bc

Nikah Paksa!

book_age18+
2.6K
FOLLOW
27.9K
READ
possessive
sex
one-night stand
pregnant
badboy
boss
drama
bxg
city
affair
like
intro-logo
Blurb

Jey Stefan salah mengira kalau Nida Syafara yang sedang mengantar pesanan katering.ke lokasi syuting. Pria itu mengira kalau Nida adalah pemain film yang akan dia produksi. Nida mendapatkan ganti rugi dari Jey karena kesalahan tanpa sengaja yang Jey lakukan malam itu, namun wanita itu berkeras menolak. Karena dia tidak tahu cara mengatakan pada keluarganya dari mana uang sebanyak itu berasal.

Jey menjadi gila semenjak kejadian malam itu, terlebih melihat hidup Nida menjadi semakin menderita! Pria itu melakukan segala cara untuk mendapatkan Nida Syafara sebagai istrinya. Termasuk membongkar aib mereka berdua di depan suami Nida, menceritakan segalanya tentang yang terjadi kepada Rafa saat mereka berdua terkurung di lokasi syuting!

Karena suami Nida orang yang taat pada agama, dia langsung menceraikan istrinya karena menurutnya, Nida sudah melakukan kesalahan fatal. Wanita itu dibuang begitu saja. Dengan senang hati Jey mengambil Nida sebagai istrinya!

Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukan hati seorang Nida Syafara. Wanita berparas anggun dan lembut tersebut menolak lamaran Jey, memilih hidup sendiri bersama kedua putrinya. Hidup Nida menjadi terlunta-lunta tanpa seorang suami. Apalagi ternyata semua yang terjadi di balik perceraian dirinya dengan Rafa Hanafi merupakan rencana dari sepupunya sendiri yaitu Ayana.

Terbit 24 Maret 2021

chap-preview
Free preview
Part 1
Senja ini Nida Syafara sedang membawa katering pesanan dari kru yang sedang ada acara syuting di lokasi tak jauh dari tempat Nida menjalankan bisnisnya. Karena karyawan yang dipekerjakan oleh Nida sudah pulang, jadi dialah yang mengantarkan katering tersebut sendiri ke lokasi syuting. Setibanya di sana, wanita tersebut menghubungi kru yang telah memesan katering darinya. “Halo? Apa benar ini Mbak Rika?” Tanya Nida melalui ponselnya. “Iya benar ini saya sendiri.” Sahut seorang perempuan di seberang sana. “Ini pesanan kateringnya ditaruh di mana?” Tanyanya pada Rika. “Ah, itu. Masuk saja ke ruangan paling ujung, taruh di sana.” “Oh, baik Mbak. Kalau begitu teleponnya saya tutup dulu.” Nida segera memutuskan panggilan teleponnya pada Rika, wanita itu bergegas menuju ke ruangan dimana yang sudah ditunjukkan Rika padanya. Nida berjalan sambil membawa dua keresek besar berisi kotak makanan. Wanita itu masuk ke dalam ruangan yang paling ujung, dia tidak tahu kalau ruangan tersebut merupakan ruangan khusus seorang produser bernama Jey Stefan. “Kenapa gelap sekali?” Gumam Nida sambil melangkah pelan masuk ke dalam ruangan. Cahaya lampu begitu temaram di dalam ruangan tersebut. Jey yang sedang rebah di tempat tidur mini segera terjaga melihat seorang wanita dengan gaun muslimah masuk ke dalam kamar tempat dia melepas lelah selama acara syuting film yang diproduksinya. “Apa aku sedang bermimpi sekarang? Siapa dia, Erina? Kenapa dia mengenakan baju tertutup begitu?” Tanya Jey dalam hati. Pria itu beranjak bangun dari tempat tidur. Nida sedang meletakkan katering di atas meja besar yang tersedia di dalam ruangan. Wanita itu terkejut saat mendengar suara tempat tidur berderit di sudut ruangan. “Siapa itu?! Hei? Apakah ada orang di sana?” Tanyanya pada sosok Jey yang masih belum nampak jelas dalam cahaya lampu temaram. “Braaakk!” Pintu ruangan mendadak terhempas dan menutup, Nida syok sekali. Wanita itu segera berlari menuju ke pintu. Dia berusaha membukanya, namun tidak berhasil. “Klek! Klek! Klek! Siapa di luar? Tolong buka pintunya! Aku terkunci di sini!” Teriak Nida dengan wajah ketakutan sambil terus berusaha membuka pintu ruangan tersebut. “Brak-brak! Brak! Hei, tolong buka pintunya!” Teriak Nida lagi. Di sisi lain, Jey yang sudah beranjak bangun dan duduk di tepi tempat tidurnya hanya mengusap wajahnya sendiri menggunakan kedua telapak tangannya dengan sangat santai.  “Kenapa kamu ribut sekali? Heh!” Tegur Jey padanya. Mendengar suara laki-laki di dalam ruangan tersebut membuat Nida semakin takut dan panik. Wanita itu segera berbalik untuk melihat siapa yang sudah menegur dirinya. “Siapa kamu?! Kenapa kamu di sini? Apa kamu yang sengaja mengurungku di sini? Awas kamu! Jangan macam-macam atau aku akan melaporkanmu pada polisi!” Teriaknya saat melihat Jey berdiri lalu mendekat ke arahnya. Nida sangat terkejut ketika melihat Jey ternyata hanya mengenakan celana panjang jeans dengan lutut robek tanpa baju atasan. Nida segera memalingkan wajahnya, wanita itu menggenggam gagang pintu dengan kuat sambil bersandar di sana. “Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di ruangan ini? Kamu tidak melihat papan nama di atas pintu? Atau kamu sengaja masuk ke sini untuk mengambil keuntungan dariku?” Tanya Jey padanya setelah melihat lebih dekat dan ternyata wanita itu bukan salah satu artis yang bekerja padanya. “Mana mungkin!” Bentak Nida dengan nada marah. “Mungkin saja!” Sela Jey. Jey berdiri dengan jarak tiga meter di hadapan Nida sambil barkacak pinggang. “Aku tidak begitu! Dasar preman!” Tandas Nida dengan nada kesal, terlebih lagi pria di depannya itu tidak memiliki sopan santun sama sekali. Penampilan Jey bagi Nida tampak seperti sosok preman jalanan. Siapa yang tahu kalau pria dengan rambut acak-acakan serta daun telinga bertindik tersebut merupakan produser film ternama?! “Hah? Kamu panggil apa? Preman? Hahahaha!” Jey tertawa mendengar Nida menyebutnya dengan panggilan preman. “Okay, jadi kenapa kamu masuk ke sini?” Tanya Jey padanya. “Apalagi? Itu!” Menunjuk katering di atas meja yang dia bawa beberapa menit lalu. “Kamu pemilik katering?” Tanya Jey sambil mengusap keningnya sendiri. “Hem.” Nida mengangguk cepat sambil meremas gagang pintu yang masih dia genggam. “Bantu aku keluar dari sini, aku harus pulang.” Pintanya pada Jey. “Sebentar aku ambil tasku, biasanya aku meletakkan kunci lain di sa..na.” Jey menoleh ke arah tas kerjanya yang biasa tergeletak di atas meja, dan ternyata tas tersebut tidak ada di sana. Dan jika pintu tersebut menutup, maka baru bisa dibuka dari luar. Wajah Jey mendadak pucat, dia menunjuk meja kosong. “Kenapa? Apa yang terjadi? Hei? Jangan menakutiku! Aku ingin pulang!” Ucapnya pada Jey. “Sebentar, aku cari ponselku dulu.” Seru Jey segera, pria itu melangkah menuju tempat tidurnya. Ponsel yang biasanya dia letakkan di atas bantal juga tidak ada di sana. “Sepertinya kita harus tetap tinggal di sini malam ini.” Ucap pria itu sambil mengangkat kedua bahunya. “Ponsel, sebentar aku sepertinya membawa ponselku.” Sahut Nida dengan wajah cerah penuh semangat namun musnah ketika melihat ponselnya lowbat. Baterainya habis, dan dia lupa tidak membawa charger dalam tas kerjanya. “Bagaimana?” Tanya Jey sambil mendekat ke arahnya. “Bateraiku habis, kamu punya charge?” “Ada di dalam tasku, tapi tasku tidak ada di sini. Dan acara syuting hari ini sudah selesai pukul dua siang. Aku bingung kenapa kru memesan makanan. Apa kamu tidak salah alamat? Mungkin saja kamu salah mengirim pesanan?” Tanya Jey dengan wajah serius. “Nggak, aku benar kok. Kamu kenal dengan wanita bernama Rika? Dia salah satu kru di sini. Bahkan pesanannya sudah ditransfer dimuka! Aku nggak bohong.” Ujarnya dengan tatapan serius. “Tidak ada kru bernama Rika di sini. Aku yakin kamu salah alamat.” Serunya pada Nida. Wajah Nida berubah sedih, dia melepaskan gagang pintu dari genggaman tangan kanannya. Tubuh wanita itu merosot jatuh ke lantai. “Hei? Kamu menangis? Maaf, tapi aku serius tidak ada Rika di sini.” “Yang jelas aku nggak bisa pulang ke rumah. Bagaimana caranya aku menjelaskan pada suamiku nanti? Dia pasti berpikir aku berbuat yang tidak-tidak. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang.” Ucapnya pada Jey. Jey ikut duduk di lantai, pria itu menumpukan kedua lengannya pada kedua lututnya sendiri. Dia juga tidak memiliki solusi untuk bisa membuka pintu di belakang punggung Nida. “Aku akan menjelaskan pada suamimu, kalau tidak ada apa-apa yang terjadi.” Ucap Jey padanya, berharap Nida segera berhenti menangis. “Nggak! Jangan! Aku nggak mau! Bisa-bisa aku diceraikan sama Mas Rafa!” Ucapnya dengan wajah panik. “Okay, jadi aku akan lepas tangan? Kenapa cemas begini, toh kita nggak ngapa-ngapain. Kamu lihat itu, itu juga?” Jey menunjukkan cctv di dalam ruangan tersebut. “Ruangan ini diawasi kamera cctv selama dua puluh empat jam!”    “Iya, aku lihat.” Ucapnya seraya menoleh ke arah Jey. Akhirnya mereka berdua menginap di dalam kamar tersebut. “Kamu boleh tidur di sana, kalau mau.” Tawar Jey seraya menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sana. Nida menggelengkan kepalanya, akhirnya Jey tidak memaksa. Pria itu segera berdiri lalu melangkah menuju ke tempat tidur untuk melanjutkan tidurnya. Keesokan harinya. Pintu mendadak terbuka, entah siapa yang sudah membuka pintu tempat Jey beristirahat tersebut. Nida terjaga, semalaman wanita itu tidur dengan memeluk kedua lututnya sambil tetap bersandar di dinding. Wanita itu mengusap kedua matanya, lalu bergegas keluar dari dalam ruangan tanpa berpamitan pada Jey. Jey yang baru terjaga mengerjapkan kedua matanya. Pria itu kaget sekali lantaran Nida terlihat seolah sedang melarikan diri. Jey cemas kalau Nida melaporkan dirinya ke kantor polisi, bisa-bisa nama baiknya hancur begitu saja. Jey segera bangun lalu mengejar Nida, sebelum wanita itu masuk ke dalam mobil Jey menarik pergelangan tangannya. “Tunggu, jangan pergi dulu. Aku akan mengganti rugi karena kejadian malam ini. Tapi jangan lapor polisi.” Seru Jey tiba-tiba. “Ganti rugi apa? Nggak usah, aku nggak nyalahin kamu kok. Sudah, lepaskan tanganku. Aku mau pulang dulu.” Ucap Nida seraya menarik genggaman tangan Jey dari pergelangan tangannya. “Mbak, tunggu aku serius.” Jey mengeluarkan selembar cek senilai tiga puluh juta dari dalam dompetnya. “Aku juga serius Mas, nggak usah.” Nida mendorong Jey menjauh lalu masuk ke dalam mobilnya.    