatap Aliya, "Bundaaa...Icha boleh beli semuanya?" kata Arisa sambil menyodorkan 2 snack kesukaannya. Aliya mengusap sayang kepala Arisa, "Okee! Tapi khusus hari ini saja. Ok?" Arisa langsung mengangguk dan mengacungkan jempolnya, "Okee." Aliya tertawa, lalu membawa Arisa untuk melanjutkan acara belanja mereka. Setelah membeli semua kebutuhan mereka. Aliya memutuskan membeli makanan untuk makan malam mereka.  Aliya memasangkan belt pengaman pada Arisa begitu mereka masuk kedalam mobil, Aliya langsung  menancapkan gas mobilnya menuju restoran ayam cepat saji kesukaannya. "Bundaaa! Icha boleh main dulu?" tanya Arisa. Aliya menatap Arisa yang berada dalam gendongannya. "Icha mau kita di sini?" Arisa menggeleng, "Icha mau makan di rumah. Tapi icha juga mau main dulu, Bunda." kata Arisa sambil mengeratkan pelukannya di leher Aliya. "Iyaa sudahh. Bolehhh. Tapi sebentar saja ya?" kata Aliya sambil menciumi pipi gembul Arisa. Arisa langsung mengangguk senang. Ia menciumi pipi Aliya bertubi-tubi yang membuat mereka tertawa. Aliya memutuskan membeli 1 paket Ayam Bucket, 1 paket Snack Bucket, kentang dan Mocca Flutt. Begitu pesanan Aliya selesai, Aliya membawa semua bungkusan pesanannya  dan menggandeng Arisa menuju lantai 2 yang terdapat arena permainan untuk anak-anak. Hari ini lumayan ramai, mungkin karena belum terlalu malam. Ada beberapa anak yang sedang main di arena itu. Aliya menguncir rambut Arisa sebelumnya agar tidak menganggu saat ia bermain. "Inget jangan nakal. Kalau ada yang nakal sama Icha langsung ke Bunda ya?" kata Aliya yang di angguki Arisa. Arisa langsung berlari kearah arena permainan itu. Aliya melihat Arisa tertawa melihat teman yang sebaya seusianya. Sambil menunggu Arisa main, Aliya memakan kentang goreng pesanannya sambil membalas pesan dari rekan kerjanya sambil sesekali memperhatikan Arisa. Tidak berapa lama Aliya melihat seorang bocah laki-laki yang sedikit lebih tua dari Arisa menghampiri Arisa. Anak laki-laki itu mengajak Arisa bermain, dan sesekali Aliya melihat mereka saling berbisik lalu tetawa lepas. Aliya yang melihat itu tidak tahan untuk tidak tersenyum melihat putrinya tertawa seperti itu. Aliya melihat jam tangannya, sudah waktunya mereka pulang. Aliya membereskan sampah makanannya dan berdiri dari duduknya, "Arisa! Ayo kita pulang, Sayang!" panggil Aliya. Arisa menoleh pada Aliya lalu mengangguk. Aliya melihat Arisa melambaikan tangannya pada anak laki-laki tadi lalu bergegas menghampiri Aliya. Arisa memeluk kaki Aliya. Aliya tersenyum lalu mengangkat Arisa dalam gendongannya. "Anak Bunda punya temen baru nih. Tadi suda kenalan?" tanya Aliya. Arisa mengangguk, "Sudah Bunda. Namanya Bang Rio." Aliya tersenyum dan mencium pipi Arisa sebelum akhirnya mereka kembali pulang kerumah. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD