Hadirnya Teman Masa Kecil

1096 Words
Kereta yang di tumpangi Julia dan Ravi sudah tiba di Fukuoka sebagai tujuan terakhir. Julia kesal pada Ravi yang awalnya pura-pura tidur, menjadi tidur sungguhan, susah sekali untuk dibangunkan. Ia sempat berpikir untuk meninggalkan nya saja jika benar sulit untuk sadarkan diri. Hingga akhirnya, ketika Julia akan memercik kan air mineral di wajahnya, Ravi langsung terbangun, mungkin ia takut di siram dengan air satu ember. Ravi menyewa mobil untuk membawa mereka dari stasiun menuju kediaman keluarga Jovian. Matahari senja sudah menggantung ria, mereka telah melewati pesisir pantai, begitu tiba hanya akan ada ayah dan ibu Ravi saja yang menyambut mereka. Adik Ravi, tengah melanjutkan pendidikannya yang masih satu tahun lagi bersama tunangannya. Kali ini Julia yang tertidur dalam perjalanan, meski hanya sekitar tiga puluh menit, itu mampu menyegarkan kembali mata kantuknya. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya memasuki pekarangan rumah keluarga Jovian. Kebetulan sekali, di luar rumah sedang ada ayah dan ibu Ravi namun ada seseorang yang tidak di kenali oleh Julia. "Siapa itu Ravi?" Julia penasaran dengan apa yang di lihatnya. Ada seorang wanita dengan rambut hitam pendek yang sedang mengobrol di teras depan bersama dengan Mira, Ibu Ravi. Mereka dapat meilhat nya dengan jelas. "Turunlah lebih dulu." Ucapan Ravi membuat Julia mengernyit, mereka telah memberhentikan mobil yang di sewa Ravi, tepat di garasi. "Kenapa? Kau kenal tidak dengan nya?" Julia bertanya lagi, ia tidak yakin dengan ekspresi yang di tunjukan Ravi. "Kenapa kita tidak turun bersama?" "Turun saja sayang, sapa ibu, aku menyusul. Aku kan harus menurunkan koper kita." Jawab Ravi, kemudian ia menoleh ke arah yang sama, "Entahlah, aku tidak terlalu ingat, siapa dia." Matanya sedikit menyipit kemudian mengendikan bahu. "Hn, aku lupa." Ucap Ravi lagi. Julia tidak bertanya apapun lagi, ia turun dan langsung melambaikan tangan di iringi senyum terbaiknya pada Mira. Mira yang semula tengah mengobrol dengan wanita yang kelihatan nya lebih tua dari Julia, langsung mengabaikan lawan bicaranya. Ia berlari kecil menyambut Julia. Seolah telah menemukan barang berharga yang telah lama hilang. "Sweetheart, kau sungguh mengejutkan ku, ini adalah surprise terbaik! Sayang! Menantu kita telah tiba!" Suara Mira memekik kencang, ia memanggil Giano Jovian, ayah Ravi. Pelukan erat Mira membuat Julia sulit bernafas, ia tau, Mira sangat merindukan dirinya, begitu pula Julia. Telah begitu lama ia tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu sampai akhirnya, Ravi mengenalkan Julia sebagai kekasih nya sejak pertama kali berkencan. "Aku sangat merindukanmu.." Lirih Julia. Mira melepaskan pelukannya, ia kini menggandeng Julia dengan wajah bangga dan ceria. Mendekati wanita berambut pendek yang memperhatikan mereka dengan wajah malas. "Kenalkan, ini menantuku—" "Ibu, aku belum menikah dengan putramu." Julia menyela ucapan Mira yang masih kegirangan karena kehadiran nya. "—ups, Hahaha, calon menantu, Julia Jung." Lanjut Mira memperkenalkan Julia. Wanita berambut pendek tersebut sedikit tersenyum namun Julia merasa itu adalah senyum permusuhan. "Yura. Yura Choi." Ia mengulurkan tangan pada Julia yang baru saja akan di jabat oleh Julia sebelum wanita pendek itu memekik dan langsung berlari kearah belakang mereka. “Ravi!” Julia berpikir, wanita itu pasti berasal dari Korea, sama seperti diri nya. Ia menyerbu Ravi dan Julia langsung merasa dongkol, tangan Julia tidak di sentuh sedikit pun, mengambang di udara. "Apa-apaan ini?" Gerutu Julia pelan, ia tidak suka dengan Yura sejak awal melihatnya dan benar saja, wanita itu menyebalkan. Yura, menahan Ravi untuk beberapa saat di sana, dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak di gubris Ravi. Masalahnya, Ravi merasa repot dengan koper yang ia bawa dan juga beberapa hadiah untuk kedua orang tuanya. Belum lagi, Ravi perlu waktu untuk mengingat siapa dia. Mira yang melihat itu langsung menepuk bahu Julia. "Ia adalah sahabat masa kecil Ravi ketika di Korea dulu." "Ravi belum menceritakan dia.. Bu." Julia menatap mata Ravi yang tertuju padanya namun badan Ravi masih dalam pelukan Yura. Gadis itu memberikan tatapan tajam pada Ravi dengan gerakan tangan seolah akan memenggal leher dan membuat Ravi menelan ludah dengan berat dan melepaskan pelukan Yura dengan cepat. Julia tidak baik saja jika sudah mengisyaratkan hal seperti itu. "Kau tidak rindu padaku?" Yura merasa kecewa Ravi mendorong pelukan darinya, ia pun jadi menggandeng lengan Ravi erat dan menariknya ke arah Mira dan Julia. "Kau siapa?" Tanya Ravi yang membuat Yura langsung cemberut. "Ini aku Yura! Hey, kau masa sih lupa padaku? Kita dulu selalu bersama." Yura terus membuntuti Ravi, Tatapan Yura sangat bangga dan sombong pada Julia. "Ah, Yura, maaf, aku lupa tentangmu." Ravi berusaha menjauhkan Yura dari dirinya. "Kau terlihat berbeda, kau sekarang di tindik dan rambutnya menjadi pendek ya." "Nah, itu kau ingat padaku!" Yura masih bersikeras. Julia menjadi heran, apa yang sedang di sombong kan oleh wanita itu? Mengapa menggandeng Ravi saja tatapan nya harus sesombong itu? Dia bangga bisa menggandeng pria orang lain, begitu? "Bagaimana kabar ibu?" Ravi menepis tangan Yura dan langsung memeluk Mira. Tak lama Giano pun datang dan langsung memeluk Julia. "Menantu, kenapa kalian baru datang?" Ucapan Giano membuat Yura merasa terasing, ia melihat interaksi empat orang itu. Mulutnya sangat gatal ingin merutuki Julia, ataupun mengumpatinya. "Kenapa Harin tidak datang, Sedangkan tunangan nya ada di sini?" Pertanyaan Yura langsung membuat suasana hening. Ia salah sangka, mungkin karena Julia masih muda, ia mengira Julia adalah tunangannya adik Ravi. Ia tidak datang ke pesta tersebut sehingga tidak tahu siapa tunangan Harin. Yura langsung merasa heran kembali, dirinya yang paling tidak tahu apapun di sini. Ravi menarik Julia kedalam dekapannya hingga gadis itu tersenyum puas dan Yura membulatkan matanya. Giano dan Mira memegangi bahu kedua orang yang baru tiba itu di iringi senyum. Mereka terlihat seperti gambaran keluarga bahagia. Hal paling hangat yang pernah Yura lihat seumur hidupnya, keluarga yang terkenal dengan dingin dan judes nya kepada orang lain, kini sangat hangat. "Dia ini kekasihku." Tegas Ravi dan Yura seketika terkejut. Julia merasa tenang mendengar kalimat tersebut, entah apa tujuan wanita di hadapannya ini, tapi Ravi sudah memberikan petunjuk yang sangat jelas agar Yura tidak macam-macam lagi. "Hah? Ma-maksudmu, gadis muda ini kekasihmu? Benar begitu?" Yura merasa tidak percaya. "Tentu saja, lalu untuk apa mereka datang bersama-sama kemari? Kau berpikir Ravi mengantar tunangan Harin? Tidak mungkin. Pasangan itu sedang kuliah di luar negeri." Jelas Giano dengan tegas, ia kemudian masuk kembali kedalam rumahnya, membawa hadiah yang di bawakan Ravi dan Julia. Mira merasakan kecanggungan karena ulah Yura, ia pun mendorong pelan Ravi dan Julia agar segera masuk sementara dirinya di luar dengan Yura. Yura menatap tajam Julia yang langsung merangkul Ravi. Ia tidak suka dengan hal itu. "Hn, Yura? Kau mau berdiri di sana terus atau bergabung bersama kami?" Mira bertanya, Yura tersentak dan langsung merubah ekspresi di wajahnya. Ia mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja, aku ikut dengan kalian. Karena itulah aku kemari."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD