bc

Fake Love

book_age16+
512
FOLLOW
2.5K
READ
revenge
sex
second chance
goodgirl
CEO
drama
sweet
no-couple
city
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Sella Maheswari harus berjuang seorang diri sejak kematian kedua orang tuanya dan sang kakak yang meninggalkannya tanpa kabar. Di tengah keras dan kejamnya dunia, Sella harus berhadapan dengan Romeo Aldo Sanjaya, seorang pria keras kepala dan egois yang mengikutinya tanpa henti. Hingga Romeo menyatakan cinta dengan Sella, memberikan janji indah yang membuat gadis tersebut melayang dan percaya begitu saja.

Bayangan indah tentang sebuah cinta terus terngiang di benak kepala Sella. Bahkan, dia begitu mempercayai sang kekasih. Hingga sebuah fakta lain membuat semua harapan dan hal yang diidamkan sirna seketika, membuatnya mengalami kekecewaan yang lebih dalam dan penuh dengan luka.

“Aku percaya dengan kamu sepenuhnya, tetapi kamu membuatnya hancur seketika dan itu membuatku tidak lagi ingin percaya denganmu."

(Sella Maheswari)

“Aku tidak menyuruhmu mempercayaiku, Sella. Jadi, sebenci apa pun kamu denganku, aku tidak peduli.”

(Romeo Aldo Sanjaya)

chap-preview
Free preview
Sella Maheswari
Seroang gadis dengan kuncir kuda melangkah cepat, menyusuri jalanan trotoar dengan senyum lebar. Tangannya menggenggam amplop putih dengan erat. Raut wajahnya terlihat begitu ceria ketika memasuki pelataran sebuah rumah sederhana dan membuka pelan.                        “Kakak,” panggil sang Sella—gadis dengan kuncir kuda tersebut. Manik matanya mengamati sekitar, mencoba mencari di mana keberadaan sang kakak yang tidak juga terlihat.              “Kak,” panggil Sella kembali, tetapi hasilnya tetap saja sama, tidak ada jawaban.              Sella yang merasakan hal aneh di rumahnya mulai  melangkah pelan, membiarkan pintu rumahnya terbuka. Dia terus menyusuri rumah dengan dua kamar tersebut pelan, sesekali menatap sekitar dengan harapan menemukan sang kakak.                  Aku harap kakak di rumah, batin Sella dengan mata yang mulai berkaca.              Sella mulai menghentikan langkah ketika sudah berada di depan pintu kamar bertuliskan Aldi. Dengan setengah takut, Sella mengetuk pintu kamar sang kakak, takut kalau ternyata sang kakak sedang tertidur. Namun, lama Sella menunggu, tidak ada jawaban sama sekali.                        Kenapa kakak tidak menjawab, batin Sella dengan raut wajah cemas. Dengan tangan bergetar, Sella mulai memegang gangang pintu dan memelan saliva pelan. Dia mulai membuka pintu kamar tersebut.             “Kakak,” panggil Sella sembari mendorong pintu pelan.              Namun, tidak ada siapa pun di sana, membuat Sella semakin membuka lebar dengan bola mata melebar. Kakinya melangkah cepat dan menuju ke arah lemari. Dia mulai membuka cepat dan mendapati lemari sang kakak kosong, membuat tubuhnya melemah dengan air mata mengalir.              “Kakak,” gumam Sella dengan perasaan takut.              Tidak mungkin kakak pergi, batin Sella sembari menggelengkan kepala cepat. Sekuat tenaga, dia langsung bangkit dan menuju ke ruangan lain. Dia mulai menghapus air mata ketika pandangannya mulai mengabur. Kakinya terus melangkah, memasuki satu per satu ruangan di rumahnya. Sampai dia menghentikan pencarian dan membuang napas pelan. Pasalnya, dia tidak menemukan sang kakak sama sekali.              “Kakak,” gumam Sella dengan air mata semakin mengalir deras, membasahi pipi.              Kembali, Sella melangkah cepat dan menuju ke arah ruang tamu, berharap akan menemukan sang kakak di jalanan. Bahkan, dia mulai berlari, mengabaikan wajahnya yang dipenuhi air mata. Hingga dia berhenti, menatap ke arah kiri dan kanan untuk mencari sang kakak.              “Kakak,” teriak Sella sekuat tenaga.              “Kakak.”              Sella langsung tersentak kaget dan membuka mata dengan napas terengah. Dia hanya bungkam, merasakan kenangan masa lalu yang kembali teringat. Bahkan, keringat sudah membasahi wajahnya, membuat Sella yang baru terbangun dari tidur hanya diam dan mengusap wajah kasar.              “Astaga. Kenapa aku kembali mengingatnya,” gumam Sella sembari mendesah pelan.              Jam beker di dekat Sella mulai berbunyi, membuat sang pemilik dengan cepat meraih dan mematikan. Sella mengalihkan pandangan, bersiap meletakan jam beker tersebut. Namum, pandangannya menangkap sebuah foto kecil yang selalu terpajang di nakas dekat tempat tidur.              Sella mulai meletakan jam beker pelan dan beralih meraih bingkai foto yang menunjukan dirinya tengah tersenyum lebar dan berpelukan dengan sang kakak. Dia semakin diam dan mulai mengulas senyum tipis, mengusap pelan dan memandang sedih.               “Aku tidak tahu di mana kakak berada, tetapi aku yakin kakak dalam keadaan sehat. Aku yakin, suatu saat nanti kakak pasti akan datang menjemputku,” gumam Sella sembari mendekap pelan dan menitikan air mata perlahan.              Aku yakin itu, kak, batin Sella dengan penuh harap. *****  “Selamat pagi,” sapa seorang gadis berambut sebahu dengan senyum lebar, menatap ke arah Sella yang baru membuka pintu.              Sella yang melihat Inka—sahabatnya hanya diam dan memutar bola mata pelan. Dia memilih melangkah masuk dan membiarkan sahabatnya memasuki rumah. Pasalnya, Inka sudah sering datang ke rumahnya. Bahkan, sejak sang kakak meninggalkannya, hanya Inka yang menemani.              “Sella, kamu masak apa?” tanya Inka sembari melangkah ke arah dapur.              “Aku hanya memasak nasi goreng, Inka. Tadi aku kesiangan. Jadi, dari pada aku terlambat, aku goreng saja nasi sisa semalam,” jawab Sella sembari meraih tas di dekatnya dan melangkah ke arah Inka yang masih mencoba mencari makanan di meja makan.              Sella yang melihat hal tersebut mengulum senyum dan mengerutkan kening dalam, tahu apa yang sedang dicari sahabatnya. Perlahan, dia membuka lemari makan dan mengeluarkan dua kotak nasi. Dengan pelan, dia mulai meletakan di depan Inka dan mengulas senyum lebar.              “Aku sudah siapkan untuk kamu, Inka,” ucap Sella dengan senyum lebar.                Inka langsung  bersorak senang dan mengambil kotak nasi di depannya. “Terima kasih, Sella,” kata Inka dan mendapat anggukan dari Sella.              “Kalau begitu, sekarang kamu antarkan saja aku ke supermarket. Hari ini aku shift pagi dan aku tidak mau mendapat omelan dari bos,” ucap Sella.              “Siap,” sahut Inka sembari memberikan hormat.              Sella yang melihat hal tersebut hanya menggeleng pelan dan mengulas senyum lebar. Dia mulai melangkah ke arah ruang tamu dan segera keluar. Tidak lupa, Sella mulai mengunci rumahnya dan menuju ke arah Inka yang sudah siap dengan motor matic gadis tersebut.              “Kamu memangnya tidak ada jadwal kuliah hari ini, Sel?” tanya Inka sembari mengulurkan helm ke arah Sella.              “Aku pindah jadwal untuk hari ini, Ka. Soalnya temanku bilang dia sedang sakit. Jadi, bos menyuruhku berangkat pagi,” jawab Sella sembari memasang helm.              Inka yang mendengar hanya menganggukan kepala pelan, mengerti dengan hal tersebut. Dia mulai menyalakan mesin motor dan segera meninggalkan halaman rumah Sella. Hening. Tidak ada percakapan antara keduanya. Sella yang berada di belakang hanya diam dan mengamati suasana jalanan yang belum begitu ramai.              Tiga puluh menit. Inka mulai menghentikan laju motor di depan sebuah toko yang cukup besar. Dia mulai mengalihkan pandangan ke arah Sella yang sudah turun dan memberikan helm dengannya.                         “Sel, aku rasa nanti pulangnya aku tidak bsia menjemput kamu. Mama mengajakku ke rumah temannya,” ucap Inka. “Tidak apa, kan?” tanyanya memastikan.              Sella yang mendengar mengulas senyum lebar dan menganggukan kepala pelan. “Tidak masalah sama sekali, Ka. Aku bisa naik angkutan umum atau ojek online nantinya,” jawab Sella lembut.              “Baiklah. Kamu nanti  hati-hati, ya. Jangan mau naik kalau orangnya mencurigakan,” peringat Inka.              Sella tertawa kecil dan menganggukan kepala pelan. “Iya, aku tahu itu. Sekarang aku masuk dulu, sebelum jam kerjaku di mulai,” ucap Sella dan langsung mendapat anggukan dari arah Inka.              Sella mulau melangkah ke arah tempatnya bekerja. Dia mulai mendorong pintu kaca dan mengulas senyum lebar, membuat beberapa temannya yang sudah datang menatap ke arahnya.              “Selamat pag ....,”              “Sella, ke ruangan saya.”              Sella yang baru setengah menyapa menghentikan ucapannya dan menatap ke arah Nano—bos di tempatnya bekerja. Dia hanya diam dan menganggukan kepala pelan.              Astaga, apa aku membuat kesalah kali ini, batin Sella dengan raut wajah cemas. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook