Chapter 24

1282 Words
Salju yang mulai terkikis di bulan februari, libur panjang musim dingin telah usai. Para pelajar mulai kembali pada aktivitas belajar mereka, begitupun dengan Chang Kyun yang telah mengurus dokumen kepindahannya. Dan mulai hari ini pemuda itu resmi terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Nasional Cheonnam Gwangju. Mengambil jurusan kedokteran, Chang Kyun harus terpisah dengan rekan-rekannya. Musim dingin hampir berakhir, namun tak pernah ada kabar tentang keberadaan Kihyeon. Pemuda itu benar-benar telah menghilang sejak insiden berdarah di area pembangunan 49, Distrik 1 bulan lalu. Pagi itu sebelum kelas dimulai, Min Hyeok menemui Chang Kyun tanpa sepengetahuan rekan-rekan yang lain. Ketika Chang Kyun hendak menuju kelas barunya, Min Hyeok menegur pemuda itu dari belakang. "Shin Chang Kyun." Chang Kyun menghentikan langkahnya dan berbalik. Keduanya memang belum bertemu pagi itu karena Chang Kyun berangkat lebih dulu dengan diantar oleh Sejin. Sementara rekan-rekannya berangkat dengan menggunakan kereta api. "Bisa ikut aku sebentar?" ucap Min Hyeok begitu sampai di hadapan Chang Kyun. Chang Kyun hanya mengangguk dan setelahnya mengikuti Min Hyeok. Memisahkan diri dari keramaian, Min Hyeok berhadapan dengan Chang Kyun di salah satu sudut bangunan yang tampak sepi. "Apa yang ingin Kak Han bicarakan denganku?" tegur Chang Kyun. "Aku sudah tidak tahan lagi dan untuk itu aku akan menanyakannya sekarang." Chang Kyun terlihat sedikit bingung. Dari ucapan Min Hyeok, pemuda itu menyadari bahwa apa yang akan dikatakan oleh Min Hyeok merupakan hal yang serius. Memutuskan untuk menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka, Min Hyeok benar-benar menuntut sebuah kejujuran dari pemuda di hadapannya itu. "Jujur saja, kau tahu di mana Kihyeon berada saat ini?" Chang Kyun tak terlihat terkejut akan pertanyaan Min Hyeok. Sepenuhnya pemuda itu menyadari bahwa tak sepenuhnya rekan-rekannya itu mempercayai apa yang ia katakan meski pada dasarnya ia sungguh tidak tahu tentang apa yang dilakukan oleh Kihyeon. Chang Kyun kemudian menjawab dengan pembawaan yang tenang, "aku tidak bisa memaksa Kak Han untuk mempercayai ucapanku. Tapi aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan ... aku hanya melakukan apa yang dikatakan oleh Kak Hwang padaku." "Apakah itu ... yang dikatakan Kihyeon padamu?" "Menunggu." Satu kata yang tak bisa mengakhiri kecurigaan Min Hyeok. "Apa yang kau tunggu?" "Kak Hwang mengatakan padaku bahwa aku harus menunggu. Dia mengatakan akan menghubungiku ketika dia kembali." "Dia benar-benar tidak mengatakan padamu ke mana dia akan pergi?" Chang Kyun menggeleng. "Selama ini Kak Hwang tidak pernah membagikan pemikirannya kepada orang lain. Dia tidak pernah mengatakan padaku alasan kenapa dia meninggalkan Pulau Jeju lebih dulu. Selama tinggal bersama, Kak Hwang menunjukkan sikap sewajarnya ... tapi jika Kak Han merasa jawabanku sangat meragukan, Kak Han tidak harus mempercayainya." "Maafkan aku," ujar Min Hyeok bernada menyesal. Ia terlalu putus asa sehingga memandang kejujuran Chang Kyun dengan cara yang berbeda. "Tapi ... tentang insiden di area pembangunan 49, Distrik 1 bulan lalu, apa kau berpikir bahwa itu Kihyeon?" "Kenapa Kak Han berpikir sampai sejauh itu? Aku tidak yakin jika Kak Hwang memiliki motif untuk melakukan hal semacam itu." "Dia memilikinya," celetuk Min Hyeok. "Motif yang sangat kuat." Chang Kyun menatap penuh tanya. "Apakah itu?" "Membalas dendam atas kematian Kak Kijeon." Sebelah alis Chang Kyun terangkat. "Apa maksud Kak Han?" "Aku tidak mengatakan hal ini pada siapapun, kau lah satu-satunya orang yang mendengar hal ini dariku. Maka dari itu, kau juga harus merahasiakan hal ini." "Kalau begitu beritahukan padaku." Min Hyeok berucap dengan penuh pertimbangan, "kematian Kak Kijeon sudah direncanakan sejak awal oleh militer Distrik 1." Chang Kyun tentu saja terkejut mengetahui fakta itu setelah tiga tahun berlalu. Min Hyeok kembali berucap, "setelah kalian pergi, aku mencari alasan yang masuk akal kenapa Paman Sejin mengirim kalian pergi tanpa sepengetahuan siapapun ... aku menghubungkan kasus kematian Kak Kijeon dengan kematian putra dari Ketua Distrik lainnya, dan semuanya terhubung dengan militer Distrik 1." "Maksud Kak Han adalah bahwa militer Distrik 1 telah membuat konspirasi dengan membunuh anak-anak dari para Ketua Distrik?" "Hanya itu yang aku pikirkan saat mendapatkan fakta ini. Aku bertanya-tanya kenapa Paman Sejin sangat khawatir jika pada akhirnya Kihyeon akan kembali ke distrik, dan saat itu aku yakin bawa target militer Distrik 1 setelah itu adalah Kihyeon ... itulah sebabnya Paman Sejin mengirim kalian pergi." "Jadi Kak Hwang sudah mengetahui tentang hal ini sejak sebelum kami meninggalkan distrik." Bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan. Chang Kyun baru saja menyadari arti dari pertanyaan Kihyeon tiga tahun yang lalu, di malam sebelum mereka meninggalkan distrik. Min Hyeok menyahut, 'itulah yang aku khawatirkan. Kenapa dia harus bersembunyi terlebih dulu jika memang berniat untuk kembali? Sebenarnya apa yang sedang dia rencanakan?" "Aku pikir akan lebih baik jika Kak Hwang tidak pernah kembali," gumam Chang Kyun yang sedikit mengejutkan Min Hyeok. "Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" "Kak Han tahu jawabannya. Jika benar bahwa Kak Hwang adalah pelaku di balik insiden pembunuhan di area pembangunan 49, Distrik 1. Maka Kak Hwang sudah menempatkan dirinya ke dalam bahaya, karena korban pada insiden itu adalah seorang militer berpangkat tinggi." "Benar apa yang kau ucapkan. Tapi mungkinkah Kihyeon akan melarikan diri begitu saja jika memang benar bahwa dia lah yang bertanggung jawab atas insiden itu?" Chang Kyun menggeleng. Hingga detik ini pun pemuda itu masih meyakini bahwa Kihyeon berada di sekitar mereka, hanya saja mereka yang tidak bisa menyadari keberadaan pemuda itu. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" teguran itu berhasil menarik perhatian keduanya. Min Hyeok sedikit terkejut karena tiba-tiba saja Hyung Won berada di sana. "Kapan kau datang?" tegur Min Hyeok. "Kalian sedang membicarakan sesuatu yang rahasia?" Bukannya memberikan jawaban, Hyung Won justru balik memberikan pertanyaan untuk mendapatkan sebuah jawaban. Min Hyeok menjawab sembari tersenyum canggung, "tidak ... kenapa kau berpikir seperti itu? Aku hanya menunjukkan bagian-bagian dari bangunan ini pada Chang Kyun." "Tapi kalian sudah lama sekali berdiri di sini." Batin Min Hyeok tersentak, berpikir mungkinkah Hyung Won mendengar apa yang baru saja mereka bicarakan. "Kau sudah lama berdiri di situ?" tegur Min Hyeok kemudian. "Aku melihat kalian dari sana," Hyung Won menunjuk koridor bangunan yang berseberangan dengan tempat mereka saat ini. Min Hyeok pun merasa lega dengan jawaban Hyung Won, hal itu menegaskan bahwa pemuda itu tidak mendengar apa yang baru saja ia bicarakan dengan Chang Kyun. Bukan apa-apa, Min Hyeok sengaja merahasiakan hal itu karena tak ingin rekan-rekannya terlibat dengan militer Distrik 1. Suara Chang Kyun lantas menginterupsi keduanya. "Aku pergi ke kelas dulu." Chang Kyun lantas pergi meninggalkan keduanya. Sedangkan Min Hyeok merasa sedikit canggung karena tatapan menyelidik Hyung Won yang ditujukan padanya. Min Hyeok kemudian menegur, "kau tidak ingin pergi ke kelas? Sudah waktunya kelas dimulai, sebaiknya kita segera pergi." Min Hyeok berjalan melewati Hyung Won, namun saat itu Hyung Won justru menahan lengannya dan membuatnya kembali memandang pemuda itu dengan tatapan bertanya. "Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?" "Kak Han tahu di mana Kak Hwang saat ini?" Min Hyeok tersenyum lembut, mengakhiri kecurigaan Hyung Won terhadapnya. Min Hyeok lantas berucap, "jika aku tahu keberadaan orang itu, maka aku sudah berhenti mendatangi Bukit Terlarang setiap hari." Min Hyeok sejenak menepuk bahu Hyung Won sebelum pergi. Sementara Hyung Won berbalik dan memandang punggung Min Hyeok yang semakin menjauhi tempatnya. Itulah faktanya. Meski Chang Kyun telah kembali, pemuda bernama Han Min Hyeok itu masih secara rutin mengunjungi Bukit Terlarang setiap harinya. Hingga detik ini Min Hyeok masih dibodohi oleh surat pendek yang dituliskan oleh Kihyeon tiga tahun yang lalu. Han Min Hyeok masih tetap menunggu di saat dia yang tak bisa mengakhiri penantiannya dengan mudah. Jangankan orang lain, bahkan Min Hyeok sendiri tak mengerti kenapa dia belum menyerah untuk menunggu kembalinya Kihyeon di Bukit Terlarang meski tiga tahun telah berlalu. Apakah perasaan menyesal cukup dijadikan sebagai alasan atas penantiannya selama ini? Tidak ada yang tahu, bahkan Han Min Hyeok sendiri meragukan hal itu. Benarkah dia menunggu selama ini hanya karena perasaan bersalah akibat tak bisa memberikan bantuan ketika rekannya itu berada di ambang kematian?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD