“Akan aku tembak!” ujar Rico. Di tangannya telah terdapat sebuah revolver.
Fira hanya terdiam. Dia tak akan kabur. Biarlah dia mati bersama dengan cintanya kepada Rico.
Tangan Rico bergetar. Ia tak menyangka akan ada hari di mana ia harus menembak istrinya sendiri.
“Tembaklah, Mas! Aku memang pantas mati karena telah mencuci otakmu!”
Rico sedikit menoleh, ia ragu. Lalu tiba-tiba. Dor!
Ratu tidak percaya cinta. Dia lebih percaya kalau kebahagiannya berasal dari uang. Maka dari itu meskipun sudah menjadi miliyarder, Ratu tetap bekerja dan tidak tertarik untuk berhubungan dengan lawan jenis. Awalnya semua berjalan lancar sampai ayahnya memksa dia untuk menikahi seorang pria miskin bernama Sagara. Ratu tentu menolaknya, tapi ayahnya mengancamnya; jika Ratu tak mau menikahi Sagara, maka seluruh harta ayahnya akan disumbangkan ke dinas sosial. Mampukah Ratu mempertahankan keyakinannya bahwa cinta hanyalah sebatas takhayul? Atau justru kehadiran Sagara membuat Ratu yakin kalau kebahagian tak hanya berasal dari uang?
Balqis berdoa agar dia bisa menikah dengan seorang yang bisa membimbing agamanya. Allah mengabulkan doanya dengan mendatangkan seorang Gus yang akan mewarisi sebuah pesantren. Namun bukannya bersyukur Balqis malah berkata.
"Sepertinya doaku kurang spesifik, deh! Mana mungkin aku bisa menjadi anggota ningrat pesantren!"
Aryo adalah arsitektur terkenal. Suatu hari ia dijodohkan dengan seorang wanita untuk memperkuat kekuasaan keluarganya. Tapi Aryo menolak mentah-mentah. Ayahnya marah besar dan mengusirnya dari rumah serta mencoretnya dari kartu keluarga. Begitu juga ibunya.
Setelah waktu berlalu Aryo menikah dengan Nur dan mempunyai seorang anak. Mereka hidup bahagia sampai suatu ketika mereka kecelakaan dan mengakibatkan Aryo meninggal dunia. Anehnya keluarga kandung Aryo sama sekali tidak datang ke pemakaman. Nur jadi menganggap kalau kecelakaan itu hanyalah konspirasi yang dibuat keluarga suaminya itu. Sampai dugaan Nur benar. Aryo masih hidup.
Ana, seorang santri penghapal Al-Qur’an tengah dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Ia kini harus memilih antara dua pemuda yang sama-sama berperan penting dalam hidupnya. Ana mengakui bahwa dia masih mencintai Panji, tapi pemuda itu sudah pernah membuatnya terluka. Ia ingin memilih Gus Fikri, tetapi ia bingung. Ia tidak ingin cintanya kepada gus itu hanya pelampiasan untuk membalas apa yang Panji lakukan. Kini dengan basmallah dan dengan meneladani Kakawin Arjunawiwaha, Ana ingin memantapkan hatinya kepada seorang pemuda.