PROLOG
“Kepalaku pusing sekali.” Aku memegangi kepalaku yang terasa sangat berat.
Tiba-tiba selimut yang tadi menutupi badanku terbuka. Dan aku baru sadar aku tidak memakai pakaian sama sekali.
“Aaaa….” Aku berteriak sambil menarik kembali selimutku.
“Ini di mana? Kenapa aku bisa sampai di sini?” Aku melihat seluruh ruangan yang terasa asing buatku. Aku tidak ingat kenapa aku bisa sampai di sini.
“Eeehhmmm…” terdengar suara berat dari samping aku tertidur.
Dan aku membuka pelan-pelan selimut yang menutupinya. Kemudian terlihat tubuh laki-laki tanpa busana sama sepertiku.
“Aaaaaa….” Teriakanku tambah keras saat melihat laki-laki tanpa busana berada di sampingku.
Aku menarik lebih banyak selimut agar menutupi seluruh badanku. Tetapi karena itu, sebagian tubuh laki-laki itu jadi lebih jelas terlihat. Aku berteriak lebih keras sambil menutup kedua mataku. Karena teriakanku itu, laki-laki yang berada di sampingku juga ikut terbangun.
Dia pun juga terkejut saat melihat dia tanpa busana di ranjang bersamaku. Kami pun saling tarik selimut untuk menutupi badan kami.
“Kamu siapa?” Kami bertanya dalam waktu yang bersamaan.
***
Aku adalah Ajeng, anak terakhir dari tiga bersaudara. Aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Ayahku adalah seorang tokoh terpandang dan beliau sangat menentang hobi dan kerjaanku. Hobbi dan pekerjaan yang aku tekuni adalah seorang guru tari. Kata Ayah, penari itu terlalu memperlihatkan aurat. Itu tidak baik untuk seorang anak perempuan.
Namun, aku termasuk anak yang keras kepala. Aku diam diam tanpa sepengetahuan Ayah tetap menjalani pekerjaan yang tidak disukainya itu. Selama ini, Ayah tahunya aku adalah seorang dosen seni rupa di salah satu kampus swasta yang ada di Jakarta. Namun, di setiap hari Sabtu dan Minggu aku tetap menjadi guru tari di sebuah sanggar yang jauh dari rumah dan kampus. Aku berharap Ayah tidak akan mengetahui pekerjaan aku itu.
Walau begitu, Aku berjanji pada Ayah agar menjadi anak perempuan yang baik. Dan selalu mejadi bunga mawar yang cantik dan berada di tepi jurang. Perempuan yang cantik, tetapi sangat sulit disentuh oleh sembarang lelaki. Itu janjiku pada ayahku.
Tetapi kenyataannya berbeda. Kejadian hari ini pasti akan membuat Ayah sangat malu. Bagaimana caranya aku memperlihatkan wajahku di depan Ayah. Aku tidak bisa menjaga amanah Ayah sama sekali. Ayah maafkan aku, ini bukan keinginan aku. Ajeng sendiri juga tidak mengerti, mengapa aku bisa sampai di sini.
Aku mengingat wajah Ayah yang sangat marah dan malu kepadaku. Aku tidak berani kembali ke rumah. Aku takut, Ayah akan sangat marah kepadaku. Apalagi, jika seluruh lingkungan tahu, nama baik Ayah pasti jadi tercoreng. Dan bagaimana, jika orang tua muridku juga mengetahuinya, pasti nama baik sekolah dan nama baikku juga akan jadi jelek.
Bagaimana aku menjalani hidup ini dan apa yang sudah terjadi antara aku dengan laki-laki yang berada di sampingku ini.