Mobil Nida berlalu dari lokasi syuting. Salah seorang kru sempat melihat perdebatan antara Jey dan Nida, pria itu segera menghampiri Jey. “Mas Jey, kenal sama pemilik katering itu?” Jey segera menoleh ke arah Rendi, “Nggak, memangnya kamu kenal?” Tanyanya balik. “Kenal, dekat kok kateringnya dari sini. Ada tulisan besar di depan, katering Nida.” “Nida?” “Iya, namanya kan memang Nida. Cantik ya Mas?” Seru Rendi sambil menatap mobil Nida yang kian menjauh. Jey hanya menggelengkan kepala, pria itu segera berlalu masuk kembali ke lokasi. Di sisi lain Nida baru tiba di rumah. Di dalam rumah Rafa Hanafi sudah duduk di ruangan utama. “Baru pulang? Dari mana saja? Terlalu sibuk ngurus katering sampai-sampai lupa sama Syifa dan Akila?! Lupa juga sama suami.” Nida melangkah pelan lalu duduk di samping Rafa Hanafi. Wanita itu hanya diam saja mendengar omelan Rafa. Sedari tadi Nida hanya meremas ujung hijabnya sambil menundukkan wajahnya. “Kamu serius, nggak mau kasih penjelasan dari mana saja seharian kemarin?” “Maaf Mas, Nida tidak bisa menjelaskannya. Situasinya sangat rumit dan Nida nggak mau Mas Rafa berpikir kalau Nida melakukan hal-hal di luar batas.” Ucapnya dengan kepala tertunduk. “Apa rumit? Kamu bilang? Jadi kamu memilih aku tetap menduga-duga begitu? Nida-Nida! Aku kira kamu bisa berpikir lebih terbuka sama aku! Aku ini suami kamu Nida! Ayah dari anak-anak kita!” “Iya Mas, Nida salah! Nida salah, Nida minta maaf karena nggak pulang ke rumah.” “Cukup Nida, semakin kamu menyembunyikannya semakin aku sakit hati sama kamu. Untuk sementara kamu pikirkan saja semuanya dulu lalu segera ceritakan semuanya.” Rafa meninggalkan Nida, pria itu harus bekerja. Sementara Rafa pergi, Nida segera menemui kedua putrinya. Wanita itu membangunkan Syifa dan Akila, untuk bersiap pergi ke sekolah. “Mama? Kok nangis?” Tanya Akila seraya beringsung bangun dari tempat tidur lalu memeluk ibunya. “Mama kelilipan tadi, sayang.” Nida memeluk bahu Akila, putri sulungnya. Wanita itu tanpa sadar terisak. Nida teringat saat Rafa memalingkan wajahnya lalu meninggalkannya pergi. Kemarahan Rafa bagai badai besar yang menerpa kehidupan rumah tangga Nida. Apalagi selama ini kehidupan mereka terhitung bahagia juga hampir tidak pernaha terjadi perselisihan serius selama pernikahannya. “Kakak, Mama kenapa?” Tanya Syifa seraya mengusap punggung Nida menggunakan telapak tangannya yang mungil. Akila hanya bisa menggelengkan kepala. “Sudah, ayo mandi, lalu kita sarapan.” Nida membawa kedua putrinya ke belakang untuk memandikannya. “Mama? Papa marahin Mama ya?” Cetus Syifa tiba-tiba saat mereka bertiga sedang duduk di meja makan. “Nggak kok sayang, Papa kan sedang di pabrik.” Ujarnya sambil menyuapi Syifa. Setelah mengantarkan putrinya ke sekolah, Nida segera bersiap untuk kembali ke kateringan tempatnya bekerja setiap hari. Sampai di sana wanita itu melihat mobil milik Rafa dan satu lagi entah milik siapa. “Kok kalian di luar?” Tanya Nida pada karyawannya. “Iya, Bapak Rafa sedang di dalam, ada tamu.” Ucap Siti. Nida melangkah pelan masuk ke dalam, dia kaget sekali ternyata Jey sudah ada di sana, dua pria itu sejak tadi bercakap-cakap di dalam. Rafa mendapatkan informasi kalau pengiriman terakhir adalah lokasi syuting. Rafa segera datang ke sana. Tapi tak satupun dari kru yang tahu kalau semalam Nida mengirim katering. Rafa curiga lalu mengamuk di lokasi tersebut. Semalaman istrinya berada di sana tapi tak ada satu orang pun yang tahu. Jey yang kebetulan melintas melihat keributan tersebut segera ikut melihat. Mendengar Rafa menyebut-nyebut katering, Jey segera tahu kalau pria yang sedang mengamuk di sana adalah suami Nida. Jey berusaha mengambil jalan tengah. Dia ingin mengganti rugi semuanya, tapi Rafa tidak mau. Bahkan Jey juga menunjukkan rekaman cctv yaang terjadi antara dirinya dengan Nida semalam. Rafa tetap bersikukuh kalau mereka telah melakukan kesalahan fatal. Jey bingung sekali, Rafa meminta Jey untuk datang ke tempat katering Nida. Dia ingin membahas masalah tersebut bersama Nida sekalian.   “Mas Rafa?” Tegur Nida saat melihat Rafa. “Kamu?!” Nida membelalak terkejut melihat Jey. “Jadi begini kamu di belakangku! Kamu kalau sudah bosan sama aku bilang Nid! Aku akan secepatnya ceraikan kamu!” Seru Rafa dengan nada emosi. Pria itu segera berdiri meninggalkan Nida dan Jey. “Mas Rafa, tunggu! Nida nggak berbuat apa-apa sama pria itu! Mas, percaya sama Nida!” Nida mengejar Rafa, tapi Rafa tetap berkeras menolak, baginya Nida hanya kotoran yang membuatnya jijik. Meskipun sudah terbukti Nida di sana hanya terjebak, tapi melihat Jey yang menanggapi hal tersebut dengan kepala dingin membuat Rafa semakin membenci istrinya. Ucapan Jey masih terngiang-ngiang di telinga Rafa. “Aku produser, namaku Jey Stefan. Dan aku, kalau mau bisa membeli wanita yang masih gadis. Kenapa harus mendekati tukang katering? Apalagi dia istri pria lain! Nggak salah kamu menuduhku. Rekaman cctv ini sudah jelas sekali.” “Omong kosong! Itu hanya alasan kamu untuk menutupi kebusukan kalian berdua, cctv bisa disetting!”    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

Revenge

read
15.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook